"Itu boneka apa manusia sih"
Tau-tau Akbar sudah berdiri dibelakang Fajar yang sedang membuka email dari ayahnya. Tangannya disandarkan dipunggung kakaknya itu dan mulai ngomong dengan gaya ceplas ceplosnya.
"Benar-benar cantik, yang aku lihat kali ini dia ngalahin cantiknya Sri Devi artis India itu"
"Diam"
"Ih...kakak gimana sih aku ngomong apa adanya, coba lihat fotonya yang lagi digandeng papa tuh, cantiknya....wow "Akbar tak berhenti mengomentari Foto yang dikirimkan ayahnya.
"Aku bilang diam"
"Hah, orang ngomong apa adanya, cemburu kali, gak jodoh baru nyaho" Akbar hendak berlalu namun tanganya ditarik Fajar.
"Ngomong apa kamu tadi" Matanya melotot marah.
"Gak ngomong apa-apa"
"Tadi kamu bilang gak jodoh, maksud kamu apa ?" Fajar ingin menampar wajah adiknya.
"Sadar kak, jodoh dengan tidaknya tergantung kakak, makanya cepetan selesaiin tesisnya dan pulang ke Indonesia" Akbar menarik tangannya dan berlalu. Hah..syukurlah kalo gak babak belur aku...Akbar mengelus dadanya. Orang kalo lagi bucin kayak gini modelnya ya ? ih...kalo aku mau lansung nikah aja, ogah pacaran apalagi LDR, huh....atau aku nikahin Ramona aja ya, cantik kali dia ..hah...pikiran apa ini ? bisa-bisa kakak membunuhku...hehehe
Akbar dengan pikirannya Fajarpun berkutat dengan pikirannya tentang Ramona, saat itu dia pernah meminta Ramona untuk tidak berdandan, cukup dengan wajah natural saja tapi nyatanya foto yang dikirimkan ayahnya Ramona nampak dengan dandanan cantiknya, gadis itu tanpa polesanpun sangat cantik apalagi ....ahhhh Fajar menarik rambutnya frustasi. Akbar yang melihat kelakuan kakaknya segera datang menghibur.
"Kak, kata Ali bin Abi Thalib, jika kamu bahagia dan teringat seseorang artinya kamu mencintai orang itu dan apabila kamu sedang sedih dan teringat seseorang artinya orang itu mencintaimu"
Fajar memalingkan wajahnya ke arah Akbar, yang ditatap keliatan santai santai saja dan malah melanjutkan komentarnya.
"Kakak lagi sedih terus teringat Ramona kan ? Artinya benar dia sangat mencintai kakak, tapi kulihat ketika kakak bahagia tidak sekalipun mengingatnya artinya kakak tidak mencintainya, hahahaha" Akbar segera mengunci pintu kamarnya takut kena timpuk.
Sudah setahun ini Ramona kuliah di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen bisnis, Dia sangat gelisah ingin pulang ke kampung halaman walau hanya sehari, dan dia benar-benar pulang untuk ziarah ke kubur ibunya , sesampainya di rumah yang dia temui hanyalah Rukiah dan Gunawan.
"Papa gak ada ya ?" Tanya Ramona
"Sudah hampir enam bulan papa gak kesini lagi, maklum papa sudah tua dan sakit-sakitan, kemarin aku dari sana" Jawab Rukiah.
"Sore ini aku ke kubur mama, soalnya besok pagi aku harus pulang"
"Gak berniat kunjungi papa ? kemarin papa sempat nanyain kabar kamu, aku cuman bilang kamu baik-baik saja dan lagi sibuk ujian semester"
"Nanti aku balik lagi entah kenapa hari ini aku ingin pulang kampung, kalo gak ujian semester aku pingin nginap dua hari biar sekalian jenguk papa"
"Sayang udah kesini jauh-jauh"
"Saat ini giliran aku ketemu mama dulu"
"Ya udah, tapi tinggalin alamatmu. Sebulan yang lalu Yusran ke Yogya nyariin kamu disana tapi katanya kamu pindah ke Ujung Pandang"
"Pingin cari suasana baru, trus kak Yusran kemana ? kuliahnya dah kelar ?"
"Sebulan yang lalu, sekarang dia sudah dikontrak di Rumah Sakit kabupaten"
"Oh, Aku benar-benar merindukan kalian, salam sayangku buat papa"
Kegelisahan Ramona sampai kembali ke kampung halaman walau hanya sehari berujung pada penyesalannya seumur hidupnya.
Sebulan setelah dia kembali ke Ujung Pandang, gadis itu mendapat kabar jika Pak Hendrinata sudah meninggal 10 hari yang lalu tepatnya di hari jum'at pasca mengimami jamaah sholat jum'at. 10 hari gadis itu baru tahu jika ayahnya meninggal, perih, sakit, hatinya seakan dicabik-cabik jika bukan karena sepupunya Gilang yang berkunjung ke ujung pandang hari itu dan bertemu dengannya mungkin saja dia tidak akan tahu kabar itu.
Gadis itu menangis pilu dipusaran ayahnya yang nampak masih baru, penyesalan yang sangat luar biasa, andai saja sebulan yang lalu dia menjenguk ayahnya, mungkin saja dia masih bisa melihat ayahnya untuk yang terakhir kalinya. Nasi sudah menjadi bubur, saat dia tiba-tiba gelisah ingin pulang sebulan yang lalu sebenarnya itu adalah firasat tentang akan sebuah kehilangan, tapi karena ketidak sabaran dan keegoisannya membuatnya mengabaikan semua firasat itu.
Besoknya dia kembali ke Ujung Pandang.
"Tolong jangan berikan alamatku kepada siapapun" Pinta gadis itu kepada seluruh keluarganya, alasannya hanya satu saat ini dia ingin sendiri dan menghukum dirinya.
"Lho, itu artinya kau hendak memutus silaturahmi" Yusran mengingatkan.
"Please kak, tolong pahami hatiku saat ini, aku belum ingin bertemu siapapun"
"Kau ingin menghindar dari Fajar ? Tanya Yusran.
"Sepertinya tidak lama lagi dia akan kembali ke Indonesia "Lanjutnya.
Ramona diam seribu bahasa, dia benar-benar kacau. Nyaris putus asa, ini kondisinya saat ini, namun karena tak ingin membuat saudaranya khawatir dia menunjukkan ketegarannya.
Semua keluarga berjanji akan merahasiakan alamatnya namun tidak untuk Nikita, dengan berbagai macam cara Nikita berhasil mengetahui alamatnya melalui Gilang.