Rio : "Apa Lo pikir, gue bakal pergi gitu aja dan membiarkan semua kebohongan ini?!"
Riko : "Ya! memang itu yang harus lo lakuin!"
Tiba tiba lampu rumah langsung menyala kembali, dan Riko merasa sangat ketakutan sampai berkeringat.
Andin : "Rik, ini minumannya"
Riko : "Pas mati lampu kok kamu gak manggil aku?"
Andin : "Mati lampu? kapan?"
Riko : "B... barusan"
Andin : "Enggak kok, gak mati lampu"
Riko : "Gak mati lampu? tapi... tadi disini mati lampu Ndin"
Andin : "Paan si kamu, aneh deh"
Riko : "Seriussss"
Andin : "Iya iya mungkin lampunya lagi koslet"
Riko : "Mungkin"
Andin : "Rik, kok kamu berkeringat dingin gini si? kamu kenapa?"
Riko : "A...aku..."
Andin : "Kamu masih sakit?"
Riko : "Enggak, tadi aku... aku melihat..."
Andin : "Melihat apa?"
Riko : "Ndin, aku lihat Rio"
Andin : "Apa?"
Riko : "Barusan Rio datang, dia.. dia kaya yang marah sama aku"
Andin : "Rik, tadi juga Rio datangi aku"
Riko : "Haa? dia datangi kamu juga?"
Andin : "Iya, aku bener bener kaget. Aku pikir... dia itu kamu, makanya tadi siang aku telpon kamu di depan Rio"
Riko : "Ada apa ya Ndin? kok dia datangi kita berdua?"
Andin : "Sepertinya ada hal yang mau dia sampein ke kita"
Riko terdiam.
Andin : "Saat aku melihat Rio, aku sama sekali gak takut sama dia Rik. Wujudnya gak serem, dia berpenampilan seperti manusia biasa, memakai pakaian serba putih dan bercahaya gitu"
Riko : "W...wajahnya?"
Andin : "Wajahnya tampan kek kamu"
Riko : "Gak pucet?"
Andin : "Enggak, gak pucet sama sekali"
Riko : "Kok dia lihatin wujudnya beda ya?"
Andin : "Haa? beda gimana?"
Riko : "Dia memperlihatkan wujud yang lumayan serem sama aku Ndin, dia terlihat memakai seragam yang sangat lusuh dan mukanya pucet banget"
Andin : "Rik, apa kamu ada masalah sama dia? Atau... ada sesuatu yang belum kamu selesaikan sama Rio"
Riko : "Ng... nggak ada"
Andin : "Terus... kenapa dia lihatin wujud seperti itu ke kamu?"
Riko : "Yaa aku juga gak tahu Ndin"
Andin : "Ya udah, mending sekarang kita banyak banyak berdo'a aja buat Rio, semoga dia tenang di alam sana dan gak ganggu kita lagi"
Riko : "Iya, semoga"
***
Malam itu, Riko baru pulang dari rumah Andin.
Riko : "Duhhhh, gue gak habis pikir, dia datang nemuin gue dalam wujud seperti itu"
Rio : "Kenapa Rik? lo takut?"
Riko : "Ya ampun!" ujarnya terkejut
Rio : "Gue sodara lo, kenapa lo takut?"
Riko : "Pergi lo!!! pergiii...!!"
Rio : "Gue gak akan pergi sebelum lo akui semuanya! Gue gak bisa pergi dengan cara seperti ini, gue mohon"
Riko : "Enggak! Sekarang gue udah hidup bahagia, lo jangan rusak lagi!"
Rio : "Lalu bagaimana dengan gue? Apa kita akan tetap tukar identitas?!"
Ternyata, selama ini yang sudah meninggal adalah Riko, bukan Rio. Rio sengaja mengaku sebagai Riko supaya dia bisa mendapatkan segalanya.
Rio : "Ya! kita akan tetap tukar identitas!"
Riko : "Rio, sadar... semua yang lo lakuin ini salah"
Rio : "Gue udah muak sama semuanya! Semua orang selalu aja muji lo! mereka selalu lebih milih lo daripada gue! Semua ini gak adil buat gue makanya gue lakuin semua ini!"
Riko : "Seharusnya lo bisa sadar diri Yo, apa lo pantes buat disukai? Apa lo pantes buat dipilih? Semua kesalahan ada di dalam diri lo sendiri, jangan salahin orang lain!"
Rio : "Enggak! Emang dari awal hidup gue udah menyedihkan! kenapa lo harus hadir?! Kenapa kita harus kembar?! Gue benci!"
Riko : "Tanyain sama Tuhan, kenapa kita harus lahir kembar? Gue bukan Tuhan yang bisa jawab pertanyaan lo itu Rio"
Rio : "Ya! karena sekarang lo itu cuma setan! Lo sekarang udah jadi setan jadi jadian!"
Riko : "Enggak Yo, gue bukan setan. Lo mungkin lupa, jasad gue emang udah mati, udah di kubur dan udah lenyap. Tapi jiwa gue, masih tetap ada dan akan selamanya ada! Kematian bukan akhir dari segalanya Yo, justru kematian adalah awal dari segalanya!"
Rio : "Lo gak akan pernah bisa lakuin apapun! Lo gak akan bisa merubah situasi yang udah gue susun rapi!"
Riko : "Nikmatilah, sebelum semuanya berakhir:)" ujarnya lalu langsung menghilang
Rio : "Sialan!"
Bersambung...