Soerabaja
13 September 1962
Puluhan wartawan memadati Pangkalan ALRI disini, sementara ratusan atau ribuan warga memerhatikan dari luar dikarenakan dihadang oleh ADRI dan Angkatan Kepolisian Republik Indonesia (AKRI). Hal ini dikarenakan kabar yang telah menyebar bahwa Pemerintah akan mengadakan negoisasi lagi dengan Pemerintah Belanda yang diwakili oleh Gubernur Nugini Belanda, Platteel.
Sebelumnya, pada tanggal 7, Soekarno telah menyampaikan melalui TVRI, Radio, dan Surat Kabar, bahwasanya Indonesia dan Nugini Belanda telah secara misterius terputus kontaknya dengan dunia luar. Dan di selatan Indonesia sendiri ada benua misterius. Dengan ini, Pemerintah memutuskan untuk mencoba bekerjasama dengan personil Angkatan Bersenjata Uni Soviet yang ada di Indonesia, meskipun negoisasi nya tidak berjalan mulus karena permintaannya yang agaknya cukup sulit untuk disanggupi dengan keadaan saat ini, dan Partai Komunis Indonesia memutuskan untuk membantu negoisasi di keesokan hari. Sementara dengan Belanda, barulah akan dimulai.
Diatas dek RI Irian yang dijadikan sebagai tempat negoisasi, terdapat sebuah meja. Di sebelah barat adalah delegasi Indonesia yang diwakilkan oleh Menteri Luar Negeri Soebandrio dan mantan Duta Besar ke Belanda, yaitu Soesanto Djojosoegito, Indonesia mencoba menegosiasikan hubungan kerjasama yang tidak saling memberatkan. Duta Besar Amerika, Jones duduk di tengah bagian utara untuk menengahi. Dan di timur adalah delegasi Belanda, Platteel dan Van Amstel.
Van Amstel, pemimpin pasukan Belanda di Nugini Belanda yang mana terdiri dari 5th Armoured Division, satu-satunya Carrier Group mereka yang sepertinya sudah memakan setengah dari total kekuatan Koninklijke Marine, dan beberapa skuadron pesawat milik Koninklijke Luchmacht. Jumlah pasukan yang cukup besar dan dia bersama para perwira tidak yakin bagaimana pasukan ini akan bertahan tanpa suplai dari Tanah Air, membuatnya setuju untuk melakukan negoisasi yang mana, cukup menjengkelkan karena dilakukan di atas kapal bernama Irian ini.
Tentu saja, dia bisa melihat bendera Belanda dan Indonesia berkibar di atas kapal ini. Namun ada pula lah bendera Uni Soviet dan Amerika. Bisa dia melihat sebuah kapal selam berbendera Soviet di kejauhan sana sedang bersandar di dok, dan awak kapalnya memerhatikan negoisasi ini. Dia berpikir bahwa jika pecahnya konflik antara Indonesia dan Belanda dapat memulai perang antara NATO dan Pakta Warsawa secara pelaut Uni Soviet dengan alutsista mereka menyerang personil Belanda yang merupakan anggota NATO. Hal itu dapat saja memulai Perang Dunia 3. Membuatnya cukup bersyukur bahwa perang bisa dihindari. Karena jika perang pecah, bisa saja Belanda dicatat sebagai negara yang memulai Perang Dunia 3 demi mempertahankan wilayah jajahannya di timur jauh sana.
Duta Besar Jones yang telah memastikan bahwa semuanya telah siap pun berdiri sambil mengangkat gelasnya. Melihat itu, semua orang langsung ikut berdiri.
"Marilah kita bersulang untuk memulai negoisasi ini! "
Diluar, para penduduk sudah siap membakar puluhan atau ratusan bendera Belanda jika Belanda menyodorkan syarat yang macam-macam. Tidaklah aneh mengingat sentimen anti Belanda masihlah sangat tinggi. Beberapa asap bahkan sudah terlihat semenjak Delegasi Belanda datang, yang mana itu berasal dari ban dan bendera Belanda yang dibakar. Namun meskipun begitu tingginya sentimen anti Belanda di kalangan masyarakat, para petinggi negara memutuskan untuk mengabaikannya terlebih dahulu disebabkan menjalin hubungan dengan Belanda di lokasi antah berantah ini sangatlah penting bagi kelangsungan negara ini.
Laut Matahari
20 September 1962
4 Februari 1640
Laut Matahari, disebut begitu disebabkan pada jaman dahulu kala, para prajurit dan pelaut utusan dewa pertama kali dikatakan muncul di lautan ini. Sebab itulah, untuk menghargai dan mengenang mereka, lautan di sebelah barat benua Rodenius yang juga di timur benua Philades ini diberi nama laut Matahari. Di laut ini sendiri, saat ini, para pelaut dari Armada Penaklukan Timur Louria sedang mendayung kapal-kapal mereka untuk menambah kecepatan disebabkan angin yang tidak kencang saat ini. Dan juga, layar mereka masih belum diperbaiki juga
Dipimpin oleh Vice Admiral Sharkun yang juga bertindak sebagai kapten dari Flagship mereka, yaitu Geni, mereka tetap memerhatikan lokasi sekitar mereka dalam perjalanan kembali menuju Jin-Hark dari Quilla. Senjata anti udara berupa busur panah berkecepatan tinggi juga disiapkan untuk mengatasi wyvern dari sisa-sisa pasukan Qua-Toyne dan Quilla yang mungkin akan muncul. Senjata yang dibuat setelah menyadari satu-satunya cara menjatuhkan wyvern dari darat adalah dengan panah atau tombak dengan kecepatan tinggi dibantu oleh sihir. Dan karena tombak memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mempenetrasi sisik wyvern, dan jangkauan lemparan manusia cukup terbatas, maka ide ini diimplementasikan setelah seorang perwira dari Parpaldia sukses menciptakan alat untuk meluncurkan tombak yang dia beri nama, Le Lonsoh de lons.
Senjata ini sudah battle proven dalam berbagai pertempuran sebelumnya, jadi mereka tidak merasa khawatir.
Sementara itu, kedua mata Sharkun menangkap sesuatu di utara. Sebuah asap hitam yang membumbung tinggi ke udara. Kemudian, muncullah siluet kapal yang nampak seperti milik Mu dan Mirishial. Sudahlah jelas bahwa itu kapal, namun tak diketahui asalnya darimana.
"Semua kapal bersiap-siap! "
Tak lama kemudian, tahulah mereka bahwa itu terdiri dari dua kapal. Namun, kapal itu seperti milik Mu dan Mirishial terbuat dari besi. Membuat mereka merasa segan untuk meminta mereka para awak kapal keluar dan menjawab pertanyaan mereka. Dan lagi, ada angka 201 di salah satu kapal yang mana cukup misterius. Sementara yang satu lagi 251.
Itu adalah kapal RI Siliwangi, bekas kapal SN Volevoy dari kelas Skory Class Destroyer. Sementara yang satu adalah RI Surapati dari kelas Almirante Clemente Class Escort Destroyer. Diatas kedua kapal itu, beberapa kru kapal berjalan menuju ke samping kapal untuk melihat ke orang-orang asing yang baru mereka temui ini. Pakaian bergaya jaman dahulu, membawa senjata primitif, dan menaiki kapal kayu benar-benar mengejutkan mereka.
"Vice Admiral, orang-orang di atas kapal besi itu melambaikan tangan mereka ke kita. Haruskah kita balas melambai? " Tanya Selamet, kapten dari kapal Geni.
Sharkun yang tidak ingin menimbulkan sesuatu yang buruk memutuskan untuk mengiyakannya. Dan semua kru kapal mulai balas melambai.
Kemudian, sebuah tangga dari tapi diturunkan di samping kapal bernomor 201, dan seorang kru mengarahkan tangan kanannya ke tangga tali itu. Sharkun pun memutuskan untuk memerintahkan kapalnya didayung ke sana. Setelah kapalnya sampai, dia mendongak ke atas, dan sembari memberi tanda untuk naik dengan tangannya kru itu berteriak, "Ayo naik! "
Dengan isyarat tangan yang diberikan itu, Sharkun dan Selamet memutuskan untuk memanjat naik ditemani oleh empat kru kapal Geni. Dan di atas kapal, nampak lah beberapa orang yang memegang sebuah benda aneh di tangannya, tidak mirip sama sekali dengan 'Tongkat Ajaib' yang dimiliki oleh Parpaldia, Mu, maupun Mirishial. Kembali pula Sharkun melihat ke arah orang berseragam rapi yang tersenyum ramah ke dirinya.
"Apakah orang-orang ini akan paham apa yang kita ucapkan? "Tanyanya ke orang disamping kanannya.
" Kalau dia orang tak paham kita cakap bahasa Indonesia dan Melayu, kita cobalah bahasa lain macam Enggres, Perancis, dan yang lain. "
"Betul juga. "
Setelah beberapa percobaan, sampailah ke sebuah bahasa.
"Do you speak English? "
"Yes." Jawab Sharkun yang sedang kebingungan.
"Baiklah kalau begitu. Perkenalkan, nama saya adalah Soeratno, Diplomat dari Indonesia. "
"Nama saya Sharkun, Vice Admiral dari Louria yang memimpin Armada Penaklukan Timur. Kalian bilang kalian dari Indonesia, negara apa itu dan apa keperluan kalian? "
Soeratno sedikit menyipitkan matanya saat mendengar kata 'Penaklukan Timur'. Namun, setelah beberapa pertimbangan dia memutuskan untuk mengabaikannya dulu untuk saat ini.
"Indonesia adalah negara yang berasal dari utara. Sebelumnya, negara kami telah berada di dunia ini secara tiba-tiba. Kami tak mengerti apa yang terjadi namun, kami masih mencoba mencari tahu. Dan pencarian itu membawa kami kemari."
"Begitu... "
"Kalau memungkinkan, kami juga ingin menjalin hubungan diplomatik dengan negara kalian. "
Sharkun melihat ke sekitar kapal ini. 'Cukup menjanjikan', batinnya.
"Sepertinya itu memungkinkan. Jadi, mari saya antar kalian ke negara kami. "
Sementara armada berlayar menuju Maihark, Sharkun memutuskan untuk memanggil skuadron Wyvern untuk pengawalan dari atas sekiranya kedua kapal yang mengaku dari Indonesia itu bertindak macam-macam. Alasannya memanggil Wyvern disebabkan oleh ketiadaan senjata anti udara dalam jumlah besar, meskipun itu hanyalah berdasarkan apa yang ia lihat sahaja. Sebab, pertahanan udara kedua kapal sudahlah lebih dari cukup untuk merontokkan skuadron Wyvern terdekat Louria. Namun beruntunglah, perjalanan mereka yang memakan waktu lama ini berlangsung dengan mulus dan pembicaraan diplomatik untuk kedua negara dapat dimulai.
Notes:
Link Server Discord:
https://discord.gg/QmXDyR4xvA