Nizam masih duduk di tepi ranjangnya menatap Alena yang terlelap. Pipinya masih sembab oleh air mata. Tubuh Nizam terasa amat letih Ia lalu duduk bersandar ke sandaran ranjangnya. Matanya menerawang kosong. Kata-kata Alena berhasil membuat seluruh jiwanya tergoncang.
Ia belum pernah menyentuh seorang wanita seumur hidupnya. Alena adalah ciuman pertamanya. Mana dia tahu apakah wanita itu pernah berciuman dengan orang lain atau tidak. Sikap Alena juga sangat agresif dan tidak malu-malu semakin membuat Ia meyakini kata-kata Alena.
Nizam mengelus pipi Alena. Wajah Alena memang mampu membangkitkan gairah semua laki-laki yang memandangnya. Alena memiliki sex appeal yang tidak semua wanita memilikinya. Mungkin banyak wanita yang lebih cantik dari Alena. Tapi wajah dan tubuh yang mengundang seperti Alena yang membuat para pria berusaha memiliki Alena.
Mudah bagi Alena untuk mendapatkan pria yang Ia inginkan. Buktinya Ia sendiri yang seumur hidupnya tidak pernah jatuh cinta akhirnya terjerat dalam pesona Alena. Padahal cita-citanya dulu hanyalah ingin jadi raja yang baik. pernikahan dan wanita bukanlah prioritasnya. Sekarang semua berubah total. Alena telah berhasil merubahnya menjadi pribadi yang berbeda.
Ketika Alena mengatakan bahwa Ia sudah tidak gadis lagi sebenarnya, jika tidak ada ritual adat yang berlaku di negaranya Nizam tidak keberatan. Ia sendiri cukup mencintai Alena dan menerima apa adanya. Dia tidak ingin tahu apakah Alena pernah mempunyai kekasih atau tidak. pernah bercinta atau tidak.
Nizam kembali menatap istrinya. Nafas Alena teratur dadanya yang indah tampak turun naik.
Ia tidak dapat membayangkan apa yang terjadi pada ibunya jika mengetahui Alena tidak gadis lagi. Ia pasti diminta untuk menceraikannya langsung, lalu Alena diusir dari Azura. Tidak akan dibunuh seperti istri raja yang lain, mengingat Alena bukanlah rakyat Azura.
Kalau nanti Nizam berusaha mempertahankan Alena disisinya maka hal ini malah dapat membahayakan jiwanya. Pemberian racun dinegaranya menjadi cara yang paling aman untuk melenyapkan orang yang disukai atau dianggap penghalang tujuan. Racun sangat sulit dideteksi secara kasat mata kecuali melalui pemeriksaan laboratorium. Dan polisi tentu tidak akan pernah berani melakukan pemeriksaan terhadap anggota kerajaan.
Ketika seseorang tewas diracun maka hasil visum yang keluar adalah korban meninggal karena sakit jantung atau alasan sakit lainnya. Jika Ibunya sudah tidak menyukai seseorang maka jangan harap orang itu selamat dari ancamannya.
Ibunya mengizinkan dia menikahi Alena disertai janji dia pada ibunya bahwa Alena memiliki moral yang sama baiknya dengan gadis Azura. Nizam menghela nafas. Jikalau Ia melakukan trik yang sama pada saat Ia menghindari bercinta dengan Putri Reina rasanya bagi Alena juga terlalu riskan. Jika sampai ketahuan maka nasibnya akan berbeda dengan putri Reina.
Jika kasus berbohong pada malam pertama waktu kemarin ketahuan maka yang akan disalahkan adalah dirinya bukan salah Putri Reina. Tetapi jika ia berbohong untuk Alena maka jelas Alena yang akan disalahkan karena sudah tidak gadis lagi.
Haduuuh..bisa gila Nizam memikirkan kata-kata Alena tadi. Ia harus bicara dengan Cynthia daripada otaknya terasa pecah. Tapi Nizam memang laki-laki seperti yang lainnya juga. Naluri kelaki-lakiannya tidak akan terhalang oleh gelar putra mahkota sekalipun. Walau otaknya terasa pecah pikiran mesumnya tetap muncul. Ia berpikir kalau memang Alena sudah tidak gadis lagi kenapa pula Ia harus menahan diri selama ini. Apalagi sekarang Alena sedang tertidur dihadapannya dan akan menginap. Waktu yang sangat tepat untuk melakukan hal yang Ia impikan sejak Alena mengisi ruang hatinya.
Tapi untungnya memang Ia tidak tergesa-gesa. Ia harus mencari tahu dulu kebenarannya sebelum melakukan itu. Jika setelah mengkonfirmasi dengan Cynthia Ia memperoleh keyakinan maka malam ini juga Ia akan mengajak Alena untuk bercinta.
Nizam bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Pemandangan yang Ia dapatkan adalah melihat dua orang penjaga Alena masih berlutut dan Cynthia yang sedang duduk di dekat pintu sambil menopang dagunya. Sementara Fuad dan Ali duduk membisu. Diam-diam Nizam menyesal telah ikut memarahi Cynthia. Cynthia bukanlah hambanya seperti rakyat Azura lainnya. Ia tidak boleh memperlakukan Cynthia dengan tidak hormat. Ia sungguh emosi tadi.
Dua penjaga Nizam segera berdiri dan memberikan hormat pada Nizam. Cynthia juga langsung berdiri karena sekarang Ia memandang bahwa posisi Nizam bukan lagi temannya tapi menjadi seorang majikannya.
"Kalian berdua Aku ampuni karena Alena meminta aku untuk memaafkan kalian. Jangan pernah lalai lagi."
"Panjang Umur yang mulia Alena. semoga hidupnya selalu diberkahi Allah." Kedua penjaga itu berterimakasih pada Alena.
"Keluarlah kalian. Apartemen kalian nanti akan bersama Alena. tapi untuk sementara gunakan saja kamar apartemen yang ada lantai ini. Dan Kamu Ali dan Fuad. keluarlah kalian juga. Aku ingin bicara dengan Cynthia.
Keempat orang itu lalu pergi setelah memberi hormat. Cynthia masih berdiri tertunduk.
"Come on Cynthia, jangan membuatku semakin bersalah karena tadi kamu turut aku marahi" Kata Nizam sambil tersenyum.
"Duduklah. Jangan pernah menganggap aku orang yang ada diatasmu walau kamu pegawaiku. Kamu adalah teman istriku berarti temanku juga. bersikap santailah denganku kecuali kalau nanti di Azura." Kata Nizam lagi.
Begitu Nizam menyelesaikan ucapannya maka Cynthia langsung bersuara pedas.
"Dasar bodoh, mengapa kamu harus marah-marah sambil menendang meja segala. Kamu hampir membuat aku mati ketakutan. Hari ini Aku mengalami dua kali ketakutan. Pertama ketika si Justin brengsek itu mau memperkosa istrimu. Kemudian yang kedua saat Kau marah seraya menendang meja. " Cynthia mengomel-ngomel panjang lebar.
Nizam tertawa. Cynthia sangat galak dan tegas. Belum apa-apa dia sudah mengatakan nya bodoh. Mana ada di Azura yang berani mengatakannya bodoh. Kecuali ingin nyawa terpisah dari raga.
"Ok...Aku memang bodoh. Maafkan lah Aku. Cynthia aku ingin bertanya satu hal denganmu" Nizam lalu terdiam. Cynthia menatap dengan serius. Nih bocah kenapa lagi. Jangan-jangan mau meledak lagi.
"Sebelum bicara katakanlah bagaimana kondisi Alena? Apa dia baik-baik saja? Ngapain aja kalian di dalam? Kalian tidak melakukan sesuatu kan? Kalau Aku tadi ketakutan sudah Aku dobrak pintu kamar tidur mu" Cynthia nyerocos.
"Alena baik-baik saja. Ia sudah tertidur. Tadi sebelum tidur Ia mengatakan hal yang mengejutkanku."
"Perkataan apa?"
"Dia tadi bertanya, apakah Aku akan menerimanya jika dia tidak gadis lagi? Lalu Dia bilang kalau dia sudah tidak gadis lagi."
Mata Cynthia melotot. Lalu bicara dalam hati, Alena benar-benar Edan. Otaknya benar-benar ada di dengkul. Kalau bertanya apakah Nizam mau menerima kondisi Alena walau tidak gadis lagi, sih masih bisa diterima. Tetapi kalau mengaku sudah tidak gadis lagi. Itu lain perkara.
"Apa Alena pernah bercerita hal itu kepadamu. Terus terang Aku tidak keberatan dengan kondisi Alena, apakah Ia masih gadis atau tidak. Tapi Kamukan tahu kondisi Azura. Kalau seandainya Dia benar sudah tidak gadis lagi maka Aku akan mengubah rencana kita. Aku akan tinggal seapartemen dengannya. dan Alena tidak usah pergi ke Azura. Aku tidak akan membawanya ke Azura. Biarlah dia tinggal di Indonesia atau di Amerika dan Aku akan mengunjunginya nanti setiap bulan."