"Tunggu!"
Mursal yang sudah akan berlalu tertahan lagi mendengar ucapan itu.
"Siapa gadis yang akan kamu nikahi? Apakah bagian dari Universitas ini?" tanya Vero, menatapnya dalam.
Mursal mengubah tatapannya, terasa lebih datar dan mengintimidasi. "Memangnya kenapa?"
"Saya yang duluan bertanya, Pak Mursal." Vero berkata tegas. "Kalau dari mahasiswi yang ada di sini, lebih baik tidak usah. Itu hanya akan menjadi perpecahan."
Mursal merapikan kerah baju kokonya, lalu melipat tangan di belakang. "Saya hanya menjadi dosen tambahan di universitas ini, Bapak Vero Abrams. Sejak awal saya datang, tidak ada peraturan yang mengatur semua kehidupan saya. Saya mau menikah dengan siapa, tinggal dimana, apa saja yang saya lakukan dan bagaimana kesusahan saya, itu sama sekali tidak ada urusannya dengan universitas.