ดาวน์โหลดแอป
88.88% ANEISHA VS GAVRIEL / Chapter 16: Keharmonisan Rumah Tangga

บท 16: Keharmonisan Rumah Tangga

"Yaudah biarin aja, Bi. Nanti kalau dia laper, dia makan sendiri."

"I... Iya, Den."

"Biar saja aja yang makan, Bi."

"Iya, Den, silahkan."

Karena Felix merasa lapar setelah melakukan kegiatan seharian di kampusnya, Felix pun memutuskan untuk makan sore terlebih dahulu di meja makan. Walaupun hanya sendirian. Biasanya Felix selalu makan bersama dengan Aneisha.

Sedangkan di dalam kamar, Aneisha langsung melemparkan tas sekolahnya secara asal. Kemudian dia menjatuhkan tubuhnya di atas kasurnya yang sangat empuk dan nyaman. Aneisha melihat langit-langit kamarnya dan mengingat-ingat apa yang sudah terjadi dengannya dan Gavriel tadi siang.

"Ahhh, bisa gila gua lama-lama sama tingkahnya Gavriel. Lagian dia kenapa sih makin ke sini makin aneh. Kita itu kan pacaran ga serius-serius banget. Siapa juga yang mau serius sama dia," ucap Aneisha sendirian tanpa ada yang mendengarkannya.

******

Jakarta.

Waktu di Jakarta dan di Bandung tidak jauh berbeda. Sore ini, Fairana, Ibu kandung dari Aneisha dan Felix sedang menunggu kepulangan sang suami. Sang suami yang memiliki pekerjaan sebagai polisi akan pulang cepat hari ini. Karena sedang tidak ada pekerjaan yang urgent yang harus dia selesaikan. Tetapi hingga malam tiba, sang suami dari Fairana tidak kunjung pulang ke rumah.

"Mas Adhit kemana ya? Katanya mau pulang cepat. Tapi kok sampai sekarang belum juga sampai di rumah?" pikir Fairana sendirian.

Karena lelah menunggu sang suami pulang di meja makan, akhirnya Fairana memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya sambil menunggu sang suami pulang.

"Lebih baik aku istirahat dulu deh. Mungkin Mas Adhit terjebak macet di jalan."

Fairana pun masuk ke dalam kamarnya. Hingga akhirnya tidak sengaja Fairana ketiduran di atas kasurnya yang empuk dan nyaman. Fairana terbangun pada pukul 9 malam.

"Astaga, aku ketiduran."

Fairana langsung melihat ke arah samping kanannya. Berharap jika di sampingnya sudah ada sang suami yang tidur bersamanya. Tetapi ternyata dia belum ada juga di rumah sampai semalam ini.

"Ternyata Mas Adhit belum pulang."

Fairana langsung beranjak ke depan kamarnya. Dia masih berharap jika sang suami sedang makan malam di meja makan dengan makanan kesukaannya yang sengaja sudah di masak oleh tangan Fairana sendiri. Padahal di rumah itu mereka juga mempekerjakan asisten rumah tangga untuk bersih-bersih rumah dan juga memasak. Namun kenyataan lagi-lagi tidak sesuai dengan harapan Fairana. Di meja makan itu tidak ada siapa-siapa. Makanan yang sudah disiapkan juga masih tertutup rapih. Di sana juga sedang ada asisten rumah tangganya yang terbangun dari tidurnya. Karena dia ikut tinggal di rumah itu.

"Bi, Bapak belum pulang ya?" tanya Fairana.

"Belum, Bu."

"Yaudah di rapihkan aja makanannya. Masukin ke dalam kulkas. Takut basi."

"Baik, Bu."

Fairana sudah merasa pesimis dengan kepulangan sang suami. Akhirnya dia menyuruh asisten rumah tangganya untuk membereskan semua makanan yang ada di atas meja dan memasukkannya ke dalam lemari es. Setelah itu Fairana kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Mas Adhit kemana ya? Kenapa belum pulang juga? Seharusnya dia udah pulang dari tadi sore. Aku jadi takut dia kenapa-kenapa. Lebih baik aku coba telepon deh."

Fairana pun mencoba untuk menghubungi sang suami. Tetapi sayangnya nomer yang dituju sedang tidak aktif. Membuat pikiran Fairana menjadi tidak karuan memikirkan sang suami yang tidak jelas sedang berada dimana, dengan siapa, sedang berbuat apa kali ini.

"Aduh, kenapa handphone Mas Adhit ga aktif ya? Semoga aja Mas Adhit ga kenapa-kenapa deh."

Dengan waktu yang bersamaan tiba-tiba saja lampu kamar mati. Suasana sangat mencekam. Bayangkan saja rumah sebegitu besarnya tiab-tiba mati lampu dan tidak bisa melihat apa-apa. Apalagi di rumah itu hanya ada Fairana dan juga asisten rumah tangganya. Ada satpam penjaga rumah tetapi dia jauh di depan gerbang sana. Fairana langsung terkejut.

"Astaga. Listriknya padam? Kok bisa sih tanpa ada pemberitahuan dulu?" gumam Fairana.

Fairana berusaha untuk keluar dari dalam kamarnya dengan perlahan-lahan sambil berpegangan pada benda yang ada di sekitarnya. Fairana juga meneriaki asisten rumah tangganya supaya dia bisa langsung membantunya.

"Bi... Bibi... Ini mati lampu kenapa ya? Bi...," teriak Fairana. Tetapi asisten rumah tangganya tidak kunjung datang juga. Fairana dibuat kesal olehnya.

"Ish si Bibi kemana sih? Kenapa dipanggilnya susah banget sih. Padahal lagi keadaan seperti ini."

Fairana terus mencoba keluar dari dalam kamarnya. Tiba-tiba saja lampu di rumahnya kembali menyala. Betapa terkejutnya Fairana ketika melihat di depan matanya sudah ada sang suami yang berdiri lengkap dengan buket bunga yang dia pegang di tangan kanannya.

"Surprise...,", ucap Adhitama, suami dari Fairana.

"Astaga, ya ampun, Mas," ucap Fairana sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Gimana? Kamu suka ga?"

"Ga lucu banget sih, Mas. Aku tuh udah khawatir takut kamu kenapa-kenapa. Mana di talepon juga ga diangkat. Terus tiba-tiba listrik padam juga. Ternyata ini semua rencana kamu, Mas?"

"Iya dong... Emangnya aku ga boleh kasih surprise ke istri aku sendiri?"

"Ya boleh, Mas... Tapi jangan sering-sering ah kalau caranya kaya gini. Bikin aku jantungan aja."

"Iya, iya, aku minta maaf. Sini, sini."

Adhitma langsung memeluk Fairana dengan sangat eratnya. Kemudian diciumnya kening sang istri. Sehingga Fairana merasa sangat dicintai oleh suaminya.

"Kamu udah makan belum, Mas? Aku masakin makanan kesukaan kamu loh."

"Oh ya? Langsung laper aku rasanya kalau kamu yang masak, hehe."

"Hehe, bisa aja Mas. Yaudah kalau gitu kita makan bareng yuk."

"Ayo."

Akhirnya Fairana dan Adhitama makan malam berdua di meja makan. Semua makanan yang sudah disiapkan oleh Fairana dikeluarkan kembali dari lemari es dan di hangatkan kembali. Semua makanan masih terasa nikmat. Apalagi malam ini Fairana dan Adhitama sedang bermesra-mesraan. Baru saja terdapat kejutan dari Adhitama untuk Fairana. Walaupun di awal Fairna asempat merasa cemas dengan kondisi Adhitama yang tanpa kamar.

******

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Tetapi Aneisha masih terlelap dalam tidurnya. Karena hari ini adalah hari libur sekolah. Sehingga Aneisha bisa bangun lebih siang hari ini. Namun ada satu hal yang membangunkan Aneisha dari tidurnya. Yaitu suara teriakan dari Felix.

"Aneisha... Bangun... Udah jam berapa ini?!! Anak gadis kok bangunnya siang," teriak kak Felix.

Suara kak Felix yang sangat menggelegar dapat membangunkan Aneisha dari tidurnya. Aneisha pun membalas teriakan juga kepadanya.

"Iya, iya... Mentang-mentang bukan gadis seenaknya nyalahin anak gadis."

Setelah terbangun dari tidurnya, Aneisha tidak langsung beranjak dari tempat tidurnya begitu saja. Tetapi Aneisha membuka handphone miliknya terlebih dahulu. Mengecek apa saja yang ada di handphonenya. Dan ketika Aneisha melihat handphonenya, tiba-tiba saja ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba tersenyum di pagi hari ini.

-TBC-


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C16
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ