ดาวน์โหลดแอป
40% Jane dan Batu Misteri / Chapter 12: Mengobrol dengan Pak Arthur

บท 12: Mengobrol dengan Pak Arthur

"Memikirkan hutan terlarang itu kan?" Pak Arthur menyela ucapanku dengan cepat.

Lagi-lagi, aku terkejut bukan main.

Pak Arthur selalu tahu isi pikiranku padahal aku tak mengucapkannya sedikitpun kepada beliau. Kadang aku rasa bahwa beliau bukanlah pria biasa. Mungkin saja kedatangannya di sini untuk membantu orang-orang seperti aku agar tidak terjerembab pada aturan berbahaya yang sama sekali tidak aku ketahui atau aku sadari.

"Pak Arthur, k-kau?"

Beliau seperti mengisyaratkan aku untuk duduk di sampingnya. Sepertinya, ada hal lain yang ingin dia bicarakan empat mata denganku. Maka dari itu, dengan segera aku mengikuti apa katanya.

"Kevin, aku tahu. Kau jangan tanyakan lagi mengapa aku bisa mengetahuinya."

"Tapi aku tak mengatakan hal itu kepadamu sebelumnya. Lantas mengapa kau bisa tahu?"

Pak Arthur tersenyum.

Senyumannya seperti menyiratkan suatu hal yang tak bisa aku terjemahkan dalam kata sederhana.

"Andai sebelumnya aku tahu bahwa orang yang datang ke tempat ini adalah kau, tentu aku tidak akan pernah mengizinkan kau untuk datang kemari, Kevin. Terlalu banyak kejadian di luar nalar yang akan membuat kau tak betah dan ingin segera pergi dari sini. Bahkan mungkin saja, kau telah merasakannya sendiri kan?"

Aku menggangguk dengan cepat. "Betul sekali, Pak. Dari sejak kedatangan aku hingga sekarang, gangguan-gangguan tersebut tidak pernah lepas. Bahkan tadi malam, aku baru merasakannya."

"Seperti apa?" tanya Pak Arthur.

Sebenarnya, aku sedikit ragu menjawabnya. Entah dia sudah tahu dan hanya ingin mengujiku atau hanya berpura-pura tidak tahu.

"Aku melihat Albert bertindak kasar kepadaku padahal itu bukanlah dia."

Pak Arthur terdiam.

"Sebenarnya aku sudah banyak mengalami hal-hal aneh." ada kesempatan, aku melanjutkan ucapanku. "Namun aku tak terlalu menghiraukannya. Bahkan kejadian aneh seperti jam yang tiba-tiba jatuh sendiri padahal tidak ada angin, atau televisi yang tiba-tiba menyala sendiri padahal tidak ada seseorang di situ, atau suara piano yang seringkali aku dengar setiap malam, itu tak terlalu aku pikirkan lagi karena kejadian itu sudah sering aku lihat dan aku sudah terbiasa melihatnya. Tapi saat menghadapi kejadian malam tadi, aku benar-benar takut, Pak. Ini bukan tentang hantu apa yang aku hadapi. Tapi aku malah mempertanyakan apakah orang yang sedang aku ajak ngobrol itu adalah Albert yang nyata, atau hantu yang sedang menyerupainya."

"Aku sudah menduganya sejak awal." tiba-tiba, Pak Arthur bersuara dengan pelan. Mungkin dia berharap aku tidak mendengarnya, padahal aku mendengarnya dengan jelas.

"Maksudnya, bagaimana pak? Apa kau bisa membantuku untuk menghilangkan rasa khawatir itu?"

"Tapi aku heran mengapa kau mau diajak Albert untuk ke sini? Apa sebelumnya kau tak mendapat cerita dari Albert, kalau tempat ini begitu jauh dari gaya modern?"

"Aku sudah tahu dan mendengarnya dari dia. Namun aku berpikir, mungkin itu adalah hal yang wajar karena kita hidup berdampingan dengan makhluk lain. Aku tak menyangka ternyata keberadaanku di sini membuatku tak nyaman untuk melakukan apa pun. Bahkan untuk sendirian di siang hari saja, di dalam rumah, masih ada rasa khawatir kalau-kalau makhluk itu akan menyakitiku kemudian."

"Tempat ini adalah tempat yang tak baik untuk disinggahi oleh siapapun. Perlu kau tahu, ini adalah tempat berbahaya untuk orang-orang seperti kau. Bahkan jika kau ingin tahu, dulu saat pertama kali Albert dan keluarganya datang ke sini, mereka perlu beberapa bulan untuk beradaptasi. Bahkan, Albert seringkali datang ke rumahku malam-malam hanya untuk menginap di rumahku. Setiap hari dia selalu ketakutan. Namun gangguan-gangguan yang dialami oleh Albert, tak separah seperti gangguan yang dirasakan oleh kau." jelas Pak Arthur dengan rinci. "Aku tahu. Saat pertama kali bertemu dengan Albert, dia adalah anak yang sangat pemberani dan tidak takut dengan gangguan seperti itu. Namun perlahan, pertahanannya ambruk juga karena merasa tak kuat dengan gangguan yang ada di sini."

"Tapi mengapa dia tidak memutuskan untuk pergi dari sini?" aku semakin penasaran mendengar ceritanya. Karena sampai sejauh ini, Albert belum pernah menceritakan hal kepadaku.

"Dia sedang terjerat pada sebuah permasalahan yang membuatnya tidak bisa pergi." kalimat itu sungguh membuatku terasa sesak saat mendengarnya. "Dia menjadi sebuah taruhan untuk tetap tinggal di sini, atau pergi namun kejadian buruk akan selalu menimpanya."

"Kenapa bisa seperti itu?" aku membombardirnya dengan banyak pertanyaan. Rasanya, kali ini dia tampak tampak lebih antusias untuk bercerita. Entah ada angin dari mana mengapa pak Arthur bisa seramah ini. Atau mungkin? Aku yang baru mengetahui sifat aslinya?

Entahlah. Aku tak tahu.

"Ada orang yang tidak menyukainya. Namun, Albert sendiri tidak menyadari siapa orang itu. Dia telah terjerembab ke dalam permainan licik orang tersebut hingga membuatnya sangat sulit untuk keluar. Aku selalu berusaha membantunya tapi energi itu sangat besar dan kuat. Bahkan aku pernah sampai demam dua hari hanya karena itu."

"Penyebabnya apa, Pak? Apa Albert pernah melakukan suatu hal terlarang di sini hingga dia harus menerima hukumannya?"

Pak Arthur menggelengkan kepalanya. "Tidak. Karena dia sudah lama tinggal di sini dan energinya terlalu lemah untuk melawan hal-hal seperti itu. Dia jarang beribadah dan jarang mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Maka dari itu, pertahanan dirinya sangat mudah untuk diambil alih oleh orang-orang tak bertanggung jawab mempermainkan hidupnya. Jadi, kau jangan heran lagi, Kevin. Jika kau melihat Albert dengan sikap yang aneh, percayalah kalau itu bukanlah dia. Sebenarnya jika kau teliti, kau bisa membedakan mana Albert yang benar atau Albert yang salah."

Aku terkesiap. "Oh ya? Bagaimana caranya?"

"Pandanglah bola matanya dengan lekat. Di sana, kau akan mendapati apakah orang yang ada di hadapanmu adalah Albert atau bukan. Jika dia adalah temanmu, maka bola matanya adalah hitam. Namun jika itu bukanlah dia, maka lihatlah bola matanya yang berwarna biru. Jika kau mendapati seperti itu, maka berlarilah dan jangan pernah jawab apa pun pertanyaan dia. Kalau bisa, kau datang saja ke rumahku."

"Tapi bagaimana dengan Albert yang asli? Jika orang yang ku ajak ngobrol bukanlah Albert, lalu Albert asli kemana?"

"Dia ada, Kevin. Kau jangan khawatir untuk itu."

"A-"

"Tapi aku bangga kepadamu." Pak Arthur menyela ucapanku.

"Bangga, kenapa?" tanyaku pelan.

"Pertahanan dirimu sangat kuat, Kevin. Itu semua karena kau rajin beribadah dan tidak pernah lupa dengan Tuhanmu. Terus lakukanlah hal itu. Karena mereka akan takut dengan orang-orang yang dekat dengan Tuhannya."

"Tapi, mengapa aku masih bisa diganggu meski aku suka beribadah? Sebelum ke sini, aku memang tidak pernah diganggu dengan hal-hal seperti itu. Bahkan orang tuaku juga."

"Itu ujian, walau sebenarnya, hanya ada satu cara agar kau bisa terlepas dari semua beban dan gangguan ini, Kevin."

Aku meliriknya dengan intens. "Apa?"

Pandangan Pak Arthur, ia liarkan ke sekeliling. Napasnya terdengar berat dan tak ikut melirikku sedikitpun.

"Kau harus pergi dari sini."


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C12
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ