Dugaan aku benar, bahwa sebenarnya Putri adalah putri kepala Elang Harpy. Putri terlihat biasa saja, dia tidak peduli dengan ayahnya yang selama ini menatapku dengan senyum menyeringai.
Aku tahu apa arti senyumnya, tapi aku tidak boleh gegabah. Apalagi sekarang ada Putri dan juga Zidan, jadi aku tidak boleh terpancing emosi.
Zidan masih nyaman di pangkuanku, dia tidak ingin seseorang yang tidak dikenalnya mencoba mendekatinya. Hingga tiba-tiba Zidan berbisik padaku, "Kak. Paman lah yang mengajak ayah Zidan bekerja." Zidan berkata sambil tersenyum.
Sial, mengapa dunia ini begitu kecil? Ternyata ayah Putri tidak sebaik itu karena dia tega membunuh manusia yang punya anak. Tatapannya tidak membuatku takut tapi membuatku bangga bisa bertemu langsung dengannya.