ดาวน์โหลดแอป
23.33% Jane dan Batu Misteri / Chapter 7: Gangguan Kedua

บท 7: Gangguan Kedua

"Kevin, kau sedang apa?"

Brukkk!!!

Tanpa sengaja, aku menjatuhkan makanan yang kupegang karena terkejut.

"Kau membawa banyak makanan, untuk apa?" dia menghampiriku dan aku berteriak.

"Jangan mendekat!" aku tak berani melihat ke belakang. Aku takut jika seseorang yang ada di belakangku ini bukanlah Albert.

"Kevin, kau kenapa?" Albert berlari kecil lalu memegang kedua pundakku.

"Kau jangan kemari! Kau bukan Albert. Kau hantu!"

"Hantu? Di mana hantu?" Albert menampar pipiku pelan. "Ada apa dengan kau, Kevin? Ini aku, Albert."

Aku tak berani membuka mata.

"Pagi seperti ini mana ada hantu? Kau ini kenapa?" Albert menarik tanganku dan dengan terpaksa, aku membuka mata.

Kulihat, seseorang yang ada di depanku ini adalah Albert.

"Wajahmu seperti sangat ketakutan. Kau kenapa?" dia terus bertanya.

Mataku membulat saat sadar jika Albert yang sebenarnya, adalah dia dengan perban di hidungnya karena tragedi kecil tadi.

"Kevin, kau kenapa? Tolong! Jangan membuatku penasaran!" Albert bertanya sekali lagi.

"Kau tadi ikut berlari ke kamar bersamaku?"

Albert terdiam. Dia sangat heran mendengar pertanyaanku.

"Ke kamar? Berlari?"

Aku mengangguk.

"Apa kau sedang bercanda?" tanyanya sambil memegang hidungnya sendiri. "Apakah kau tak melihat bahwa dari tadi aku tidur di sofa? Jangankan berlari. Naik ke atas saja, belum bisa. Kepalaku masih sangat pusing."

Aku benar-benar tak bisa berkata banyak saat Albert mengatakan hal itu. Aku yakin jika seseorang yang ada di depanku ini, adalah Albert yang sebenarnya.

"Jadi kau tak berlari ke kamar dan menonton televisi?" aku bertanya untuk memastikan.

"Iya. Sejak tadi aku tidur di sofa. Aku bangun pun terpaksa karena mendengar suara gaduh di dapur. Kukira ada pencuri, ternyata kau."

Aku masih menatap tanganku sendiri yang gemetar.

Jika Albert sejak tadi berada di bawah, lantas siapa yang ikut berlari ke kamar bersamaku dan mengobrol denganku?

Lalu siapa yang sedang menonton televisi di kamar saat ini?

"Kau kenapa, Kevin? Pertanyaanku sama sekali tak kau jawab."

"Albert, ini sangat tak masuk akal."

"Mengapa?"

"Tadi aku melihat ada anak kecil di sini. Saat dia akan menghampiriku, aku berteriak lalu berlari ke kamar. Aku sangat yakin jika kau ikut berlari juga di belakang. Hampir sepuluh menit aku di kamar, bersama dengan seseorang yang kukira adalah kau."

"Benarkah?" kali ini, Albert yang terlihat terkejut. "Tapi, dari tadi aku di sini. Aku sama sekali tak mendengar kau berteriak ataupun berlari ke atas. Saat melihat kau tak ada, aku kira kau sedang duduk di luar."

"Tidak, Albert. Aku bersama dengan seseorang yang menyerupai kau." aku benar-benar tak bisa menutupi rasa takut, apalagi saat mengingat kejadian tadi. "Jika itu bukan kau, lantas yang bersamaku di kamar tadi siapa?"

"Memangnya kau tak curiga? Aku tak bisa berlari ke kamar dengan keadaan kepalaku yang masih sangat pusing."

"Aku sempat menanyakan hal itu, namun katanya tidak."

"Apa seseorang itu sama sedang memakai perban juga?"

Aku menggelengkan kepala. "Justru itu. Aku tak sadar jika seseorang yang bersamaku tadi sama sekali tak pakai perban. Aku baru sadar kalau kau pakai perban setelah aku melihat kau yang asli."

Albert juga sama-sama terlihat sangat panik. Dia tak menyangka ternyata gangguan itu bisa sampai menyerupai wajahnya yang sangat persis.

"Ini tak benar, Albert. Aku sangat takut untuk ke kamar."

"Dia masih ada di kamar?" tanyanya tambah panik.

"Masih." aku menjawabnya cepat. "Bahkan saat aku meninggalkannya, dia tengah asik menonton film kartun."

"Apa? Kartun?"

"Iya."

"Apa mungkin..., seseorang yang kau temui itu adalah Jane?"

Aku tertegun.

"Jane? Kau tahu dari mana?" aku betul-betul yakin jika sebelum kejadian ini, ada seorang anak yang memperkenalkan dirinya dengan nama Jane.

"Aku tahu dari Pak Arthur. Saat itu dia memberitahu tentang hal itu."

"Tadi, aku juga berkenalan dengan seorang anak kecil bernama Jane." sesekali aku melihat ke arah tangga untuk memastikan. "Anak kecil itu kutemui di ruangan yang berada di sudut gelap itu."

"Oh. Jadi kau sudah tahu dan sudah berkenalan juga dengannya?"

"Aku tak berkenalan. Hanya tahu saja."

Albert seolah menenangkanku. "Kau tak usah khawatir, Kevin. Menurut Pak Arthur, Jane memang sudah lama tinggal di sini dan dia bukanlah roh jahat yang senang mengganggu. Aku juga beberapa kali pernah bertemu dengannya. Dia senang bermain piano. Kata Pak Arthur, dia tak mengganggu. Justru dia ingin berkenalan lebih dekat dengan siapapun yang tinggal di sini."

Aku tambah terkejut saat mendengar pernyataan Albert. Ternyata, dia lebih tahu hal-hal seperti itu.

Ada sedikit rasa lega ketika mendengar penjelasannya.

Dia tertawa kecil. "Kau jangan terlalu tegang. Dia hanyalah anak kecil. Seperti anak kecil pada umumnya, kadang jahil, kadang ingin tahu banyak. Namun yang menjadi perbedaannya, kita dengannya sudah berbeda alam. Jika suatu hari kau bertemu lagi dengannya, kau tak usah takut. Dengar ucapanku ini ya. Tak usah takut. Dia tak jahat dan tak mengganggu. Alangkah baiknya jika masih takut, kau bisa berbicara baik-baik kepadanya agar tak menampakkan wujudnya lagi di depanmu."

"Tapi aku masih takut dengan kejadian tadi."

"Jangan berlarut, Kevin. Yang terjadi tadi, sudah. Jangan dipikirkan. Biarkan saja. Anggap saja dia anak kecil. Lumayan juga kalau dia ada di sini, menambah isi rumah. Jadi kita tak tinggal berdua." Albert kembali tertawa lalu berdiri dan duduk di sofa.

Sejujurnya, aku tak terlalu takut dengan wujud hantu itu yang terlihat seperti anak kecil. Namun, yang membuatku takut adalah hantu di sini yang bisa menyerupai Albert.

Aku takut jika kejadian seperti tadi bukanlah yang terakhir. Membedakan Albert yang asli dan yang palsu sangatlah sulit dan bahkan, aku bisa membedakannya saat benar-benar sudah bertemu dengan Albert asli.

Bagaimana ini, Ya Tuhan?

Hantu di sini tak main-main. Apakah keberadaanku di sini memang untuk membentuk kepribadianku agar tak penakut? Atau karma karena aku tak mendengar ucapan mama yang khawatir jika aku pergi menemani Albert selama beberapa hari di sini?

Jika itu karena karma, Ya Tuhan! Maafkan aku.

Aku berdiri kemudian duduk di depan Albert. Tampak, dia merasa seperti tak ada sesuatu yang terjadi padanya ataupun memikirkan apa yang telah terjadi padaku tadi.

Wajahnya terlihat tenang sambil terus menonton televisi.

Sesekali dia melirikku sambil tersenyum. Tanpa menunggu waktu yang lama, dia menyodorkan cemilan. "Makanlah. Sudah kukatakan jangan terlalu dipikirkan. Bawa santai saja, Kevin. Percuma kau memikirkannya karena hal itu tak akan membuat mereka pergi. Tak ada yang bisa kita lakukan selain kita sendiri yang harus membiasakan hal itu. Dulu saat baru pertama kemari, akupun sama seperti kamu. Tak tenang, selalu takut, gangguan dari mana-mana. Tapi lambat laun, aku paham jika yang mereka lakukan tak selamanya mengganggu. Mungkin saja mereka melakukan hal itu karena mereka ingin kau tahu jika mereka ada. Mereka tidak akan mengganggu. Mereka tidak seperti hantu-hantu di film horor yang bisa sampai membunuh orang, atau menjatuhkan manusia ke lantai bawah sampai mati. Tidak, Kevin. Mereka tidak seperti itu."

...


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C7
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ