"Ya sudah, aku akan antar Mamah ke kamar ya. Mamah jangan banyak pikiran, Mamah harus banyak-banyak beristirahat. Percayalah, Mah. Mas Wili akan mengurusnya. Percayalah pada, Mas Wili." Jeni menambahkan guna lebih meyakinkan perasaan Sindi akan tenang dan tidak banyak pikiran.
Jeni kemudian membantu Sindi berjalan menuju kamarnya. Kemudian Jeni mengantarkan mertuanya ke kamarnya. Ia merasa khawatir sesuatu terjadi pada mertuanya.
Setelah mengantarkan Sindi ke kamar, Jeni kembali menemui suaminya yang masih tampak duduk di sofa ruang tamu. Dia akan bicara dengan suaminya secara serius.
"Mas!" Jeni duduk di sofa dekat suaminya. Terlihat Wili masih duduk dengan wajah lusuh di sana.
"Semua masalah ini gara-gara aku, Mas." Jeni berbicara lesu pada suaminya.
"Jangan bicara seperti itu, Jen." Wili membantah segera.
"Aku yakin, Mas. Keluarga Mba Selin marah karena keberadaan aku. Mereka murka kepadaku, Mas. Bukan kepada kamu mau pun Mamah," kata Jeni dengan yakinnya.