ดาวน์โหลดแอป
12% Cintaku Nyangkut Di Kantin / Chapter 33: Organisasi Voli

บท 33: Organisasi Voli

Riski sudah menyelesaikan masa orientasinya, dan sekarang adalah saatnya ia berkumpul dengan organisasi. Tentu saja Riski memilih organisasi voli karena di sana ia bisa lebih mengenal Septi dan melihatnya. Ya, meskipun Septi merupakan senior di sana, tapi apa salahnya mencoba?

Kehidupan di SMK tak berbeda jauh dengan SMP. Tentu, masih ada segelintir orang yang mengolok-oloknya, tetapi Riski sudah terbiasa akan hal itu. Mungkin hinaan segelintir orang itu tidak berpengaruh terhadapnya.

"Baik, sudah berkumpul semua, ya?" tanya seorang laki-laki, ia merupakan senior juga seperti halnya Septi.

Lalu Septi datang dan masuk ke dalam ruang kelas. Organisasi di sekolah ini kerao memakai kelas untuk berkumpul, dan biasanya berkumpul setelah selesai pembelajaran. Jadi, kelas banyak yang kosong.

Mata Riski melotot melihat paras Septi yang sangat cantik, pandangan Riski serasa tak bisa lepas melihatnya.

Septi berdiri di depan, "Di voli, banyak sekali kegiatan. Tentu, ada lomba tingkat kota, provinsi, bahkan bisa ikut seleksi untuk membela negara. Jadi, kaliam bisa sungguh-sungguh untuk mencapai mimpi dan membanggakan orang di rumah beserta sekolah. Jangan main-main sewaktu latihan, latihan yang sungguh-sungguh. Gue dulu juga nggak bisa sama sekali maen voli, tapi gue seneng ketika melihatnya di tv ataupun di lapangan secara langsung. Dari sana gue paham, dan mencoba mengikutinya sewaktu SMK ini. Jadi, buat kalian yang belum bisa tetapi udah tertarik, belajar yang sungguh-sungguh." ucap Septi menasehati dan menceritakan sedikit pengalamannya.

"Kenapa bisa sama seperti gue? Gue kan juga nggak bisa voli. Apakah ini beneran jodoh?" batin Riski dengan wajah yang sumringah, berseri-seri.

Teman sebangku Riski pun menyenggolnya, "Lo kenapa dah? Senyum-senyum sendiri? Lagi bayangin apa lo." celetuknya membuat semua orang melihat ke arah Riski, termasuk Septi.

Riski sangat malu jadi pusat perhatian, bahkan Septi juga ikut tertawa.

"Lo jangan kencang-kencang lah." bisik Riski yang sangat malu.

"Namanya juga refleks." balasnya santai.

Riski sebenarnya belum mengenal semua temannya yang ikut voli ini, tetapi ya berusaha untuk akrab saja. Karena kedepan nanti juga bakalan menjadi temannya, teman organisasi.

Septi menunjuk Riski, "Kamu maju kedepan." perintahnya.

Riski menunjuk ke dirinya sendiri, ia masih tak percaya jika harus maju kedepan, "Aku?"

"Iyaa, cepatt." perintah Septi lagi.

Riski menurut, dan langsung melangkahkan kakinya ke depan.

"Gue denger-denger lo urutan teratas masuk sekolah ini, ya? Gue denger dari Pak Marwan, tau?" tukas Septi, karena sewaktu itu ia diberitahu oleh Marwan perihal hal ini. Bukan hanya Septi, tetapi ke seluruh teman kelasnya.

Riski hanya menunduk kaku, ia tidak bisa berkata-kata untuk saat ini.

"Benar apa enggak? Kok malah kayak patung." ucap Septi lagi. Sebenarnya Septi bangga, ada orang yang pintar masuk organisasinya. Kebanyakan di organisasi voli di isi oleh anak berandalan dan nakal.

Riski mengangguk.

"Ah, kenapa Pak Marwan menceritakan hal ini?" batinnya kesal.

"Nama lo siapa?" tanya Septi.

Deg. Jantung Riski berdegup sangat kencang, aliran darahnya juga mengalir sangat cepat. Padahal, hanya dengan satu pertanyaan bisa membuatnya seperti ini.

"R-riski."

"Yasudah, kembali sono."

Riski berjalan kembali ke bangkunya lagi. Perasaannya campur aduk, antara senang dan juga malu. Sebelumnya Riski tak pernah mendapatkan perasaan semengerikan ini.

Lalu Septi duduk di kursi milik guru, dan membaca daftar nama anggota baru organisasi voli.

"Yasudah, untuk kumpul voli di hari rabu dan juga jumat. Seminggu 2 kali pertemuan, di harapkan datang semua. Nanti kalo ada yang bolos atau telat bakalan ada hukumannya." kata Julio, ketua organisasi voli ini.

"Yasudah sekarang kalian boleh pulang." lanjutnya.

Kemudian semua anggota baru keluar kelas dan berjalan ke arah parkiran untuk mengambil motornya masing-masing.

Setelah semua pergi, para senior masih berkumpul di kelas itu.

"Kayaknya gue punya feeling bahwa si Riski bisa menjadi hebat." celetuk Septi tiba-tiba.

"Darimana lo bisa tau? Padahal wajahnya aja kayak gitu, apalagi postur tubuhnya juga kurang tinggi." jawab Julio.

"Lo nggal boleh kayak gitu, Jul. Ya namanya juga ciptaan Tuhan, jadi ya beragam wajah dan postur tubuhnya." balas Septi sensi.

"Alasan lo yakin terus karena apa?"

"Kayaknya dia punya semangat yang tinggi dan punya bakat di sini. Gue percaya itu. Ingat, alasan gue nggak pernah salah dalam menilai orang baru, Jul."

"Yasudah, kita taruhan. Kalo emang yang lo katakan itu benar, lo bebas makan di kantin sekolah sepuasnya. Dan kalo lo salah, lo traktir semua anggota. Setuju?"

"Nggak lah gila. Lo cuman ke gue, lha gue ke semua orang. Kalo sama-sama ke semua orang baru gue deal." tukas Septi menantang Julio.

"Oke, deal. Dalam berapa pertemuan dia jadi hebat?" tanya Julio memastikan argumen Septi.

"Mungkin 3 bulan dia udah bisa masuk tim inti dan bisa ikut kompetisi."

"Secepat itu?"

Septi mengangguk.

"Gue punya feeling ke dia. Gue harus latih dia ekstra, di sekolah ataupun di luar." batin Septi. Tujuan Septi simpel, ia hanya ingin membuat agar sekolah ini dapat bangga akan organisasi voli ini. Karena organisasi voli sering terlupakan dengan organisasi yang lain, seperti osis, pramuka dan lain-lain.

"Yasudah, gue cabut dulu." Julio pergi meninggalkan Septi bersama dengan yang lain.

"Kenapa lo begitu yakin, Sep?" tanya Alan, teman sekelas Julio.

"Ya gue nggak tahu, makanya tadi gue suruh kedepan. Dan pas di depan feeling gue semakin kuat." jawab Septi dengan memeriksa tasnya, apakah ada barang yang tertinggal sebelum ia pulang ke rumah.

"Yasudah, siapapun yang menang kita kan dapat traktiran gratis." sahut Lusi, "Yasudah, ayo kita pulang. Udah sore ini." lanjutnya.

Mereka semua mengangguk dan pergi meninggalkan kelas itu.

Di perjalanan pulang, Septi sudah merencanakan latihan seperti apa untuk Riski. Septi sudah memikirkan semuanya sewaktu di jalan pulang, dan bagaimana ia menerapkannya. Bahkan, Septi sudah merencanakan plan b.

Sedangkan Riski, kali ini ia sudah sampai rumah. Pikirannya masih terngiang-ngiang di kepalanya tentang pertanyaan Septi yang tadi, 'Siapa nama lo'

Riski ingin belajar voli dengan sungguh-sungguh, di rumah ia berniat melihat video bermain voli seperti apa yang di katakan oleh Septi. Riski terus melihat cara-cara bermain voli dan merekamnya di otak. Riski ingin membuat Septi kagum akan dirinya, ia tidak mau jika nantinya membuat kecewa. Riski ingin, ada yang di banggakan dari dirinya. Ia juga ingin membuktikan, bahwa nggak harus goog looking untuk bisa bermain voli.

Meskipun hanya melihat video ini, Riski mengerti beberapa aspek, cara, dan bagaimana cara bekerja permainan voli. Sebenarnya simpel, tapi menurut Riski ini sangat rumit.

"Riskii, makan dulu sama ganti seragamnya." ucap Sastro yang melihat Riski belum ganti pakaian dan sibuk dengan ponselnya.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C33
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ