ดาวน์โหลดแอป
100% Destiny:Uncertainty / Chapter 3: Bab 3

บท 3: Bab 3

Rin menyelinap keluar dari sekolah di tengah malam, berbekal tekad kuat untuk mencari material yang dia butuhkan. Dia menuju ke daerah tambang yang sudah lama tidak terpakai, sebuah tempat yang sepi dan sunyi di bawah sinar bulan.

Rin: "Aku harus menemukan material itu... ini adalah satu-satunya cara."

Dia berjalan melalui lorong-lorong tambang yang gelap, hanya ditemani oleh suara langkah kakinya yang menggema. Matanya mencari-cari di antara bebatuan dan mineral yang tersebar di tanah.

Rin: "Batu bara... di mana aku bisa menemukannya?"

Dia terus berjalan, sampai akhirnya melihat sekumpulan batu bara di sudut gelap.

Rin: "Aha, ini dia! Batu bara pertama... satu bahan penting sudah ditemukan."

Rin mengumpulkan batu bara dan memasukkannya ke dalam tasnya. Lalu, dia melanjutkan pencariannya.

Rin: "Sekarang, aku butuh beberapa bijih besi. Seharusnya tidak terlalu sulit ditemukan di sini."

Setelah beberapa saat, dia menemukan bijih besi yang dia cari.

Rin: "Got it! Bijih besi... selangkah lagi menuju kesuksesan."

Dengan bijih besi di tangannya, Rin merasa semangatnya semakin berkobar.

Rin: "Batu yang menyerupai delima... di mana aku bisa menemukannya?"

Dia terus mencari, sampai akhirnya dia melihat sebuah batu berwarna merah mencolok di antara bebatuan lainnya.

Rin: "Itu dia! Batu delima. Ini pasti yang aku butuhkan."

Dia meraih batu itu dengan hati-hati, merasa lega bahwa dia telah menemukan semua bahan yang dia butuhkan.

Rin: "Aku berhasil. Sekarang, waktunya kembali dan memulai eksperimenku."

Dengan tas yang penuh dengan material yang berharga, Rin bergegas kembali ke sekolah, berharap bahwa usahanya ini akan membuahkan hasil dan membantunya mengatasi masalah sihirnya yang tidak stabil.

Setelah berhasil mengumpulkan semua material yang dibutuhkan, Rin merasa bingung tentang bagaimana cara memprosesnya. Dia berdiri di laboratorium kecil yang ada di asrama, menatap material yang ada di hadapannya.

Rin: "Bagaimana cara mencairkan bijih besi dan memanaskan batu delima hingga bisa disatukan? Aku tidak tahu caranya..."

Dia menghela nafas, merasa sedikit putus asa. Namun, dia tidak mau menyerah.

Rin: "Baiklah, aku harus kembali ke perpustakaan. Mungkin di sana ada buku yang bisa membantuku."

Dengan tekad baru, Rin bergegas ke perpustakaan. Dia mencari di rak-rak yang berisi buku-buku tentang peleburan dan material sihir. Setelah beberapa saat, dia menemukan beberapa buku yang tampaknya bisa membantu.

Rin: "Ini dia... Buku tentang teknik peleburan dan material sihir. Aku harap ini bisa memberikan jawaban yang aku cari."

Dia duduk di meja perpustakaan dan mulai membaca dengan tekun.

 

Buku: Teknik Peleburan dan Material Sihir

Bab 1: Dasar-Dasar Peleburan

"Untuk mencairkan bijih besi, kamu membutuhkan suhu yang sangat tinggi. Biasanya, ini dilakukan di dalam tanur tinggi (blast furnace), yang mampu mencapai suhu sekitar 1500 derajat Celsius. Proses ini melibatkan penggunaan karbon, biasanya dalam bentuk kokas, untuk mereduksi bijih besi menjadi logam besi."

Rin: "Jadi, aku butuh tanur tinggi... atau sesuatu yang bisa mencapai suhu setinggi itu."

Bab 2: Material Penyatuan

"Untuk memanaskan dan menyatukan batu delima dengan bijih besi, kamu perlu memanfaatkan teknik fusi sihir. Teknik ini memungkinkan pengguna sihir untuk mengalirkan energi panas langsung ke dalam material, memanaskannya dari dalam. Proses ini memerlukan kontrol sihir yang sangat baik untuk menghindari ledakan atau kerusakan material."

Rin: "Teknik fusi sihir... aku harus mencobanya. Tapi, aku harus berhati-hati."

Bab 3: Alat dan Bahan

"Alat yang diperlukan untuk proses peleburan meliputi:

- Tanur tinggi atau tungku pembakaran

- Tungku sihir portabel (jika tersedia)

- Kontainer tahan panas untuk menampung logam cair

- Instrumen pengukur suhu

- Sihir pengendali panas untuk fusi material sihir"

Rin: "Aku harus memastikan aku punya semua alat ini. Kalau tidak, usahaku akan sia-sia."

 

Setelah membaca buku itu, Rin merasa lebih siap untuk melanjutkan eksperimen.

Rin: "Baiklah, aku tahu apa yang harus dilakukan. Aku perlu menemukan tungku pembakaran dan mempelajari teknik fusi sihir lebih dalam. Ini tidak akan mudah, tapi aku tidak boleh menyerah."

Dengan semangat baru dan pengetahuan yang didapatkan dari buku, Rin kembali ke asrama, siap untuk memulai proses peleburan dan fusi material yang kompleks ini namun ada hambatan.

Setelah Rin di asrama dengan perasaan campur aduk. Dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi ada satu hal yang masih menjadi penghalang besar sihirnya sendiri yang tidak stabil. Dia menghela napas panjang, berusaha mencari solusi.

Rin: "Bagaimana aku bisa mencampur tangan dengan sihir kalau sihirku sendiri selalu kacau?"

Dia berjalan mondar-mandir di kamar asrama, mencoba memikirkan cara untuk mengatasi masalah ini. Namun, sepertinya tidak ada solusi yang mudah.

Rin: "Aku harus menemukan cara untuk menstabilkan sihirku... mungkin ada cara lain untuk mengendalikan energi sihir tanpa membuatnya meledak."

Rin terlalu banyak berpikir hingga membuatnya tertidur.

Esok harinya, saat pelatihan sihir dimulai, Rin merasa bimbang dengan ketidakstabilan sihirnya. Namun, dia tidak bisa mengabaikan latihan penting ini. Semua siswa berkumpul di lapangan terbuka, siap untuk mengikuti instruksi dari instruktur.

Instruktur: "Baiklah, hari ini kita akan berlatih mengendalikan dan menyalurkan sihir kalian. Fokuslah pada stabilitas dan kontrol."

Rin memperhatikan dengan seksama, mencoba memahami setiap instruksi. Namun, matanya tertarik pada seorang siswa yang mencolok dengan kemampuan sihirnya. Siswa itu memanipulasi energi sihir dengan mudah, mengendalikan elemen api dan angin dengan ketepatan yang mengagumkan.

Rin: "Dia sangat berbakat... mungkin dia bisa membantuku."

Setelah pelatihan berakhir, Rin mendekati siswa tersebut dengan hati-hati.

Rin: "Hei, aku Rin. Kamu hebat sekali dalam mengendalikan sihirmu. Boleh aku bertanya sesuatu?"

Siswa: "Oh, terima kasih. Nama aku Hiro. Tentu saja, ada yang bisa aku bantu?"

Rin: "Aku punya masalah dengan sihirku. Energi sihirku tidak stabil, dan itu membuat sulit untuk melakukan hal-hal seperti peleburan material dan membuat sirkuit sihir. Aku melihat kamu sangat ahli dalam mengendalikan sihir. Apakah kamu punya tips atau cara yang bisa membantuku?"

Hiro berpikir sejenak sebelum menjawab.

Hiro: "Hmm, aku pernah mendengar tentang beberapa teknik dan alat yang bisa membantu menstabilkan sihir. Kamu pernah coba menggunakan alat bantu sihir seperti gelang stabilisasi atau kristal pengatur energi?"

Rin: "Aku pernah membaca tentang itu, tapi aku tidak tahu di mana bisa mendapatkan atau membuatnya."

Hiro tersenyum dan menepuk bahu Rin dengan ramah.

Hiro: "Tenang saja, aku punya beberapa kristal pengatur energi yang mungkin bisa kamu coba. Kita bisa bertemu setelah latihan dan aku akan tunjukkan cara menggunakannya."

Rin merasa harapan mulai tumbuh dalam dirinya.

Rin: "Terima kasih banyak, Hiro. Aku benar-benar menghargai bantuanmu."

Hiro: "Sama-sama. Senang bisa membantu. Nanti setelah latihan, kita akan lihat apa yang bisa kita lakukan untuk menstabilkan sihirmu."

Dengan hati yang lebih ringan, Rin melanjutkan latihan hari itu, menantikan sesi dengan Hiro yang mungkin akan menjadi kunci untuk mengatasi masalah sihirnya.

Setelah kelas selesai, Hiro menemui Rin di kamarnya, membawa beberapa kristal pengatur energi.

Hiro: "Ini kristal pengatur energi yang aku janjikan. Semoga ini bisa membantu menstabilkan sihirmu."

Rin mengambil kristal itu dengan hati-hati, memandangnya dengan penuh harapan. Dia duduk dan mencoba untuk memfokuskan energinya melalui kristal, namun sesaat kemudian, kristal itu mulai bergetar hebat sebelum akhirnya pecah menjadi serpihan kecil.

Rin: "Oh tidak, kristalnya pecah... Sihirku benar-benar tidak bisa dikendalikan."

Hiro terlihat khawatir melihat kejadian itu.

Hiro: "Sepertinya energi sihirmu lebih kuat dan tidak stabil dari yang aku kira. Kita perlu cara lain."

Rin menghela napas, merasa frustasi dengan situasinya.

Rin: "Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi. Hiro, bisakah kamu membantuku lebih jauh? Mungkin jika kamu mengawasi dan membimbingku di tahap akhir ini, terutama dalam penggabungan material di dalam tungku?"

Hiro tersenyum dan mengangguk.

Hiro: "Tentu saja, Rin. Aku akan membantumu. Penggabungan material dalam tungku memang butuh stabilitas yang tinggi, tapi kita bisa melakukannya bersama."

Rin merasa sedikit lebih tenang dengan kehadiran Hiro di sisinya.

Rin: "Terima kasih, Hiro. Aku tidak tahu harus berbuat apa tanpa bantuanmu."

Mereka berdua menuju bengkel yang ada di akademi. Hiro membantu Rin menyiapkan tungku dan material yang dibutuhkan.

Hiro: "Baik, pertama-tama kita perlu memastikan suhu tungku stabil. Kemudian kita akan menambahkan material secara bertahap."

Rin mengangguk, mengikuti instruksi Hiro dengan cermat. Mereka mulai menambahkan material ke dalam tungku, dan Hiro membantu Rin menstabilkan sihirnya agar energi sihir dapat mengalir dengan tepat.

Namun, ketika tahap akhir tiba, Rin merasa ketidakstabilan sihirnya menghalangi proses. Dia berdiri di samping, hanya bisa menyaksikan Hiro menyelesaikan tahap akhir dengan cekatan.

Rin: "Hiro, aku benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa. Sihirku terlalu tidak stabil."

Hiro tersenyum penuh pengertian.

Hiro: "Tidak apa-apa, Rin. Aku akan menangani ini. Kamu sudah bekerja keras sampai tahap ini."

Rin menonton dengan kagum saat Hiro memanipulasi energi sihir dengan mahir, menggabungkan material di dalam tungku dengan presisi.

Hiro: "Lihat, ini adalah teknik yang aku pelajari untuk menstabilkan energi sihir. Fokus pada aliran yang lembut dan konsisten."

Rin mengamati setiap gerakan Hiro, mencoba mempelajari teknik yang digunakan.

Rin: "Kamu benar-benar hebat, Hiro. Aku harap suatu hari aku bisa mengendalikan sihirku seperti kamu."

Hiro menyelesaikan tahap akhir penggabungan material dengan sukses. Tungku berpendar dengan cahaya hangat saat material mulai menyatu dengan sempurna.

Hiro: "Selesai. Ini adalah hasil kerja keras kita. Jangan khawatir, Rin. Dengan latihan dan waktu, kamu pasti bisa mencapai ini juga."

Rin merasa terinspirasi oleh kemampuan dan kebaikan Hiro.

Rin: "Terima kasih, Hiro. Aku akan terus berusaha."

Malam itu, Rin kembali ke kamarnya setelah hari yang panjang. Dengan penuh tekad, dia memutuskan untuk mencoba menanamkan sirkuit sihir penyerapan di atas batu yang telah mereka buat. Dia menyiapkan meja kerjanya, menata peralatan dan material dengan hati-hati. Batu yang sudah diproses oleh Hiro tergeletak di atas meja, berkilau redup di bawah cahaya lampu.

Rin: "Baiklah, ini adalah kesempatan terakhirku. Aku harus berhasil kali ini."

Rin mengambil alat ukirnya dan mulai menggambar pola sirkuit sihir penyerapan di permukaan batu tersebut. Tangannya bergetar sedikit, namun dia berusaha untuk tetap tenang dan fokus.

Rin: "Ingat, tetap tenang. Fokus pada setiap detail dan pastikan pola ini sempurna."

Langkah demi langkah, pola sirkuit sihir mulai terbentuk. Mengukir sirkuit ini tidak membutuhkan kekuatan sihir, namun membutuhkan ketelitian yang luar biasa dan konsentrasi penuh. Setiap goresan harus tepat, setiap garis harus sempurna.

Rin: "Ini sangat rumit, tapi aku tidak boleh membuat kesalahan."

Dengan tekad yang lebih kuat, Rin melanjutkan proses pengukiran. Dia memfokuskan pikirannya, membayangkan pola sirkuit yang tenang dan stabil. Batu itu kembali berpendar, kali ini lebih terang. Sirkuit sihir penyerapan mulai bekerja, menarik energi sihir dari sekitarnya dan menyalurkannya dengan lembut.

Rin: "Aku... aku berhasil! Akhirnya, berhasil!"

Rin menatap batu itu dengan perasaan bangga dan lega. Dia tahu bahwa ini hanya langkah kecil, namun itu adalah langkah yang sangat penting baginya. Dengan sirkuit sihir penyerapan yang berhasil dia tanamkan, Rin merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan di akademi militer.

Rin: "Terima kasih, Hiro. Tanpa bantuanmu, aku tidak akan bisa sampai sejauh ini."Gumam dalam hati.

Namun, pekerjaan Rin belum selesai. Dengan segera, dia mengambil pistol Mauser C96 miliknya. Dia memutuskan untuk memperbarui sirkuit sihir di dalam pistol tersebut agar dapat merespons batu yang telah diukirnya.

Rin: "Sekarang, mari kita buat ulang sirkuit sihir di pistol ini."

Dia dengan hati-hati membongkar bagian-bagian pistol, membuka akses ke bagian dalam senjata. Dengan keahlian yang dia peroleh selama pelatihan, Rin mulai mengukir ulang sirkuit sihir pada pistolnya, memastikan pola baru tersebut dapat berinteraksi sempurna dengan batu yang sudah diukir.

Rin: "Setiap garis harus tepat, setiap titik harus terhubung dengan benar."

Setelah beberapa jam bekerja keras, sirkuit sihir baru di dalam pistol selesai. Rin kemudian menempatkan batu yang telah diukir ke dalam kompartemen khusus di pistol tersebut.

Rin: "Baiklah, ini saatnya mencoba."

Dia memeriksa pistolnya sekali lagi, memastikan semuanya terpasang dengan benar. Kemudian, dengan perasaan cemas bercampur harapan, Rin menyambungkan sirkuit sihir di pistol tersebut. Batu itu bersinar, dan energi sihir mengalir melalui sirkuit dengan lancar. Batu tersebut tidak hanya mampu menyerap energi sihir dari sekitarnya, tetapi juga menyerap energi sihir Rin ketika dia memegangnya, menstabilkan kekuatannya yang tidak seimbang.

Rin: "Aku... aku berhasil! Pistol ini sekarang dapat merespon energiku dengan baik."

Rin merasa bangga dengan pencapaiannya. Malam itu, dia tidur dengan tenang, mengetahui bahwa dia telah membuat kemajuan besar dalam perjalanan panjangnya. Dengan senjata yang telah diperbarui, Rin siap untuk menghadapi tantangan berikutnya di akademi militer.

Keesokan harinya, alarm berbunyi nyaring membangunkan semua siswa di asrama militer. Itu adalah hari yang ditunggu-tunggu, saat ujian pembuatan sirkuit sihir. Setiap siswa harus mempresentasikan sirkuit sihir yang telah mereka masukkan ke dalam senjata masing-masing.

Di dalam kelas, suasana tegang terasa. Para siswa dengan gugup menunggu giliran mereka untuk mempresentasikan hasil kerja keras mereka. Akhirnya, giliran Rin tiba. Dia melangkah maju dengan pistol Mauser C96 yang telah dimodifikasinya. Di hadapan seluruh kelas dan instruktur, Rin mulai menjelaskan.

Rin: "Pistol ini telah saya modifikasi dengan menggunakan material batu khusus yang telah diukir dengan sirkuit sihir penyerapan. Batu ini mampu menyerap energi sihir dari sekitarnya dan juga dari penggunanya."

Instruktur memandang dengan penuh minat, sementara Rin melanjutkan penjelasannya.

Rin: "Saya tidak menambahkan lingkaran sihir secara manual, tetapi sirkuit sihir yang saya tanamkan memungkinkan lingkaran sihir ini untuk aktif dengan sendirinya saat pistol ditembakkan. Lingkaran sihir tersebut akan menciptakan peluru sihir dari energi yang terserap dan mempercepatnya menggunakan sihir angin."

Rin menunjuk pada diagram yang telah dia siapkan di papan tulis.

Rin: "Lingkaran sihir berfungsi untuk menggunakan energi sihir dan mengkonsentrasikannya menjadi peluru. Lingkaran sihir kedua berfungsi untuk mempercepat peluru tersebut menggunakan sihir angin, meningkatkan kecepatan hingga 880.991,089 Mach. Dan yang terakhir, lingkaran sihir ketiga berfungsi untuk menciptakan gaya aerodinamis di sekitar peluru, meningkatkan kecepatannya hingga 2,5 kali lipat dari kecepatan awal."

Seorang siswa di belakang ruangan terkesiap, tidak percaya dengan apa yang didengar.

Siswa: "Itu... mustahil. Tidak mungkin peluru bisa secepat itu."

Rin mengangguk, siap untuk membuktikan pernyataannya.

Rin: "Untuk membuktikannya, saya akan memperlihatkan kecepatan peluru ini kepada Anda."

Instruktur mengangguk, memberi izin. Rin mengarahkan pistolnya ke target yang telah disiapkan di ujung ruangan. Dengan tenang, dia menarik pelatuknya. Dalam sekejap, peluru sihir melesat keluar, tidak terlihat oleh mata telanjang. Target di ujung ruangan hancur seketika, memperlihatkan kecepatan luar biasa dari peluru tersebut.

Instruktur: "Luar biasa, Rin. Ini... luar biasa."

Rin tersenyum tipis, merasa lega bahwa usahanya tidak sia-sia.

Instruktur: "Bisa kau jelaskan lebih simple tentang proses dan teori di balik sirkuit sihir ini?"

Rin mengangguk dan melanjutkan penjelasannya dengan rinci, menjelaskan bagaimana dia memanfaatkan sirkuit sihir penyerapan dan bagaimana lingkaran sihir bekerja untuk menciptakan peluru sihir dan meningkatkan kecepatannya.

Rin: "Prosesnya melibatkan pengukiran sirkuit sihir yang sangat presisi di dalam batu, lalu menanamkan batu tersebut ke dalam pistol. Sirkuit sihir penyerapan memungkinkan batu ini menarik energi sihir dari sekitarnya dan dari penggunanya, sehingga selalu terisi penuh. Saat pistol ditembakkan, lingkaran sihir otomatis aktif, mengubah energi ini menjadi peluru sihir. Lingkaran sihir pertama menciptakan peluru, lingkaran sihir kedua mempercepat peluru dengan sihir angin, dan lingkaran sihir ketiga menambah gaya aerodinamis untuk meningkatkan kecepatannya hingga 2,5 kali lipat."

Instruktur mengangguk lagi, terkesan dengan pengetahuan dan kemampuan Rin.

Instruktur: "Rin, kau telah menunjukkan pemahaman yang luar biasa tentang sihir dan teknologi militer. Pistolmu adalah karya yang sangat mengesankan."

Rin merasa bangga dengan pencapaiannya, tetapi dia tahu ini baru awal dari perjalanannya. Ujian ini adalah langkah pertama menuju impiannya untuk menjadi kapten yang dihormati.


Load failed, please RETRY

ตอนใหม่กำลังมาในเร็วๆ นี้ เขียนรีวิว

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C3
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ