Kantin selalu ramai pada jam-jam tertentu, tentu saja. Arkala dan teman-temannya menempati meja kebangsaan mereka sepertj biasa. Kelima orang yang saat ini tengah menunggu makanan itu sesekali bercerita, atau membicarakan orang yang lewat di depan mereka.
"Lo liat, Baal, cewek yang pake bando ijo itu aneh nggak, sih?"
"Yang duduk sama si Susi anak sebelas ipa tiga?"
Gavin mengangguk beberapa kali. "Iya yang itu. Badannya bagus, sintal, wajahnya juga kayak orang-orang China. Tapi sayang, dia galak dan penampilannya selalu nggak matching." Gavin mencebikkan bibir, sepatutnya orang julid pada biasanya.
Dia memang laki-laki, tapi mulutnya melebihi wanita.
"Kalau cewek galak itu wajar, Vin." Matteo menimbrung, sembari mengupas kulit kacang. "Lo harus tahu, harga diri perempuan itu nggak akan bisa ternilai harganya. Mereka cuek, menurut gue justru lebih bagus. Supaya cowok yang deketin dia merasa ada tantangan."