sudah satu minggu setelah kejadian di MAX'CAFE, semuanya berjalan seperti biasa tanpa ada yang spesial.
setelah kejadian tersebut Zack menceritakan semuanya kepadaku secara lengkap. hatinya sangat bahagia dan sangat lega dengan apa yang telah terjadi. dia bilang dia dan kakaknya telah baikan, semuanya akan mereka mulai dari awal lagi. mereka akan mencoba memperbaiki apa yang telah retak dulu.
saat ini aku berada di restoran pusat kota, menunggu teman-teman ku.
"sudah lama menunggunya?" sapa laki-laki yang baru datang dan langsung mengambil tempat duduk di depanku. dia memakai setelan jas berwarna darkblue dengan dalam kaos polos warna putih, tidak lupa celana jins yang ber warna senada dengan jas yang dia pakai, membuat kadar ketampanannya bertambah.
"lumayan, mana yang lain?" balas ku ringan.
"tidak tau, seharusnya mereka sudah disini sekarang," katanya sambil memandangku dengan intens.
"Kenzo, apa ada yang salah denganku?" tanyaku pada pria di depanku itu, "kenapa kau memandangku seperti itu?"
"kau seperti biasa Ra, sangat cantik," katanya memujiku.
"kau ya, jangan mulai, kalau Zack ada disini pasti dia akan mencekikmu,"
" ya karna si bodyguard mu masih belum datang, aku ingin memujimu terus," katanya dengan senyuman andalannya.
Kenzo adalah salah satu temanku dan Zack saat kami di SMA, dia pria yang cukup ramah dan pintar. banyak teman-teman SMA sepantaranku yang telah jatuh hati padanya dan rela mengantri untuk menjadi salah satu mantan kekasihnya.
kami sekarang sedang menunggu teman kami yang lain. ini adalah acara reunian kecil-kecilan kami setelah 3thn lulus dari SMA. setidaknya ada 10 anak yang akan hadir di restoran ini.
satu per satu teman-teman ku mulai berdatangan, beberapa dari mereka ada yang membawa pasangan, ada pula yang sudah membawa buah hati mereka. aku tersenyum-senyum sendiri melihat teman-teman ku itu. mereka mulai mengobrol dengan santai dan memberi cadangan-pandaan ringan.
"Ra, kamu sudah lama disini?" aku menoleh ke arah sumber suara, Zack ternyata. "Ra, kenapa kamu gak ajak aku berangkat bareng."
"Zack, aku tadi diantar kak Leo, karena satu arah dengan urusannya, jadi aku tidak jadi menghubungi mu untuk berangkat bersama," jelasku.
"paling tidak kau kan bisa kasi tau aku kapan kamu berangkat jadi...."
"sudah lah Zack, duduk dulu, kau ini tak pernah berubah, lagian Lira kan tidak kenapa-napa," potong Kenzo.
mendengar ucapan Kenzo, aku hanya bisa tersenyum kecil, sedangkan Zack terlihat kesal karna omongannya telah di potong oleh Ken.
Zack mulai mencari tempat duduk kosong, dia melirik bangku di sebelahku yang sudah terisi.
"hey Bray, pindah dong, aku mau duduk," perintah Zack pada teman yang duduk di sebelah kananku.
"woi Zack, cari tempat duduk lain kenapa, aku kan sudah duduk disini duluan," jawab Bryen.
"tapi aku mau duduk di situ," kata Zack tak mau kalah.
Zack dan Bryen mulai saling memandang dengan sinis, aku yang melihatnya jadi melu sendiri. 'bukankah kalian itu sudah pada dewasa, masa berebut bangku sampai seperti itu, kayak anak tk saja' pikirku dalam hati.
aku mulai berdiri untuk melerai kondisi yang terjadi antara kedua temanku ini.
"Ra, kamu mau kemana?" tanya Kenzo bingun. pria di depanku itu memandangiku dengan tatapan penuh tanya, dan hanya ku balas dengan senyuman.
"Ra, sudah duduk aja. kamu si Zack, jadi pergi kan Lira nya" kata Bryen kesal.
"kamu tu yang salah, di suruh pindah gak mau," Zack menjawab tak mau kalah.
"kalian berdua sudah ah, jangan bertengkar lagi," aku mulai memotong pertengkaran mereka,"Zack duduk disitu," aku menujuk bangku kosong yang ada di ujung meja.
"tapi Ra...." aku menunjuk Zack untuk duduk dan mengisyaratkan tak ada bantahan.
aku mengambil salah satu bangku kosong dan meletakkannya di sebelah Zack.
teman-teman kami yang melihat apa yang aku lakukan hanya tersenyum dan memberikan kata-kata sindiran kepada ku dan Zack. kami pun memulai acara reuni an kami, sesekali perdebatan antar laki-laki terjadi, tapi hanya sekedar candaan-pandaan biasa. kami menikmati pertemuan kami ini, semoga ini semua akan dapat terjadi kembali suatu saat nanti.
~~~~~~~
setelah reuni, kami, aku, Zack, Kenzo dan Bryen menyempatkan berjalan-jalan di mall tersebut. kami sudah tidak pernah lagi jalan-jalan seperti ini sejak kami lulus. pekerjaan yang kami jalani membuat kami sangat sibuk dan larut dalam kesibukan masing-masing.
lain halnya dengan aku dan Zack yang dapat bertemu setiap saat semau kami.
"Zack, aku ketoilet sebentar ya," aku berlari meninggalkan ketiga pria itu tanpa menunggu jawaban mereka.
*sudut pandang Zack*
aku memandang kepergian Lira dengan seksama, tanpa sadar aku tersenyum-senyum sendiri. gadis itu tak pernah terlihat biasa saja , tetap cantik walaupun tanpa make up atau baju yang mewah.
"woi, gak usah gt kali liatnya, biasa aja," goda Kenzo dengan memukul pundakku cukup keras.
"Ken, sakit." aku membalas pukulannya.
"Hay, kalian berdua, berhenti, malu woi, kalian bukan anak kecil lagi," Bryen mencoba melerai perkelahian kami berdua.
mereka berdua adalah sahabat baikku, Bryen dan Kenzo, setelah Lira tentunya. perkelahian seperti ini biasa bagi kami, tidak ada rasa dendam atau marah, hanya perkelahian yang membuat hubungan pertemanan kami menjadi lebih dekat.
kami berempat baru saja menghadiri acara reuni SMA kecil-kecilan yang di adakan teman kami yang lain. sekarang kami hanya ingin berjalan-jalan sambil menikmati kebersamaan kami, maklum saja kami sudah lama tak berkumpul bersama seperti ini.
"Zack, apa kau masih belum mengatakan yang sebenarnya pada Lira, sepertinya tak ada yang berubah dari kalian berdua," tanya Kenzo memulai pembicaraan diantara kami. sekarang kami serah duduk di bangku mall sambil menunggu Lira yang tak kunjung kembali.
"bicara ya, aku bahkan sudah lupa harus mengatakannya pada Lira. kami berdua sudah sangat dekat tanpa merubah status yang ada pada kami berdua. jika itu memang harus di katakan, aku jadi takut semua yang telah terjalin selama ini antara aku dan Lira akan berubah. dan aku tidak mau itu terjadi," jelasku.
"memang sulit, kalian berdua saja sudah seperti pasangan kekasih. setiap saat bersama, jika ada Zack, pasti ada Lira, dan begitu sebaliknya," Bryen meyakinkan, "jadi jika tiba-tiba ada perubahan, pasti akan canggung dan asing atau bisa juga kalian akan semakin dekat dan tidak akan ada yang berubah," tambahnya.
"apa yang akan berubah?" suara itu tiba-tiba membuat kami bertiga kaget dan langsung menoleh ke arah sumber suara itu.
"eh Lira, sudah selesai, lama amat, sampai ni pantat pegel nungguinnya," kata Bryen lari dari pertanyaan.
"emang lama ya, maaf deh, antri soalnya,"
"ndak papa, aku kira kamu kenapa-napa," kataku kawatir.
"ya e lah Zack, biasa aja ngapa, ni tuan putri juga ndak kenapa-napa. gak usah mulai lebat nya," Kenzo mulai menggodaku lagi.
aku hanya bisa tersenyum kecut mendengar perkataan Kenzo, ingin rasanya ku jitak kepalanya itu. aku melirik ke arah Lira, dia hanya diam tanpa ada respon sedikitpun.
kami mulai berjalan-jalan mengelilingi mall dan sesekali berhenti untuk membeli beberapa barang yang kami suka.
"ah, capek sekali," keluh Lira. kami sekarang sedang duduk di bangku peristirahatan di tengah mall. aku melirik Lira yang sedang memukul-mukul kakinya yang kelelahan karna berjalan cukup lama. ditambah dia memakai sepatu berhak lumayan tinggi.
"capek ya Ra?" tanyaku.
"iya ni, dah lama nggak jalan-jalan selama ini. kaki ku jadi lumayan capek nya," katanya tanpa melihatku sedikitpun, masih sibuk dengan memijat kakinya.
"makanya, kalau diajak olah raga itu jangan di tolak, jalan sedikit kayak gini aja udah ngeluh," kataku sambil senyum mengejek, dan dibalas tatapan sinis dari Lira. "sini kakinya, biar aku pijitin," tanpa menunggu jawaban dari Lira, aku langsung mengangkat kakinya dan meletakkan nya di atas pahaku.
"Zack, apa-apaan kamu ini, turunin Zack, malu tau," wajah Lira sudah memerah, entah karena marah atau malu, dan aku tidak menghiraukannya.
aku mulai memijit kakinya pelan, sesekali aku melirik Lira, dia masih saja menundukkan pandanganya karena malu dengan apa yang telah aku lakukan. aku meliriknya, melihat Lira dengan seksama, tangan kirinya memegangi rok ya yang agak pendek. aku pun tersentak dengan pandangan tersentak dengan apa yang telah dilakukan oleh Lira. aku segera melepas jaketku dan ku letakkan di atas pahanya.
"Zack, apa ini," tanya Lira polos.
"maaf, aku lupa kalau kamu memakai rok hari ini. biarkan seperti itu," perintah ku.
"tidak usah seperti ini, sudah turunkan saja kakiku. aku sudah tidak merasa capek lagi kok," aku memandangnya dengan penuh pertanyaan. "benar Zack," kata Lira meyakinkan.
"baiklah," aku menuruti apa yang dikatakan Lira, menurunkan kakinya dan memakai kan sepatunya kembali. "jaket itu biarkan seperti itu dulu, rok mu terlalu pendek. aku tidak mau paha mu terlihat oleh para cowok yang lewat," perintah ku.
Lira hanya menghela napas kesal mendengar perkataanku dan memperbaiki posisi dudunya.
"Ra," aku mulai bicara
"ya,"
"ada yang ingin aku bicarakan sama kamu" kataku dengan jantung yang berdegup kencang.
"tentang apa?" tanyanya penasaran.
"itu Ra, aku..."
"apa Zack, ngomong aja"
"gimana ya ngomongnya," kataku ragu.
"Zack, jangan buat orang penasaran deh,,," kata Lira penasaran.
"aku....."
"apa Zack," Lira mulai emosi.
"itu Ra, aku mau ke toilet sekalian beli minum, kamu mau titip nggak," kataku dengan senyum kemenangan.
"Zack sialan, kira in mau ngomong apa, buat orang penasaran aja," kata Lira kesal sambil mengacak-ngacak rambut ku.
kami tertawa lepas, seketika itu hati ku menjadi hangat dan nyaman. dan ini semua hanya bisa dilakukan oleh Lira.
Tuhan, biar kan seperti ini saja untuk sesaat, sampai hati ku siap untuk mengatakan apa yang harusnya aku katakan. biarkan seperti ini, sampai entah kapan,,,
— ตอนใหม่กำลังมาในเร็วๆ นี้ — เขียนรีวิว