Kembali ke Felicia.
[Presdir? Mau apa beliau kemari?] batin Felicia. Tak hanya Cia yang kaget dengan kehadiran orang nomor satu di rumah sakit itu. Semua perawat melihat kedatangannya dengan heran. Mereka bergegas kembali ke pos dan bekerja serajin mungkin padahal tak ada yang mereka kerjakan.
"Ada yang bisa kami bantu, Presdir." Cia mendekat, sebagai dokter jaga pagi ini ia yang in charge menghadapi Hera.
"Panggil aku Kakak!" sahut Hera.
"Tapi saya sudah bekerja, Presdir. Tidak enak dengan mereka." lirih Cia, entah kenapa presdirnya begitu terobsesi menjadikannya adik. Morgan menahan tawa saat mendengar ucapan Felicia. Hera meliriknya tajam lalu menyahut paper bag dari tangan Morgan.
"Ah benar, aku kemari hanya ingin memberimu ini." Satu tas besar berisikan obat-obatan, entah apa saja yang ada di dalamnya. Felicia sampai melongo karena warna dan jenisnya beraneka ragam.
"Apa ini!?" Cia menengok ke dalam kantong.