ดาวน์โหลดแอป
8.88% Buat Aku Hamil / Chapter 16: Bab 15

บท 16: Bab 15

"Benarkah?" tanya Rendi memastikan setiap ucapanku.

"Ya, dia sangat menjijikkan aku yakin kau tak akan sudi untuk melihatnya," jawabku menyakinkan dengan bahuku yang terangkat dan bergetar merinding seakan jijik membayangkan wajah gadis itu. Dan sepertinya aktingku berhasil karena wajah Rendi mulai tak suka dan mulai acuh tak tertarik lagi. Sebelum dia bertanya lebih lanjut lebih baik aku pergi dari sini.

"Aku lupa mencari bahan untuk tugas professor Kim. Aku pergi dulu." Aku pun langsung bangkit berdiri dan melesat pergi meninggalkannya.

.......

Kini aku tengah menikmati waktu luangku sambil menonton tv di apartemen Bianca. Menonton acara komedi dengan beberapa cemilan di tanganku. Beberapa hari yang lalu aku membeli bahan makanan , minuman dan cemilan untuk mengisi kulkas besar di apartemen ini. Sesuai dengan perjanjian Bianca memang memberikan uang mingguan kepadaku. Dan melihat kulkas besarnya tak terisi apapun membuat aku akhirnya berbelanja. Kurasa Gadis itu tak pernah memasak. Semua peralatan dapurnya masih bersih dan terlihat baru. Belum lagi keadaan kulkasnya yang kosong melompong hanya berisikan bir dan soda.

Kudengar suara kunci pintu yang terbuka. Kurasa Gadis itu sudah pulang. Kulirik ke arah jam di dinding tepat seperti biasanya jam 7 malam. Bianca selalu pulang jam tujuh. Aku masih menatap televisi ketika dia berjalan melewatiku. Namun dengan ekor mataku, aku memperhatikannya. Raut wajahnya cukup lelah namun tertutupi dengan wajah dingin nan datar miliknya. Setelah dia masuk ke dalam kamarnya aku berbalik menatap pintu kamarnya. Aku selalu penasaran dengan apa yang dipikirkan otaknya. Dia sangat sulit untuk di baca. Aku mulai mengalihkan tatapan ke televisi kembali. Menonton acara komedi kesukaanku.

Tak beberapa lama Bianca keluar dari kamarnya. Aku meliriknya. Melihat dia yang sudah segar kembali. Dengan rambut basah yang baru saja di kramas. Sesekali dia menggerakkan handuk kecil di pundaknya ke arah rambut basahnya. Dia berjalan ke arah dapur. Mengambil minuman dingin di kulkas dan meminumnya.

Aku masih terus memperhatikannya. Melihat dia mendongkak ke atas menampilkan leher putih nan jenjangnya. Meminum air dari botol mineral. Setetes air keluar dari celah bibirnya. Berjalan turun ke arah dagu dan mengalir terus di lehernya. Membuat aku terpana . Ingin rasanya aku berlari ke arahnya dan menjilati air yang menetes di lehernya itu. Memberi ciuman panas dan menjilati leher putih itu dengan rakus. Mengulum keras meninggalkan jejak milikku.

"Ambilkan hairdryer di kamarku." Suara Bianca yang sudah duduk di sampingku membuyarkan semua lamunan erotisku. Aku tak sadar jika Gadis yang tadi aku fantasikan kini sudah duduk di sampingku. Dan apa yang dia ucapkan barusan?

"Mengapa diam cepat ambilkan. Map dan laptop di atas nakas juga."

"Ya," jawabku cepat setelah mendapatkan tatapan tajam darinya. Seperti yang aku katakan kepada Rendi, aku sudah seperti pembantu Bianca. Disuruh ini dan itu. Seperti saat ini.

Kini aku tengah memegang hairdryer dan mulai mengarahkannya ke rambut basah Bianca. Dia duduk di atas karpet dengan mengerjakan beberapa dokumen di laptopnya. Sedangkan aku yang duduk di sofa membuatku lebih mudah melakukan pekerjaanku. Bukan pekerjaan dalam artian tanda kutip yang sering aku lakukan. Aku disuruhnya untuk mengeringkan rambutnya.

Mengarahkan hairdryer yang mengeluarkan angin panas ke arah rambutnya. Rambutnya begitu halus , panjang dan hitam. Rambutnya begitu harum membuat aku ingin sekali menciumnya. Dan terkadang aku harus menahan gejolakku ketika aku melihat tengkuknya yang begitu putih. Itu godaan terbesar. Aku bisa hilang kendali dan menyentuhnya. Mencumbu dan menghisap ganas leher putih miliknya.

Tapi otak warasku selalu tersadar dengan siapa aku sedang berhadapan. Gadis ini begitu dingin, sangking dinginnya aku yakin dia tak pernah main main dengan ancamannya. Dan aku terlalu takut dengan ancamannya. Aku rasa dia bahkan bisa membunuh seseorang dengan wajah datar nan dingin miliknya. Itu terlalu menakutkan.

Dari awal aku selalu bertanya tanya semua hal tentang dirinya. Apa yang terjadi dengannya? Mengapa dia melakukan semua ini? Mengapa seorang gadis dingin yang tak memiliki perasaan dan emosi sepertinya menginginkan seorang anak? Dia tidak terlihat seperti gadis yang menyayangi anak kecil. Aku pernah melihatnya begitu cuek menatap seorang anak cilik menangis di pinggir jalan. Anak kecil yang kehilangan ibunya. Bukannya dia membantu dia malah berpaling dan menjauhi anak itu.

Beberapa hari ini juga aku mencari informasi mengenai dirinya. Mencari informasi di internet. Dan aku terkejut karena Gadis itu cukup terkenal sebagai direktur muda yang selalu sukses dengan kerjasama bernilai milyaran. Dengan wajah cantiknya, dia bagaikan seorang model dan dia juga banyak memiliki fans pria. Aku juga mencari informasi di apartemennya ini. Namun anehnya aku tak menemukan satu foto lain yang bisa memberikanku informasi mengenai keluarga atau pun orang yang dekat dengannya.


next chapter
Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C16
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ