บท 247: Merias Wajah

Lucas pergi secepat kilat tapi saya masih marah di dalam hati sambil menahan keinginan keras untuk keluar ruangan dan mengejarnya agar kami bisa menyelesaikan apa yang sudah dimulainya.

Kaki saya pegal karena berdiri terlalu lama dan menuntut agar saya duduk, jadi saya pun melakukannya.

"Selamat Tuan Alexander." Peterson berkata, mengangkat gelasnya ke udara seolah-olah dia tidak baru saja mengancam akan menembak saya beberapa saat lalu. "Itu menghibur." Dia menambahkan dengan berkilau di matanya.

Saya mendesah dan mengalihkan pandangan ke langit-langit, "Saya senang Anda merasa terhibur, Tuan Peterson." sahut saya dengan kesal.

"Mengapa Anda tidak bisa mengakui kalau dia benar?" Dia bertanya.

"Menurut Anda apakah dia benar?"

"Yah dia benar." Dia menjawab.

"Jadi Anda bilang kalau memang benar untuk masuk ke ruangan setelah kami sepakat bahwa saya bisa menangani ini?"