Malam semakin larut, aku sudah berada di rumah, mas Jaya menyambutku dengan baik, papa Hardi juga sangat senang mengetahui aku tidak bersalah. Hanya saja, ibu mertuaku, yang tak lain adalah nyonya rumah ini juga masih menentang keberadaan ku, entah apa salahku, yang pasti aku cukup menerima semuanya dengan lapang dada dan tangan terbuka. Tapi, mas Jaya mulai kembali hangat denganku, dia sudah tidak segan memelukku bahkan di depan mertuaku atau Melani, tapi yang kulihat Melani hanya biasa saja. Tidak meninggalkan reaksi benci atau suka padaku, sepertinya dia mulai netral. Hanya saja,. Aku kasihan melihat Calisa. Hingga esok aku memutuskan untuk menemuinya. Tapi, tanpa sepengatahuan suamiku. Sebab, jika dia tahu pastilah aku akan didiamkan lagi, walau aku tahu setelah aku jujur nanti dia akan marah juga. Setidaknya aku sudah menemui Calisa tanpa kendala terlebih dahulu.