Ruang kelas ramuan, bawah tanah.
Bang
Suara pintu terbanting membuat seluruh siswa menoleh dengan cekatan.
"Tidak boleh ada siswa yang menggunakan tongkat sihirnya atau mengucapkan mantra konyol dalam kelas ini!" Suara rendah yang bergema di seluruh kelas dari profesor berjubah hitam dengan wajah suram, yakni Profesor Snape.
Tidak ada yang tidak mendengarkan, bukan karena mereka rajin, itu karena mereka takut.
Terutama untuk siswa asrama Slytherin, siswa yang selalu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dengan sombong, sekarang menunduk rendah dengan patuh di hadapan Profesor Snape.
"Di sini, aku dapat mengajarkan kalian kemahsuran, kemuliaan dan bahkan menghentikan kematian." Lanjut Profesor Snape.
"Sepertinya, ada seseorang selebriti baru di kelas kita yang telah menjadi sombong dan tidak memperhatikan." Arel menoleh, dia memang mengabaikan profesor suram ini, tapi dia bukan selebriti.
Arel melihat ke depannya, di sana duduk Harry yang sedang sibuk menulis, entah apa yang Harry tulis.
Namun, Harry adalah orang yang cocok dengan deskripsi Profesor Snape.
"Tuan Potter!" Dugaan Arel benar sejak nama Harry dipanggil, sekarang dia akan mengabaikan profesor suram ini sekali lagi, lebih baik membuka buku dan membaca sesuatu daripada mendengarkan keluhannya.
Harry yang masih sibuk dengan hal yang dia lakukan tidak memperhatikan panggilan tersebut dan Hermione yang duduk bersebelahan dengannya buru-buru menyenggol Harry untuk melihat ke depan.
"Mungkin diantara kalian, Tuan Potter adalah yang datang ke Hogwarts dengan membawa pengalaman yang sedemikian dahsyatnya sehingga cukup percaya diri untuk… tidak memperhatikan!" Ceramah panjang yang ditunjukkan kepada Harry jelas-jelas terlalu bias, tidak sedikit orang yang tahu bahwa Harry adalah orang yang baru datang dari dunia Muggle.
"Coba katakan, apa yang akan kudapatkan bila kucampurkan akar Asphodel dengan Wormwood?" Pertanyaan tersebut pasti ditunjukkan kepada Harry, itu menargetkan Harry.
Mengapa? Karena Profesor Snape tidak akan tidak melihat Hermione yang duduk bersebelahan bersama Harry telah mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mengabaikannya.
Ini telah disadari oleh Arel, tentang sikap Hermione yang selalu ingin di depan yang lainnya dan selalu haus akan pengetahuan, tapi yang anehnya dia tidak masuk ke asrama Ravenclaw yang sangat cocok dengannya, mungkin itu seperti kata topi seleksi sebelumnya, ini tentang hati.
Dan untuk Harry, tentu saja dia hanya diam seribu bahasa, tidak tahu harus menjawab apa.
"Kau tak tahu? Mari kita coba lagi." Ini jelas ingin menjatuhkan nama Harry, "Dimanakah kita bisa menemukan Bezoar?"
Hermione mengangkat tangannya kembali dan Harry hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu profesor."
"Kamu masih tidak tahu?" Kata Profesor Snape dengan rasa penindasan.
Harry hanyalah anak berumur sebelas tahun, ini sangat menekannya.
"Oh… sepertinya siswa Gryffindor sangat sombong seperti biasanya." Suara Profesor Snape datang lagi dengan keningnya yang berkerut tentang penemuannya, "Ada lagi yang tidak memperhatikan dengan baik."
Arel mengangkat kepalanya, menatap langsung ke mata Profesor Snape.
Dia tidak memiliki rasa takut seperti Harry, matanya masih acuh dan damai.
"Kau begitu percaya diri kan?" Suara profesor tidak berubah hanya karena tatapan Arel, "Coba jawab pertanyaan sebelumnya, dimana kita bisa menemukan Bezoar?"
Jujur saja, Arel terlalu malas untuk menjawabnya.
Orang seperti ini sangat melelahkan untuk ditanggapi, itu hanya akan membuatnya terus-menerus menatapmu.
Arel sebenarnya tahu jawabannya.
Namun, dia hanya akan diam, dia hanya ingin bersekolah dengan santai dan tenang.
"Apa? Kamu juga tidak tahu?" Itu mengejek.
Arel diam, tidak berbicara ataupun bergerak.
"Apakah Gryffindor menjadi semakin bodoh setiap tahunnya?" Ejeknya.
Profesor Snape mungkin juga tidak terlalu menyukai asrama Gryffindor, dia mengejek mayoritas hanya karena minoritas, dan dia jelas-jelas mengabaikan situasinya, dia mengabaikan Hermione yang mengangkat tangan berulang-ulang.
"Malang."
"Pengurangan 10 poin untuk Gryffindor!" Tambah Profesor Snape yang membuat semua anak Gryffindor membuat wajah buruk.
— — —
Kelas selesai, akhirnya Arel bisa bebas dari kelas ramuan.
Dia mengingatnya lagi, profesor itu terlalu bias dengan Harry, dia selalu menargetkan Harry dengan pertanyaan-pertanyaan sulit.
Juga, dia adalah mimpi buruk bagi Gryffindor, pengurangan poin selalu ditambahkan untuk setiap waktu.
"Ha…" Arel hanya bisa menghela nafas untuk merilekskan pikirannya.
"Arel." Harry berteriak dari belakangnya diikuti dengan Hermione dan Ron.
Sepertinya mereka telah membuat lingkaran pertemanannya sendiri.
Arel masih terus berjalan, tapi langkahnya melambat menunggu trio tersebut.
"Apakah kamu ingin pergi ke ruang makan bersama?" Tanya Harry
Arel menggelengkan kepalanya, dia diam dan tidak ingin mengatakan sepatah kata pun.
Dia tidak ingin memberitahu orang lain tentang hukumannya.
"Baiklah… aku akan pergi bersama Hermione dan Ron." Ucap Harry yang telah menerima respon Arel.
Setelah Arel berjalan pergi, Ron membuka mulutnya, "Mengapa kamu mengajaknya? Dia hanya penuh dengan dirinya sendiri." Itu penuh keluhan.
Harry tidak terganggu dengan keluhan Ron, "Arel adalah orang pertama yang kukenal di Hogwarts."
— — —
Arel berbaring di padang rumput yang luas, menikmati angin lembut sore hari.
Sendirian tanpa ada siswa yang lewat, dia telah menemukan tempat ini di kala pergi ke tempat Hagrid, itu dekat dengan danau yang telah dilewati Arel dan siswa baru lainnya saat baru datang ke Hogwarts.
Arel telah menyelesaikan hukuman hari ini tentang membantu Hagrid, itu hanya masalah membantu mengurus Fang, anjing milik Hagrid.
"Ventus." Bisikan Arel jatuh ke angin sekitarnya, itu mulai berhembus dengan kencang namun tenang, tidak kacau.
Arel yang masih berbaring tiba-tiba berpikir bahwa ini akan lebih menyenangkan jika dia membawa Thea untuk menemaninya.
'Aku mungkin akan membawa Thea berjalan-jalan mulai besok.' suara benak Arel.
Ngomong-ngomong tentang bagaimana Arel mampu membaca mantra sebelumnya, itu telah dipelajari olehnya sendiri.
Dia memiliki waktu luang selama sebulan sebelum tahun ajaran pertama dan dia telah mencobanya sejak berpisah dengan Profesor Mcgonagall.
Awalnya hanya hembusan kecil yang bahkan tidak akan menjatuhkan daun-daun di pohon.
Dia tidak pernah berhenti mencoba, hingga akhirnya menjadi mahir dan bisa membuat angin berhembus di sekitarnya.
Dan bagaimana dia bisa melakukannya tanpa tongkat? Mungkin mantra tersebut telah menjadi akrab dengannya.
Atau bisa dibilang itu karena pengalaman Arel tentang pikiran manusia.
Dia memiliki beberapa pengetahuan tentang hal ini, itulah mengapa dia mampu melakukan sihir tanpa tongkat.
Ditambah, dia telah sering melakukan mantra Ventus yang membuat dirinya memiliki sisa rasanya.
Seperti kata pepatah, hidup adalah seni, ini hanya tentang rasa.
— ตอนใหม่กำลังมาในเร็วๆ นี้ — เขียนรีวิว