"Nggak usah dibuka." Gian merampas sebuah tas kecil berwarna hitam yang baru saja ingin Gino buka.
Sekarang mereka berdua berada di dalam kamar Gino. Kamar yang menjadi tempat Gian ssellau tidur daripada menempati kamarnya sendiri.
"Kita nggak tau siapa dia. Kaka nggak mau kita berdua ketipu lagi sama orang asing." Tangan Gian mengayun, melempar tas tersebut hingga berada di pojok ruangan.
"Dia bilang kalau charm Gina blom ilang, kak. Gino cuma mau mastiin, siapa tau ada." Menggunakan intonasi pelan tanpa nada, Gino berjalan berniat untuk mengambil kebali tas yang sudah dilempar oleh kakak kembarnya.
"Gino ... jangan berharap terlalu tinggi sama orang. Mama yang paling deket sama kita aja bisa jadi seorang penghianat, apalagi dia yang sama sekali nggak kita kenal."