Freislor menghembuskan nafas pelan dan tertawa, sesekali ia menepuk jidatnya. Ia tak tahan dengan perlakuan adiknya.
"Baiklah, aku akan menceritakannya," ucapnya pelan. Gadis itu memperbaiki posisi duduknya, ia juga memutuskan untuk duduk di hadapan keduanya. Sang ibu melirik ke arah Kreysa dengan wajah ragu.
"Jadi, Bu. Aku mau tanya. Apa Ayah dulunya seorang pemimpin di sebuah pulau?" tanyanya pelan. Freislor melepas kalungnya dan memberikannya kepada sang ibu. Wanita paruh baya yang ada di hadapannya mengambilnya dengan rasa penasaran. "Entahlah, Freis. Ayahmu tidak bilang apa-apa kepada Ibu. Ibu juga tidak tahu," ucapnya pelan. Freislor dan Kreysa terkejut mendengar hal itu. Dahi keduanya terlipat.
"Apa maksud Ibu?" Freislor mengernyitkan salah satu matanya. Sang ibu mengangguk pelan. "Apa yang harus Ibu katakan padamu jika itu memang kebenarannya?"