Wajahnya terlihat penuh amarah, sebisa mungkin mengendalikan agar tak lepas begitu saja apalagi di hadapan calon istri. Mencoba fokus, mengajak bicara sayangnya tak membuahkan hasil. Sorotan mata yang begitu tajam terus mengarah pada dua orang manusia yang terlihat mesra di hadapannya. Tak cemburu, ia hanya muak dan ingin meluapkan emosi lalu meremehkan, mempermalukan keduanya.
"Mas," panggil Gendis. Sudah sepuluh menit pria di samping diam saja, menatap lurus layar laptop tanpa melakukan apa-apa. "Stop. Sudah tiga gelas minum coca-cola jangan nambah." sela Gendis ketika Erik hendak memanggil karyawannya untuk meminta coca-cola.
"Saya masih haus."
"Minum air putih, Mas kenapa?" tanya Gendis penasaran.
Erik menggeleng. "Nggak apa-apa."
"Galau ya, ketemu mantan?"
"Nggak tuh, lanjutin aja Ndis."
"Gendis paham kok, rasa sayang itu memang suli—"