"Baiklah Daddy." balas Andriana melepaskan gandengannya lalu bergerak sendiri mengambil minuman. Menemani Daddy nya bercengkrama dengan orang-orang penting yang telah datang, begitu juga Mark sangat ramah berbicara santai kepada rekan kerja Daddy nya. Andriana tidak meragukan Mark lagi karena kakaknya sudah terlalu sering datang membantu Massimo.
Kedatangan Tuan Lee Soo man menjadi pusat perhatian, termasuk Andriana memandang ke arah laki-laki tampan yang mengenakan tuxedo hitam. Berjalan dengan begitu gagah, tidak ada senyuman ramah dibibir pria itu. Terlihat arogan dan angkuh.
"Jadi ... Lelaki seperti ini yang akan dijodohkan denganku?" gumam Andriana. "Dari segi penampilan, wajah memang sangat oke tetapi dia sangat dingin kepada orang lain." sambungnya.
Tidak beda jauh dengannya. Bagaimana Karina bisa berubah jika menikah dengan orang yang terlihat arogan dan jutek seperti itu. "Tidak masalah, malah akan lebih bagus karena pernikahan ini tidak akan lama." gumamnya lagi diiringi senyuman smirk.
**
"Selamat malam Tuan Massimo." sapa Tuan Lee mereka pun saling bersalaman.
"Selamat malam kembali, Tuan Lee. Akhirnya kita bisa bekerja sama kali ini saya sangat berterima kasih banyak." ucap Massimo lalu mendapat tepukan kecil dari Tuan Lee sembari tertawa.
"Iya benar. Dan aku datang bersama putraku, Jaevan pengusaha muda sekarang dia menjadi CEO di perusahaan kami." ujar Tuan Lee memperkenalkan anaknya. Jaevan sangat antusias dalam perjodohan ini, setelah melihat wajah gadis yang menjadi calon istrinya ternyata mereka pernah bertemu sebelumnya.
"Kau sangat tampan, baiklah aku akan memperkenalkan putriku." ucap Massimo.
"Ana, lihatlah ada pria tampan yang akan Daddy kenalkan padamu." Massimo memanggil putrinya, menggodanya.
"Baik Daddy," balas Andriana sembari tersenyum lebar menundukkan hormat ke arah rekan bisnis Daddy-nya.
"Aku tidak salah pilih, ternyata putrimu benar-benar cantik cocok sekali dengan putraku." puji Tuan Lee, terlalu frontal sekali karena Andriana memang pantas untuk dijodohkan oleh Jaevan.
"Ayah ... Jangan seperti itu, gadis itu kelihatan sangat tidak nyaman." bisik Jaevan.
"Benar. Siapa sangka putriku akan mendapatkan seorang lelaki seperti Jaevan, keluarga dari Tuan lee kami sangat menerimanya dengan senang hati." ujar Massimo.
Dalam hati Andriana seperti ingin memberontak, kelihatan sekali aura pria ini haus akan seorang wanita. Tampan tidak menjamin kebahagiaan untuknya, Andriana berjanji akan mengakhiri hubungan sebelum dia terjebak dalam hidupnya Jaevan.
"Baiklah kalau gitu ... Lanjutkan kalian berdua untuk berkenalan. Kami akan menyambut tamu undangan yang datang. Bersenang-senanglah. Nak," ucap Massimo, seraya diangguki oleh Tuan Lee membiarkan kedua anak mereka berkenalan lebih dekat secara pribadi.
"Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?" Andriana menoleh. Benar, pria ini yang menolong pada malam itu.
"Lalu? Aku sudah berterima kasih kepadamu." ucapnya begitu dingin.
"Jangan terlalu angkuh. Aku semakin suka dengan wajahmu yang cantik dan cetus itu." celetuk Jaevan. Rasanya menggelitik saat lelaki itu meraih pinggul Andriana.
"Belum waktunya berdansa! Jangan menyentuhku!" cetusnya. Jaevan tidak semudah itu melepaskan mangsanya.
"Kamu akan menjadi istri ku. Sementara orang-orang di sini hanya mengetahui kedekatan kita sebagai anak bisnis. Andriana, ingatlah dirimu sudah menjadi milikku." Jaevam berbisik tepat ke telinga Andriana. Deru nafas membuat lehernya terasa agresif.
"Lelaki ini pintar membuatku terangsang! Sialan." cetusnya dalam hati. Andriana tidak bisa berkutik sekarang.
Jaevan akan membawanya ke suatu tempat. "Kamu harus ikut denganku. Bibir seksi mu membuatku tergoda!" puji Jaevan. Tangan lelaki itu mengelus bibirnya perlahan. Andriana menolak. Ia pikir Jaemin tidak akan berbuat senekat ini padanya, ternyata lebih dari pikirannya.
"Sialan. Jika ada yang melihat kamu sendiri yang malu!" cetus Andriana.
"Tidak akan. Karena aku akan membawamu ke tempat yang tertutup." semua orang akan sibuk dengan pesta meriah ini. Sedangkan Jaevan memiliki cara untuk meluluhkan gadis keras kepala ini. "Kamu akan kudapatkan malam ini juga." ia terus berbisik.
"Jangan menyentuhku! Dasar manusia iblis lepaskan aku!" Andriana terus memberontak dan pada akhirnya dia terbebas dari Jaevan. Saat lift akan tertutup Andriana bisa meloloskan diri.
"Sialan!" geram Jaevan.
"Belum menjadi suami tetapi sudah berani menyentuhku. Dia pikir aku gadis murahan? Sial. Ayah terlalu percaya dengan wajah tampannya!" cetus Andriana berjalan kembali ke pesta. Tapi, dia meminta Mark untuk mengantarkannya ke parkiran mobil.
"Ada apa denganmu, Andriana?" tanya Mark.
"Tidak ada. Aku hanya pusing kak." jawab Andriana.
"Apakah Jaevan melakukan sesuatu yang buruk?" Mark mencoba bertanya.
"Tidak kak. Aku hanya pusing rasanya tidak enak badan." dusta Andriana. Padahal untuk menghindari lelaki biadap itu adalah hal yang lebih penting sekarang.
"Baiklah. Setelah di rumah kamu istirahat ya," kata Mark.
Andriana mengangguk. Masuk kedalam mobil diantar oleh sopir. Andriana menyadarkan kepalanya santai memandangi luar jendela. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Jaevan, kenapa terlalu cepat? Andriana bimbang. Bagaimana dengan pacarnya jika mengetahui kalau dirinya akan menikah dengan orang lain.
"Kenapa hidupku terlalu rumit." keluhnya.
"Pak, kita mampir ke club saja." kata Andriana.
**
Andriana menuju meja makan dengan mata yang masih mengantuk. Cewek itu masih kusut dengan piyama tidurnya. Sang kakak mencoba membantu adiknya untuk melek. Andriana hanya menurut pada kakaknya, tadi saja Mark yang membangunkannya. Andriana mulai duduk tegap dan membuka matanya. Di hadapannya sudah ada susu dan roti berselai strowberry.
"Sarapan dulu setelah itu mandi. Kakak tidak akan memberi kunci mobilmu kalau tidak sarapan pagi ini!" tegas Mark serta mengancam Andriana.
"Kakak dengar ... kamu telat kan kemarin? Bukan dengar lagi, tapi kakak lihat kamu lari di lapangan." ujar Mark membuat Andriana menghentikan kunyahan nya.
"Salah kakak yang tidak membangun ku." ngelesnya lalu kembali mengunyah roti.
"Ck, kakak sudah menggedor pintu kamarmu dan kau bahkan tidak bangun kunci cadangan harus kakak yang pegang!" ujar Mark memarahi Andriana itu penting, karena siapa yang akan memarahinya kalau bukan Mark.
"Iya-iya kakakku yang paling tampan," Andriana mengalah pagi ini dari pada kunci mobil di tahan.
Di sekolah besar itu, tidak ada yang mengetahui kalau Andriana memiliki kakak seganteng Mark. Memang sengaja mereka diam-diam untuk tidak memberitahu orang lain. Sebab, Andriana tidak mau kakaknya di jauhi oleh teman-temannya kalau memiliki adik seperti dirinya.
Sadar dirikan si cantik.
Andriana dan Mark beda satu tahun karena setelah sang Ibu melahirkan anak kedua meninggal dunia. Membuat Massimo harus mengurus kedua anaknya dan membesarkannya sendiri. Sosok ayah yang berjuang untuk kehidupan anaknya tapi setelah mereka dewasa Massimo kembali fokus pada pekerjaan.
Ia tahu kelakuan putrinya yang sangat jauh dengan Mark membuat Massimo bingung harus cara apalagi agar Andriana tidak membuat ulah. Dulu Andriana sempat di sekolahkan masuk Asrama di Amerika, tapi tidak bertahan lama karena Andriana membuat kenakalan sampai teman-temannya takut. Tentu saja orang tua mereka tidak bisa kalau Andriana tetap di asrama tersebut.