Gina membuka matanya yang masih terasa amat ringan, tadi ia hanya berpura-pura tidur saat Gino menyuruhnya untuk menutup mata dan beristirahat. Sungguh, ia tidak bisa tidur sama sekali, berbeda dengan kedua kakak kembarnya yang kini terlihat sudah sangat nyenyak.
Dengan sisa-sisa tenaga yang ia kumpulkan, Gina mendudukan dirinya perlahan, berusaha agar kedua kakak kembarnya tidak terbangun akan suara berisik karena gesekan di antara dirinya dengan kasur.
Ditambah lagi dengan kondisi malam yang sepi, membuat suara sekecil apapun bisa terdengar sangat besar.
Setelah berhasil mendudukkan dirinya, Gina melirik ke arah infus yang menancap di tangan kirinya. Tanpa merasakan sakit sama sekali, gadis itu segera mencabut jarumnya hingga menimbulkan darah dari kulit yang robek.
Menghiraukan rasa perih yang perlahan menjalar, Gina sepelan mungkin menurunkan kakinya dari atas kasur.