Saat membuka mata Eira sudah berada di dunianya dan waktu pun masih pagi, Eira bergegas bangun dan mandi lalu melihat Yara di kamarnya, dan ternyata Yara masih ada di dalam kamar, Eira pun ingin mengerjai Yara, dia pergi kebandara terlebih dahulu tanpa memberitahu Yara. Tak lama kemudian Yara pun keluar dari kamarnya dan mengecek Eira di kamar Eira.
"Helo Eira, aku sudah siap, jika kau lama aku akan pergi lebih dulu, sampai bertemu di Korea," kata Yara menggoda Eira.
Yara pun masuk ke kamar Eira, dan mendapati Eira sudah tidak ada di dalam kamarnya.
"Geo!" teriak Yara memanggil Geo.
Geo pun berlari ke kamar Eira.
"Ada apa Ra?" Tanya Geo.
"Eira tidak ada di kamar," kata Yara.
"Cek pakaian dan kopernya," kata Geo.
"Sepertinya dia sudah pergi lebih dulu, dia meninggalkan kita sungguhan?" kata Yara terheran dengan Eira.
"Tapi dia tidak bisa terbang, tiket kana da di tangan kamu," kata Geo.
Ponsel Yara pun berbunyi.
[Foto] "Lihatlah, kali ini aku mengalahkan kamu Yara," kata Eira dengan mengirim foto dirinya sudah berada di cafe yang ada di bandara.
Yara membalas mengirim fotonya dengan wajah marah.
[Jangan marah, cepat ke sini karena aku akan kenyang sendiri] kata Eira membalas pesan.
[Dasar kau, aku akan ke sana memberimu pelajaran] balas Yara.
[Stiker tertawa] balas Eira.
Yara dan Geo pun Check out dari hotel dan menuju ke bandara. Sesampainya di bandara Yara melihat Eira sedang makan dengan santai dan tenang di sebuah Café.
"Bagus sekali Eira, kau sangat pintar membuat orang khawatir, kali ini aku tidak akan memberi ampun kamu," kata Yara sambil mencubit telinga Eira.
"Auhh…apa kau tahu Yara, ini adalah hari di mana aku bisa bangun pagi dan mengalahkan kamu," kata Eira merintih kesakitan.
"Kau ini, lalu apa kau sudah kenyang?" tanya Yara.
"Sudah dong, aku dari tadi sudah memesan beberapa makanan dan sekarang sudah habis, yang terakhir aku pesan kue tapi belum datang," jawab Eira.
"Kau makan banyak apa tidak akut gemuk?" tanya Geo.
"Tidak, jika aku gemuk, pasti aka nada yang membantuku untuk kurus," jawab Eira.
"Aku tidak akan membantumu," sahut Yara.
Yara dan Geo pun memesan makanan untuk mengisi perutnya yang belum sempat makan pagi. Kue Eira pun juga sudah datang. Mereka menikmati makan pagi dengan suasana yang menyenangkan.
"Ra ngomong-ngomong tumben sekali kamu bisa bangun pagi, apa kau tidak tidur?" tanya Yara.
"Aku di usir sama Lord, jadi bisa bangun pagi, aku yakin dia membantuku," kata Eira.
"Benarkah?" tanya Yara tidak percaya.
Eira merasa aneh dengan sekelilingnya karena dia merasa ada yang sedang mengawasi dirinya, tetapi dia diam saja tidak ingin membuat Yara khawatir. Jam penerbangan pun sudah di umumkan, mereka bergegas membawa semua barang untuk di masukan ke pesawat, lalu mereka hanya membawa tas kecil yang di bawanya duduk bersama di dalam pesawat. Sesampainya di dalam pesawat mereka pun duduk.
"Kau duduk sendiri tidak papa kan Ra?" tanya Yara.
"Tidak papa, aku kursi yang di belakang kalian saja ya," jawab Eira.
"Baiklah, kalau begitu nikmati perjalananmu ya," kata Yara.
Selama di perjalanan Eira merasa mengantuk dan tertidur, Yara pun juga tidur bersandar Geo. Saat Eira tertidur dan hampir tergeletak ada seseorang yang menopang kepala Eira agar tidak jatuh. Seseorang yang memakai pakaian serba putih dengan masker dan topi warna putih. Eira bahkan tidak terbangun dengan kedatangan lelaki itu.
"Dasar bodoh, kenapa kau tidak berhati-hati, jika di sisimu bukan aku, kau akan dalam bahaya dengan wajah cantikmu ini," gumam lelaki itu.
"Nanti malam aku akan memberitahumu agar lebih hati-hati saat duduk sendirian di mana pun berada, untuk saat ini tidurlah dengan nyenyak, aku tidak datang di tidurmu kali ini," kata lelaki itu.
"Maafkan aku, aku belum bisa menunjukan diriku kepadamu di sini, jika kau melihatku untuk saat ini, aku tidak bisa menjamin jika di kehidupan selanjutnya aku akan bisa bertemu denganmu, tahan dan tunggulah aku dengan sabar!" lanjut lelaki itu.
Sudah satu jam Eira tidur, dia pun merasa ada yang menompang kepalanya, dia pun langsung membuka mata dan melihat orang itu yang ternyata adalah bantal yang di berikan untuk para penumpang. Lelaki itu pergi saat Eira menggerakan kepalanya, dengan sigap dia pergi ke belakang dan siap untuk kembali ke dunianya, sebelum dia pergi Eira melihat punggung lelaki yang sedang berjalan ke belakang itu. Eira pun mengikutiya, tetapi di toilet tidak ada siapapun.
"Maaf kaka pa kakak tadi melihat seseorang masuk ke dalam toilet?" tanya Eira.
"Tidak, dari tadi tidak ada yang masuk, baru anda yang datang kemari," jawab pramugari.
"Baiklah terimakasih," kata Eira.
Eira pun merasa aneh.
"Bukankah lelaki tadi yang mengikuti dan mengawasiku sedari di bandara tadi, lalu kemana dia pergi?" gumam Eira.
Eira pun kembali ke tempat duduknya. Yara memeriksa Eira yang baru saja duduk.
"Dari mana Ra?" tanya Yara.
"Kamar mandi," jawab Eira.
"Ahh baik," ujar Yara tenang.
"Yara, apa kau tadi melihat seseorang duduk denganku? Dia berpakaian seluruhan putih, pakai topi, dan masker, apa kau tahu?" tanya Eira.
"Tidak, aku sedari tadi tidur, Geo pun juga tidur, dari tadi kau tidak ada temannya kok, mungkin bantal yang kau lihat, itu lihatlah bantal yang kau gunakan warnanya juga putih," jawab Yara.
"Ahhh mungkin saja begitu," jawab Eira berpikir kembali.
Keraguan di hati dan pikirannya pun muncul. Tak lama kemudian mereka pun sampai di bandara dan turun dari pesawat. Mobil mereka pun sudah menunggu di parkiran dengan satu sopir di dalamnya.
"Apa sudah menunggu lama Pak?" tanya Yara.
"Tidak Non, silahkan masuk," jawab sopir.
Mereka memasukan semua barang dan koper kedalam mobil, satu persatu pun menaiki mobil Yara. Eira masih berpikir tentang seseorang yang berada di dalam lamunannya setelah melihat lelaki berpakaian serba putih itu.
"Ra, apa kau baik-baik saja?" tanya Yara.
Eira pun menganggukan kepalanya.
"Apa kau mabuk udara Ra?" tanya Geo.
"Tidak, sepertinya aku lelah saja jadi tidak fokus," jawab Eira.
"Kalau begitu tunggulah di sini sebentar aku akan membelikan kalian minuman penyegar ya," kata Geo.
"Tidak usah Kak, jangan membuat dirimu sibuk untukku," jawab Eira.
"Tidak, aku hanya ingin Yara meminum sesuatu agar tidak haus, dan sekalian kamu saja," jawab Geo beralasan.
"Ah karena Yara ya," gumam Eira.
"Makanya jangan terlalu percaa diri," sahut Yara.
Eira pun menyengirkan mulutnya.
Geo pergi ke supermarket di depan bandara dan membelikan minuman dan camilan untuk perjalanan pulang. Mereka berencana mengantar Eira sampai rmah dan menyapa kedua orang tua Eira terlebih dahulu sekalian melapor apa yang sudah mereka lakukan juga tentang kencan buta yang sudah di atur oleh ibu Eira.