ดาวน์โหลดแอป
76.19% Edgar's Prisoner / Chapter 64: Confuse

บท 64: Confuse

Hanna menampar Edgar dengan kencang hingga dia berhasil melepaskan diri dari Edgar.

"Aku harus segera pergi dari sini," gumam Hanna sambil membuka pintu mobil.

"Hanna, jangan gila. Tutup pintunya!" teriak Edgar.

"Aku tidak mau bersama kamu lagi," balas Hanna.

Kesabaran Hanna sudah habis. Dia lelah bersama pria yang membohonginya.

Edgar menahan tangan Hanna agar tidak terjatuh, tapi tiba-tiba genggaman tangannya terlepas saat Hanna menggigit tangannya. Perempuan itu sudah melompat dari mobil.

"Pak, berhenti!" teriak Edgar.

Mobil yang ditumpangi Edgar dan juga mobil para pengawalnya langsung berhenti.

***

Hanna sudah melompat keluar dari mobil. Dia berusaha bangun dari aspal tanpa peduli dengan tangan dan kakinya yang terluka.

"Hanna kembali ke dalam mobil!" teriak Edgar.

"Aku tidak mau bersama kamu!" teriak Hanna.

Hanna berlari sekuat tenaga saat melihat Edgar dan beberapa pengawalnya mengejar dia.

"Hanna berhenti!" teriak Edgar.

Hanna melihat banyak mobil lain lalu-lalang menatap ke belakang. Dia tidak mau kembali pada pria itu.

"Tolong saya!" teriak Hanna.

Hanna meminta tolong pada mobil yang lewat, tapi tidak ada yang mau berhenti. Dia akhirnya terus berlari sambil sesekali menatap ke belakang.

"Hanna berhenti!" teriak Edgar.

Edgar seketika terkejut saat melihat tubuh Hanna menghantam mobil. Dia berteriak pada pengawalnya untuk menangkap orang yang menabrak Hanna.

"Hanna, aku mohon bertahan," kata Edgar sambil memeluk Hanna.

Wajah Hanna berlumuran darah. Mata dia masih terbuka dan menatap ke arah Edgar.

"Sayang, jangan pergi. Aku mohon bertahan untuk aku," kata Edgar.

"Aku lebih baik pergi daripada harus bersama kamu," gumam Hanna sebelum menutup matanya.

"Kalian semua jangan hanya melihat saja!" teriak Edgar.

Tidak lama ambulans datang. Para perawat turun dan membawa tubuh Hanna masuk ke dalam mobil ambulans. Hanna diberi pertolongan pertama dulu.

"Hanna, aku mohon jangan begini," kata Edgar.

Edgar ikut masuk ke dalam ambulans. Dia tiba-tiba melihat ponselnya menyala makin frustasi saat melihat siapa yang menelepon.

"Halo, iya nanti aku akan jelaskan," kata Edgar.

"Kamu bodoh banget. Sekarang orang-orang bisa tahu siapa kamu. Kamu seharusnya tidak perlu menolongnya. Keluarga perempuan itu bisa tahu kalau kamu menculik dia!" teriak Oscar.

"Papa tenang dulu. Aku akan menyembunyikan tentang Hanna. Tolong bantu aku," kata Edgar.

"Papa akan bantu kamu untuk menutupi kejadian hari ini. Ingat, jangan sampai perempuan itu terekspos para wartawan," balas Oscar.

"Iya," kata Edgar.

Edgar mematikan sambungan telepon itu lalu mengirimkan pesan pada asistennya untuk mengurus semuanya. Mereka sebentar lagi akan sampai di rumah sakit.

"Hanna, bangun dong. Aku tidak suka kamu lemah seperti ini," kata Edgar.

Saat sudah sampai di rumah sakit, mereka langsung membawa Hanna ke unit gawat darurat diikuti Edgar dari belakang. Edgar dengan perasaan gelisah menunggu di luar pintu unit gawat darurat sambil sesekali melirik ke arah pintu.

"Siapa lagi sih yang menelepon aku?" gumam Edgar saat merasakan ponselnya begetar.

Edgar melihat yang menelepon dia ternyata adiknya langsung mengangkat panggilan itu.

"Iya, Max. Ada apa?" tanya Edgar sambil memijat pelipisnya.

"Aku dan mama sudah sampai di rumah sakit. Kakak sudah sampai di sini?" tanya Max.

Edgar mengernyitkan dahinya. Dia tidak habis pikir dengan pikiran Max yang mengajak mamanya untuk ikut ke rumah sakit.

"Ngapain kamu mengaja mama ikut ke rumah sakit?" tanya Edgar.

"Mama sudah bilang sama papa. Tadi mereka sempat bertengkar. Kakak tenang saja, mama sudah dikasih tahu papa untuk tidak ikut campur urusan kalian," jawab Max.

"Oke terserah kalian," balas Edgar.

Edgar mematikan ponselnya. Dia mondar mandir sambil berpikir bagaimana keadaan Hanna.

"Hanna, maaf," kata Edgar.

Edgar melihat dokter sudah keluar dari ruangan Hanna langsung menghampirinya.

"Nona Hanna saat ini mengalami gegar otak berat. Kita harus melakukan operasi sekarang untuk memperbaiki pembuluh darah yang pecah," kata James.

"Lakukan yang terbaik untuk Hanna," balas Edgar.

"Tuan, maaf. Apa keluarganya ada untuk menyetujui operasi saat ini?" tanya James.

"Maaf, dia kekasih saya. Dia saat ini hanya memiliki saya dan keluarga saya," jawab Edgar.

"Baik. Tuan nanti bisa mengurus administrasi terlebih dahulu," balas James.

"Baik, saya akan menyelesaikan semuanya," kata Edgar.

Edgar berjalan ke bagian administrasi lalu mengeluarkan kartunya.

"Tuan, maaf saya agak terlambat," kata Gustav yang baru saja datang.

"Gustav, kamu ini bikin kaget saja. Kamu datang sama siapa?" tanya Edgar.

"Sama adik dan mama Tuan. Mereka sudah langsung ke ruang gawat darurat. Saya disuruh untuk menemui Tuan," jawab Gustav.

"Oke, ini kamu yang urus saja dan sisanya sudah saya bayar," balas Edgar.

Edgar berjalan cepat meninggalkan Gustav membuat pria itu berdecak.

"Nasib jadi anak buah," kata Gustav.

***

Edgar saat sudah sampai di depan ruang gawat darurat melihat Hanna dibawa keluar oleh dokter dan suster untuk dilakukan operasi. Dia menatap sendu Hanna yang rambutnya sudah dipotong, dia merasa sakit ketika melihat Hanna sangat tidak berdaya.

"Kak, ayo," ajak Max melihat Edgar terdiam dan menatap ranjang Hanna yang sudah berjalan pergi menuju ruang operasi.

Semua orang diminta menunggu di luar ruang operasi sampai selesai. Edgar duduk sambil menjambak rambutnya.

"Edgar, kenapa ini semua bisa terjadi? Mama tidak habis pikir dengan ide kalian yang mau menyiksa perempuan itu. Orang tua Hanna sedang mencari dia, mereka tidak tahu kalau kita yang sudah menculik putri mereka," kata Agatha.

"Mama bisa diam tidak? Mama tidak sudah ikut campur begini, aku paling benci ada orang lain yang mencampuri urusan aku. Edgar harap kalian tidak memberitahu siapa pun, termasuk mamanya Hanna yang bekerja pada kita," balas Edgar.

"Edgar, kamu ini benar-benar keterlaluan," kata Agatha.

Agatha hendak melayangkan tangannya ke wajah Edgar, tapi ditahan. Dia seketika terkejut saat melihat siapa yang datang.

"Ma, cukup. Aku sudah bilang aku tidak suka kamu jadi pahlawan kesiangan begini," kata Oscar.

"Pa, apa-apaan semua ini?" tanya Agatha.

"Kamu sendiri yang mau datang ke sini dan mau melihat. Sekarang ikuti rencana aku, aku tidak mau kita semua terlibat permasalahan dan berujung usaha kita merugi," jawab Oscar.

"Pa," panggil Agatha.

Agatha memutuskan untuk diam saja dan menundukkan kepalanya saat Oscar menyuruh dia diam.

"Papa sudah menutup semua informasi hari ini. Papa harap jangan ada yang ceroboh. Ingat, jangan bertingkah hingga membuat kalian merugi," kata Oscar.

"Siap. Pa, maaf untuk hari ini," balas Edgar.

"Kamu tadi mau ajak Hanna jalan-jalan, apakah kamu sudah gila?" tanya Oscar.

"Aku tadi tidak menyangka kalau Hanna akan berbuat nekat," jawab Edgar.

Edgar menghelakan napas kasar. Dia sangat khawatir dengan masalah yang dia hadapi saat ini.


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C64
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ