Justin terus memikirkan ucapan Arion, yang dengan beraninya mengancamnya. Justin meremas rambutnya dengan kasar, kekecewaan terhadap keputusan Harini yang menerima lamaran dari Arion, bahkan kini mereka telah menikah.
"Justin, buka pintunya nak, Mama ingin bicara dengan mu." Justin mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, lelah dengan perasaannya saat ini, lelah dengan pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan Kartika, yang tidak ada henti-hentinya mencari tahu keberadaan Harini.
"Mama, masuklah."
Kartika menyadari ada sesuatu yang disembunyikan oleh Justin darinya, feeling seorang ibu semakin kuat saat melihat wajah Justin yang tidak mampu lagi untuk menyembunyikan apapun darinya.
"Jika kamu tidak bisa mengatasinya sendiri, alangkah baiknya kamu cerita sama Mama, tidak baik kamu menyembunyikannya sendiri. kamu membutuhkan bantuan dari Mama, Justin."
"Apa kamu sudah tahu di mana Harini?"