Kilas balik biasanya memiliki kesan menyenangkan, tetapi lain hal bagi Sean. Potongan kenangan itu malah terasa seperti ribuan jarum yang menusuk seluruh tubuhnya tanpa hati. Semakin lama rasa sakit imajiner itu semakin terasa nyata. Sean praktis memeluk tubuhnya sendiri, meringkuk di tengah jalan, membuahkan tatapan aneh dari mahasiswa lain.
Dampak buruk tak hanya perasaan sakit pada tubuhnya saja, melainkan juga sengatan di dalam kepala. Reflek Sean memegangi kepala sembari menyembunyikan wajahnya di balik kedua lutut.
Sial! Mengapa selalu dia yang paling menderita? Mengapa karma tak kunjung menimpa orang-orang jahat itu? Apa dia memang tak layak hidup seperti apa yang orang-orang itu katakan sehingga Tuhan pun tak sudi memberikan setitik kebahagiaan padanya.
Kalian menikmati ceritanya gak?