"Dia beneran kelihatan baik-baik aja tadi?"
Sambil menikmati es teh di taman belakang kantor, Kirana mengobrol berdua dengan Dinda. Biarpun mengaku tidak terlalu peduli, tetap saja dia ingin tahu kondisi Rendra sekarang.
Bagi seseorang yang sebelumnya tidak suka menjadi pusat perhatian, Rendra bisa saja merasa tertekan karena mendadak viral, kan? Sebagai salah satu orang yang telah mengunggah berita tentang Rendra, Kirana jadi kepikiran.
Dinda mengangguk. "Dia masih tersenyum dan menjawab semua pertanyaan dengan baik. Walau rasanya kami jadi agak buru-buru karena dia minta bisa selesai dalam waktu 10 menit, sih."
"Eh, kamu beneran udah sempat minta izin soal ambil foto dia di akun media sosialnya, kan?" tanya Kirana lagi.
Khusus pertanyaan barusan, Dinda sudah mendengarnya lebih dari lima kali. Dia memang belum membuat artikel tentang profil Rendra sebagai General Manager Mandala Mall. Namun, artikel lainnya sudah dirilis sekitar 10 menit lalu.
Dinda mengulas gaya busana Rendra sebagai seorang bos milenial dengan menyertakan beberapa foto yang diambil dari media sosial pribadi narasumbernya. Dia mencitrakan Rendra sebagai bos ganteng yang selalu memesona dalam setiap kesempatan.
"Mbak, artikelnya udah tayang juga, kan? Takut banget kalau dia bakal protes atau gimana gitu?"
Kirana melihat layar ponselnya sejenak, lalu menunjukkan apa yang dia lihat kepada Dinda. "Grafik pembacanya bahkan jauh lebih tinggi ketimbang artikel pertama. Dia beneran tenar mendadak."
"Wah, Bapak Rendra ini benar-benar luar biasa, ya," Dinda merasa takjub saat melihat berapa banyak orang yang membaca tulisannya via aplikasi Google Analytics di ponsel Kirana.
"Anak-anak entertainment pasti sekarang lagi sibuk bikin artikel turunannya. Kayaknya mereka juga udah berusaha menghubungi si selebgram itu," kata Kirana kemudian.
Dinda memandangi Kirana yang sedang duduk di sampingnya. Hari ini, editornya terlihat manis mengenakan midi dress bernuansa tosca dengan motif bunga-bunga. Kirana memadukannya dengan kardigan krem dan sneakers putih. Terkesan kasual, tapi cantik maksimal.
Seringkali Dinda bertanya-tanya dalam hati, kenapa Kirana belum memiliki pasangan? Apa yang kurang dari atasannya ini?
"Mbak kenal Rendra sejak kapan, sih?" Berbeda dari tadi pagi, kali ini Dinda tidak ada niat untuk menggoda editornya.
Kirana tak langsung menjawab, seolah menimbang apakah tidak masalah jika Rendra menjadi topik obrolan dengan rekan kerja.
"Lama banget, bahkan sejak aku belum bisa jalan," jawab Kirana pada akhirnya.
"Oh, temen sejak kecil, ya."
"Terus sekarang statusnya juga tetap cuma teman?"
"Berarti Mbak Kirana harusnya tahu soal mantannya Rendra juga, dong."
Tiga kalimat barusan tidak keluar dari mulut Dinda, melainkan secara berurutan dilontarkan Maudy, Mirza, dan Rio yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana.
Kirana lagi-lagi merasa terjebak. Kenapa timnya belakangan sangat suka menjadikan dirinya obyek untuk sesi gibah mereka?
Jika sudah begini, terus mengelak tidak akan ada gunanya. Namun, Kirana juga tidak mau buru-buru mengatakan apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Rendra. Lagi pula, status hubungan mereka masih tidak jelas. Hanya diharapkan segera menikah, tapi belum ada ikatan resmi semacam pertunangan atau pernikahan.
Menggoda rasa ingin tahu orang-orang sepertinya bakal terasa menyenangkan, pikir Kirana.
"Tadi pagi, dia memang nganterin aku ke kantor. Sebelum itu, kami sempat sarapan bareng dulu," ujar Kirana sambil tersenyum. "Tadi malam, dia juga yang ke sini jemput aku."
Semua orang terlihat syok dengan pengakuan Kirana. Anehnya, seakan tak peduli lagi kalau dirinya akan jadi bahan gosip di kantor hingga minimal sepekan ke depan, ekspresi mereka membuat Kirana tergoda untuk semakin melemparkan kalimat yang lebih provokatif.
"Sebenarnya aku ingin merahasiakan ini sampai waktu yang tepat. Tapi, menurut kalian, bagaimana jika seandainya kami memang bukan sekedar teman?"
***
Bobby melihat bosnya menghela napas sesaat setelah mereka masuk ke dalam mobil. Perjalanan mereka menuju parkiran mobil memang terasa berbeda karena ada begitu banyak orang yang jelas-jelas tampak tertarik dengan Rendra sehingga membuat bosnya tidak nyaman.
Ketika supir mulai menjalankan mobil, Bobby dengan hati-hati menyerahkan tabletnya kepada Rendra. Dia bermaksud menunjukkan kepada Rendra tentang sebuah artikel yang kemungkinan membuat orang-orang semakin tertarik dengan bos kebanggaan Bobby ini.
Artikel yang ditulis oleh Dinda itu berjudul "7 Gaya Keren Birendra Wijaya, Kayak Bos Ganteng di Drama Korea". Berbeda dari artikel sebelumnya, kali ini Rendra tidak melihat nama Kirana sebagai editor yang bertanggung jawab.
Rendra ingat bahwa dirinya telah memberikan izin kepada Dinda untuk membuat artikel dari foto-fotonya di Instagram. Dia juga sudah memperkirakan bahwa artikel seperti itulah yang akan muncul.
Tadinya, Rendra mengira artikel semacam itu tidak akan berdampak terlalu besar pada dirinya. Namun, perkiraannya itu meleset gara-gara ulah sang mantan beberapa jam lalu. Dalam sekejap, dia kini berubah jadi selebritas dadakan.
"Haruskah saya melakukan sesuatu agar pemberitaan tentang bos diredam?"
Pada beberapa film dan drama, Bobby sering melihat adegan di mana seorang sekretaris harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah yang sedang dialami bos mereka. Jadi, dia berpikir, mungkin Rendra membutuhkan bantuan semacam itu juga sekarang.
"Biarkan saja. Mereka tidak melakukan apa pun selain membuat saya tenar mendadak. Selama tidak memberikan pengaruh buruk untuk perusahaan, seharusnya itu bukan masalah."
Ternyata Bobby salah. Bosnya tidak butuh bantuan dramatis semacam itu. "Oke, Bos."
Menit-menit berikutnya, Rendra hanya diam sambil membaca berita-berita terkait dirinya.
'Oke, jangan menyesal atau protes kalau saya merilis artikel apa pun yang akan ditulis Dinda nanti, ya.'
Rendra mendadak ingat dengar perkataan Kirana tadi malam. Kala itu, Rendra pikir tidak ada yang perlu dia khawatirkan, meski Kirana seperti menyuruhnya waspada sejak awal. Sekarang dia tahu bahwa tidak semestinya dia meremehkan apapun, termasuk kekuatan media massa yang bisa menghasilkan berita menghebohkan, bahkan hanya dari Instagram Story seorang figur publik.
"Ini jadwal terakhir saya, kan?" Rendra kembali bersuara setelah mobil memasuki kawasan gedung pemerintahan daerah.
Sore ini, Rendra ada janji dengan kepala Dinas UMKM setempat untuk membicarakan kerja sama promosi produk lokal lewat pameran di Mandala Mall. Pertemuan seperti itu biasanya hanya memakan waktu sekitar satu jam.
Rendra ingin segera istirahat. Dia merasa membutuhkan waktu khusus untuk menenangkan diri. Karena sudah bertekad tidak akan menyentuh alkohol sebagai pelarian saat perasaannya memburuk, tidur lebih cepat setelah makan malam jadi satu-satunya solusi terbaik yang muncul di benak Rendra.
"Maaf, Bos. Pukul 7 nanti, ada undangan makan malam mendadak. Beberapa saat sebelum berangkat tadi, sekretaris beliau menelepon saya."
Rendra tidak suka dengan jawaban Bobby. Siapa yang mendadak harus dia temui nanti malam?
"Bos Besar datang," Bobby memberikan jawaban sebelum Rendra bertanya.
Mendengar itu, Rendra kembali terdengar menghela napas. "Ada apa dengan mereka hari ini? Tadi mantan istri bikin heboh. Sekarang, maksudmu saya juga harus makan malam dengan mantan ayah mertua?"
Ya, Bos Besar yang dimaksud Bobby adalah mantan ayah mertua Rendra.
"Bob...."
"Ya, Bos."
"Tolong carikan saya artikel soal rekomendasi alasan menolak pertemuan dengan mantan ayah mertua. Tips kayak begituan juga bisa dicari di internet, kan?"
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini :)