ดาวน์โหลดแอป
43.33% My Podcast of Horror / Chapter 13: Penjagal dalam Gelap (7)

บท 13: Penjagal dalam Gelap (7)

Setelah Bima dan Oki mengkonfirmasi adanya kerangka manusia di lokasi yang mereka gali. Bima Langsung mengeluarkan ponsel dan menelpon kantor polisi di Waringin.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk menunggu kedatangan petugas kepolisian. Secara mengejutkan, yang datang pertama untuk memantau situasi adalah petugas Tiara. Wanita yang sebelumnya datang ke rumah Bima dan berbicara langsung dengan Lani.

Melihat hari yang telah senja, Tiara yang telah tiba di lokasi memberikan raut kurang mengenakkan ketika mendapati sosok Bima dan Oki yang duduk di bawah pohon pinus.

Tiara mendekati tempat kedua lelaki tersebut lalu berkata dengan nada lirih kalau dirinya tidak mengapresiasi wajah Bima dalam dua hari berturut-turut.

"Saya sudah mendengar laporan dari kalian. Jadi, kerangka siapa lagi yang kalian temukan?"

Tanya Tiara dengan nada ketus. Dalam hatinya, petugas wanita itu sudah dapat menebak jawabannya. Dia hanya butuh konfirmasi dari pelapor sebagai laporan.

Bima seraya mengajak Tiara ke tempat yang tadi dia gali. Memperlihatkan dasarnya yang telah dipenuhi oleh tumpukan tulang belulang dan beberapa tengkorak manusia.

Bima berkata kalau digali lebih dalam lagi, mungkin masih ada tengkorak yang belum tergali. Tapi dia enggan melakukannya. Terlalu melelahkan, biarkan pihak polisi yang melakukannya. Setidaknya setelah dia menunjukkan adanya kerangka tersebut, kepolisian tidak akan tinggal diam.

Melihat tulang belulang itu, wajah Tiara berubah kelam. Dia langsung menekan handy talkie yang menempel di dadanya, langsung melaporkan situasi di lapangan kepada atasannya di kantor.

Bima melirik raut serius dari Tiara. Kemudian dia bertanya-tanya, apa petugas wanita itu datang sendiri? Karena biasanya, petugas biasa datang secara berpasangan. Ketika Bima menanyakan rasa penasarannya itu. Dengan nada kesal bercampur lirih, Tiara menjawab;

"Rekanku memilih mengurung diri di mobil daripada bertemu denganmu."

"Eh? Bukankah dia polisi? Apa dia akan baik-baik saja mengabaikan perintah begitu saja?"

"..."

Tiara terdiam sejenak lalu mengangkat kedua bahunya. Dia tidak mau membicarakannya.

Wanita itu lalu melihat sekitarnya. Melirik ke kanan dan ke kiri tampak mencari sesuatu. Sebelum akhirnya bertanya.

"Dia... apa dia ikut juga?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Bima langsung mengerti siapa yang dimaksud oleh petugas tersebut.

"Lani tidak bisa ikut. Dia itu arwah penunggu rumah. Dia tidak bisa keluar dari area sana. Tapi..."

Bima seketika melirik ke tempat pohon pinus berada. Berkata kalau masih ada arwah-arwah lain. Sama seperti Lani, korban kekejian pembunuhan si lelaki buncit.

"Mau melihat mereka?Tapi akan kuperingatkan sebelumnya, berbeda dengan Lani, mereka tidak bisa diajak bicara."

Ujar Cien sembari membuka kacamata dan menawarkannya ke Tiara. Sukses membuat wanita tersebut bergidik. Melangkah mundur sekali sambil menggeleng kepalanya pelan. Menolak tawaran dari Bima.

Wanita itu merasa kalau dirinya akan mendapatkan mimpi buruk malam nanti bila melihat para arwah tersebut.

Hingga akhirnya ketiga orang menunggu dalam diam kedatangan pasukan kepolisian. Ketika matahari mulai terbenam, satu demi satu mobil kepolisian mulai berbunyi membisingkan suara hutan karet.

Satu demi satu petugas kepolisian berjalan naik dan tiba di tempat Bima dan lainnya berada. Melihat tempat galian tersebut. Wajah syok bercampur ketidakpercayaan terlukis dalam setiap raut polisi tersebut.

Karena kali ini bukan hanya satu, namun terdapat beberapa korban yang tampak dimasukkan secara paksa ke sebuah lubang kecil.

"Ini orang psycho."

Gumam salah satu petugas dengan wajah pucat. Kali ini mereka tidak bisa menyanggah lagi kalau kemungkinan adanya pembunuh berantai berkeliaran itu benar adanya.

Mau tidak mau, polisi harus mengerahkan segala kemampuan untuk mengatasi kasus ini. Karena kalau tidak dan media tahu akan adanya kasus ini, pihak kepolisian akan mendapatkan suatu cercaan besar.

Kapten Polisi yang ikut ke lokasi pun menyadari situasi darurat yang bisa mencoreng nama kepolisian Waringin. Dia menyuruh anak buahnya untuk segera mengangkat kerangka-kerangka tersebut dan mengidentifikasi identitas setiap korban.

Setelah itu dia melihat ke Tiara. Menyuruh petugas wanita itu untuk menghampirinya dan mengkonfirmasi kembali laporan yang didapatnya kemarin malam. Laporan tentang kesaksian Bima dan juga Lani, satu hantu gentayangan yang merupakan korban dari pembunuhan.

"Ini benar-benar absurd. Tapi melihat banyaknya korban saat ini, kita tidak bisa tinggal diam lagi. Walaupun dari sumber yang gak jelas, mungkin lebih baik aku mempercepat penangkapan dari terduga pelaku yang kamu laporkan kemarin."

Tutur Kapten Polisi yang langsung menghubungi pihak terkait. Setelah itu, dia menginstruksi Tiara untuk mengawasi Bima dan Oki. Siapa tahu akan ada hal absurd lagi yang mereka lakukan.

Mendengar perintah tersebut Tiara seraya mengerutkan wajahnya. Tidak menyangka kalau mendapat tugas yang jauh dari keinginannya. Belum lagi, besar kemungkinan dia harus mengawasinya sendiri. Mengingat rekannya tidak akan mau menginjakkan kaki ke dalam kediaman Bima.

Dengan terpaksa Tiara menerima tugas tersebut. Setelah Bima dan Oki memberikan kesaksian keduanya kepada polisi. Tiara mengajak keduanya untuk pulang, dan menunggu di dalam rumah sembari menunggu perkembangan kasus.

Bima yang tidak menyangka malah mendapat seorang pengawas, seketika merengutkan wajahnya.

Besok kedua orang tuanya akan datang. Akan banyak hal yang harus dijelaskan bila melihat seorang petugas polisi mengawasi keberadaan dirinya.

"Apa boleh aku menolak pengawasan ini?" Tanya Bima.

"Kau pikir aku tidak mau menolak tugas ini?"

""...""

Keduanya seketika terdiam dan menghembuskan napas panjang. Tidak ada gunanya memberikan komplain.

Malam harinya di kediaman Bima.

Tiara yang harus berjaga dan mengawasi penghuni rumah tersebut dipersilahkan Bima untuk memilih salah satu kamar kosong di lantai satu.

Sejujurnya petugas wanita itu enggan untuk tinggal di dalam rumah. Dia lebih memilih ikut dengan rekannya di dalam mobil polisi. Sialnya, ketika dirinya, Bima dan Oki keluar dari mobil polisi tadi. Rekannya itu langsung mengunci mobil tidak membiarkan Tiara untuk masuk.

Dalam hatinya, Tiara sungguh mengutuk rekannya dan akan memberikan balasan setimpal setelah kasus saat ini selesai.

Setelah memilih kamar yang terdekat dengan pintu depan. Tiara, Bima dan Oki menyantap makan malam di ruang tengah lantai satu.

Mereka berkumpul sambil menonton berita yang disiarkan di televisi. Berita yang membuat ketiganya termangu.

[Breaking News! Telah ditemukan tujuh kerangka perempuan di daerah Waringin. Kerangka perempuan ini diduga merupakan korban penculikan dan pembunuhan yang terjadi sekitar lima tahun lalu. Hingga saat ini polisi sedang melakukan investigasi, dan diperkirakan kalau pembunuh dari kasus ini masih berkeliaran bebas. Selain itu, ternyata polisi juga sudah menemukan satu korban lain sekitar satu minggu yang lalu. Dari ciri-ciri kerangka, hasil forensik dini menyatakan kalau...]

Melihat dan mendengarkan kabar berita tersebut. Bima langsung melirik ke arah Tiara. Dia kira kalau pihak kepolisian ingin meredam kasus ini dari publik. Tetapi, tidak sampai dua jam mereka kembali dari tempat kejadian perkara. Kabarnya tiba-tiba sudah muncul di layar kaca nasional.

Tiara sendiri tidak tahu menahu. Hanya satu hal yang diyakini saat ini.

"Tampaknya ada orang dalam yang membocorkan ini ke media."

Gumam Tiara sambil menggigit kuku ibu jarinya. Dia tampak kesal karena dengan tersebarnya kabar ini, bukan saja membuat citra polisi tercoreng namun hal ini juga bisa memperingati tersangka, kalau saat ini pihak polisi sedang memburunya.

"Tsk, petugas bodoh mana yang melakukan ini?! Brengsek!"

Kesal Citra. Bima hanya bisa mendesah pelan, berharap semoga tersangka bisa tertangkap sebelum kabur. Sedangkan satu orang lagi, Oki, berkeringat dingin. Wajahnya pucat setelah mendengar kekesalan dari Tiara, tangannya yang sedang memegang ponsel bergetar kencang.

"Shit..."

Secara tidak sengaja, suara dalam pikirannya keluar. Bima dan Tiara seketika menoleh, melihat reaksi Oki yang tampak kaku dan canggung.

"Kenapa, Ki?"

Tanya Bima yang seraya melirik ke layar ponsel di tangan temannya. Layar tersebut sedang menampilkan halaman podcast Rumah Tanjakan episode pertama.

Awalnya Bima tidak merasa aneh, namun ketika dia melihat jumlah pendengar yang tertera. Dirinya semerta tertegun.

"Tu-tujuh ratus ribu? Bagaimana bisa?"

Bima tidak mengerti. Ketika siang tadi, sebelum mereka berangkat untuk menggali. Bima memeriksa jumlah pendengar podcast-nya. Saat itu angka masih menunjukkan lima belas ribu. Sekarang, angka tersebut tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat.

Bima yang terdiam sayup-sayup mendengar suara berita. Dirinya langsung sadar apa yang sebenarnya terjadi.

"Ahh, kau pelakunya."

Ujar Bima yang menoleh dengan tatapan kosong ke Oki, pelaku yang membocorkan informasi kepolisian.

"Ha ha ha" tawa kering Oki, "Aku gak tahu kalau polisi melarang. Tadinya aku pikir kalau informasi baru ini bakal membuat podcast semakin naik lagi."

Well, memang faktanya podcast mereka benar-benar naik. Tapi, timing yang dipakai sungguh kurang tepat. Bakal lebih baik kalau Oki melakukannya setelah tersangka tertangkap.

"Sigh..."

Bima hanya bisa mendesah panjang. Yang sudah terjadi, ya sudahlah. Mau bagaimana lagi. Tapi bagi wanita di samping Bima, mendengar penjelasan Oki hanya membuatnya semakin naik pitam.

Melihat Oki digusur oleh Tiara. Bima hanya bisa menyemangati dan berdoa untuk keselamatan temannya.

"Fighting!"


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C13
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ