you are strong and you must live with me.
---
Vano pov
Minuman sudah berada di tanganku, tinggal menuju kasir dan membayarnya. Namun ketika aku hendak menuju kasir, di salah satu antara rak rak yang berjajar aku melihat Alana yang sedang bersama seorang pria.
“Inikah acara yang ia maksud? Hingga ia dengan terburu-buru pulang ketika sedang bersamaku.” Batinku dengan mencari tempat untuk bersembunyi.
“Untuk apa aku bersembunyi di sini, memangnya aku siapa? Maling?” Batinku lagi. Aku pun memutuskan untuk menemui mereka. Entah mengapa kakiku terasa berat untuk melangkah mendekat kearah Alana dan pria tersebut. Jantungku pun berdegup lebih cepat ketika kakiku terus melangkah. Alana yang menyadari kehadiranku pun berhenti tertawa dengan pria tersebut.
“Mungkin Alana akan lebih bahagia bersama pria tersebut.” Fikirku yang tadinya melihat Alana tertawa lepas bersama pria tersebut.
“Hai Na,” sapaku terlebih dahulu padanya.
“Eh, iya. Lo ngapain ke sini?” Tanyanya dengan agak gugup.
“Ini gue cari minum.” Balasku dengan menunjuk minuman yang berada di tanganku.
"Oh iya, kenalin ini_" belum selesai Alana berbicara pria tersebut sudah mengulurkan tangannya padaku. Aku yang melihatnya pun menyambut uluran tangannya dengan menjabatnya.
"Gue Arya gue_"
"Sebelum dia bilang yang sesungguhnya, gue harus lebih dulu mengucapkannya." Batinku.
"Gue Vano, selamat lo beruntung dapet cewek kek Alana, tapi Alana lebih pantes sama gue dan gue tunggu lo putus sama Alana." Cerocosku begitu saja tanpa menunggu pria yang bernama Arya tersebut ingin berbicara apa selanjutnya. Karena ucapannya yang aku potong. Saling pandang dan menyipitkan mata, itulah ekspresi yang aku lihat pada Alana dan pria yang bernama Arya setelah mendengar cerocosanku.
"Bbhhaaa, kok lucu ya." Kata Arya dengan tertawa terbahak bahak dengan memegangi perutnya. Sedangkan Alana juga tak jauh berbeda dengan pria yang bernama Arya tersebut, ya Alana juga tertawa. Atau lebih tetapatnya mentertawaiku.
"Emang gue lucu ya, kok kalian ketawa." Kataku yang heran dengan ekspesi mereka berdua.
"Bentar bentar, gue mau tanya sama lo." Kata Arya lagi disela-sela tertawanya.
"Aduh udah dong, cepet jelasin ke cowok satu ini." Seru Alana yang seperti sudah tak tahan menahan tawanya lagi.
"Ok gue jelasin," Kata Arya dengan mengatur nafasnya yang tersengkal sengkal akibat tertawa dengan melihatiku.
"Gini, sebelumnya lo jawab pertanyaan gue. Gue siapa?" Tanya Arya kemudian padaku dengan menunjuk dirinya.
"Lo pacarnya Alana, tapi Alana bakal putus sama lo dan akan jadi cewek gue." Jawabku dengan yakin.
"Aduh jangan bikin gue ketawa dong." Gumam Arya yang kembali tertawa.
"Gini ya, siapa tadi nama lo? No no..." Lagi lagi nama itu yang di ingat ketika ingin menyebut namaku. Bukannya apa apa, aku haya tidak suka jika aku disebut dengan sebutan 'No no'.
"Vano." Kataku memberi tahukan namaku.
"Jadi gini ya Vano, gue itu bukan pacarnya Alana tapi gue ABANGNYA Alana. Catat itu. Dan lo nggak usah nunggu Alana putus sama gue kalo lo mau pacarin dia." Jelas Arya padaku dengan menenkankan kata Abangnya alias kakak.
Terkejut. Ya, aku Vano Firdyan Pradipta terkejut karena ternyata orang yang aku kira pacar Alana ternyata adalah kakaknya. Bukan hanya terkejut, aku juga malu karena dengan pdnya sudah berbicara seenakku sendiri di hadapannya. Mau aku taruh dimana mukaku sekarang, mulutku ini juga sudah keterlaluan berbicara seenaknya tanpa mendengar terlebih dahulu ucapannya.
"Nggak usah malu gitu, gue salut sama lo malahan." Kata Abang Alana yang menyadari tingkahku.
"Hehe, maaf ya kak, saya sudah berbicara seperti tadi." Kataku meminta maaf dengan menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.
"Nggak papa, santai aja. Gue malah suka sama gaya lo yang nggak mudah menyerah." Tuturnya entah hanya ingin menghiburku atau memang apa adanya. Aku pun membalas kakak Alana dengan senyum simpulku. Semoga saja dengan seperti itu dia tidak akan ilfeel denganku.
"Oh ya satu lagi yang mau aku kasih tahu sama kamu, Alana tadi buru buru pulang soalnya dia sekarang sedanga ada acara sama aku buat jemput kedua orang tua kami di bandara." Jelas kakak Alana lagi.
Untuk kedua kalinya aku sudah berprasangka buruk pada Alana, yang pertama aku mengira bahwa kak Arya adalah pacarnya dan yang kedua aku mengira Alana berbohong mengenai ucapannya waktu di taman kalau dia ada acara.
"Ya udah kalo gitu kita mau pergi ke bandara dulu ya." Kakak Alana dan Alana pun berjalan menuju kasir, meniggalkan aku yang masih merutuki diriku.
# # #
Author pov
Di mobil
Setelah membayar es krim dan barang yang suah mereka beli. Alana dan Arya pun kemudian segera masuk ke mobil dan menjankan moib ke bandara.
"Lo bisa kenal manusia kek gitu di mana sih Na?" Tanya Arya yang masih belum bisa move on dari kata kata Vano yang menurutnya nekat, perfect tapi juga agak sedikit kocak.
Bagaimana tidak, bayangkan kalu yang diajam bicara tadi bemar benar pacar Alana. Ekspesi apa yang akan ditunjukkan pria tersebut ketika Vano mengucapkan kata-kata yang seolah olah hanya dialah yang akan menjadi pacar Alana setelah pria tersebut.
"Menurut Abang dimana?" Tanya balik Alana.
"Di jalan dekat lampu merah?" Jawab Arya asal.
"Abang kira dia terong terongan. Asal abang tahu dia itu di sekolah most wanted tau." Balas Alana yang sepertinya tak terima dengan ucapan Arya.
"Iya iya, yang most wanted. Sejak kapan lo suka yang kek gituan?" Tanya Arya lagi dengan nada menggoda adik perempuannya itu.
"Lah iya ya, gue kan nggak percaya sama yang kek gituan, apalagi suka." Batin Alana.
"Siapa yang suka, yee ngarang aja." Balas Alana lagi.
"Yee, nggak usah ngeles lu Na sama Abang. Dikira sini nggam tahu." Arya sebenarnya memang cuma menduga duga saja, tapi dari gerak gerik Alana, Arya menjadi yakin dengan dugaannya.
"Heemm, gimana ya?" jawab Alana dengan nada bimbang.
"Gimana? Cerita aja, kalo kamu nggak cerita itu berarti keberadaan Abang ada disisi kamu itu percuama. Nggak bisa jadi temen curhat kamu." Tutur Arya dengan tetap vokus menyetir.
"Heemm gini Bang, setelah Alana fikir Alana itu nggak pantes buat dicintai Bang. Percuma mencintai Alana karena Alana udah nggak lama lagi di dunia ini. Alana nggak mau setelah Alana pergi nanti akan ada orang yang tersakiti karena Alana. Alana ngga mau_" mendengar penuturan Alana, Arya kembali teringat ucapan dokter tadi sebelum mereka ke supermarket. Ucapan dokter yang menyatakan umur Alana hanya tinggal tiga bulan lagi. Arya yang melihat Alana menangis memilih meminggirkan mobilnya dan berhenti.
"Uuussshhh, kamu nggak boleh ngomong kek gitu. Kamu itu pantas untuk dicintai, pantas untuk disayangngi." Kata Arya yang kini mendekap Alana ke dada bidangnya dengan harapan Alana dapat segera tenang.
"Kamu lihat Abang, Abang buktinya. Abang akan tetap menyayangi kamu. Dan kamu harus ingat kata kata Abang. Abang nggak akan biarin kamu pergi karena penyakit ini." Arya menatap mata Alana. Dimata tersebut tersirat keterkejutan, ketakutan, dan kesedihan yang tidak ia ketahui. Setelah merasa Alana tentang Arya pun melepaskan dekapannya.
" Kamu adalah adik Abang yang kuat, you are strong and you must live with me."
"I will try to you."
Mereka kemudian harus segera menuju bandara, karena waktu mereka sudah tidak lama lagi.