Sejauh apa pun berjalan, Lyra hanya bisa melihat warna putih bersih. Ia tidak tahu di mana dirinya sekarang. Seingatnya, dia sedang berbaring di kasur, bersiap untuk terlelap sambil memikirkan Rava, bertanya-tanya mengapa tuannya itu belum menjawab perasaannya.
"Kamu sungguh mencintainya, ya?"
Lyra langsung menoleh ke belakang, menghadap ke sumber suara yang familier itu. Begitu melihat seseorang yang dikenalnya, ia tersentak. Orang itu yang begitu mirip dengan Lyra, walau fitur-fitur wajahnya agak berbeda dan rambut ikalnya lebih pendek.
"Ibu?" desis Lyra tak percaya.
Sang ibunda tersenyum hangat. "Pria bernama Rava itu begitu berarti untukmu, ya?"
Mulut Lyra langsung membentuk senyum lebar. Bahkan Lyra sendiri tidak tahu mengapa dirinya bisa begitu. "Benar sekali, Bu. Dia itu pria yang hebat. Aku sangat mencintainya."
"Aah, bahkan dia bisa membuatmu tersenyum, Lyra. Selama ini, kamu tidak pernah tersenyum sebelumnya. Ibu senang kamu bisa tersenyum. Senyummu sangat manis."