"Aku sangat merindukanmu, Sayang."
"Aku juga sangat merindukanmu …."
Justin memiringkan kepalanya sambil menarik dagu Cielo. Lalu ia pun mencium Cielo dalam-dalam. Wanita itu seperti yang kehabisan napas. Justin semakin sengaja menciumnya lebih dalam lagi supaya Cielo luluh.
Tak ada pria mana pun yang memiliki kekuatan ciuman lebih baik daripada Justin. Ia memeluk pinggang Cielo dan sebelah tangannya mulai mengusap bahu, lalu turun ke tangannya. Hal itu membuat Cielo bergidik.
Justin melepaskan ciumannya meski Cielo masih memejamkan matanya. Ia menatap lekukan payudara Cielo yang menantang di hadapannya. Perlahan Justin menyentuh dada Cielo dan menurunkan tangannya ke sana.
Cielo terkesiap sambil membuka matanya. "Justin, aku … aku … Uhm, kita sedang berada di kantorku."
"Oh, iya maafkan aku. Kita bisa melakukannya di tempat lain yang lebih privat dan aman," ucap Justin sambil mengusap pipi Cielo yang memerah.
Cielo melebarkan matanya. "Bukankah kita akan makan malam bersama?"
"Ya, tentu saja. Kamu mau makan malam di mana, Sayang? Biar kamu yang tentukan."
Cielo mundur selangkah sambil mengaitkan rambutnya ke belakang telinganya. "Baiklah. Aku akan beres-beres dulu."
Cielo menyembunyikan rasa takutnya dari hadapan Justin. Jangan sampai pria itu tahu jika tangan dan kaki Cielo gemetar. Justin hampir saja menyentuh payudaranya. Itu benar-benar tidak sopan.
Namun, bagaimanapun juga Justin adalah kekasihnya. Selama ini Cielo tidak pernah berpacaran, jadi ia sama sekali tidak berpengalaman soal sentuh menyentuh yang boleh dilakukan saat pacaran.
Banyak beberapa teman Cielo yang hamil sebelum menikah, tapi Cielo bukan tipe wanita seperti itu. Ia tidak akan pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Itu adalah hal yang sangat tabu.
Daripada Cielo pusing memikirkan hal tersebut, lebih baik ia mengalihkan pembicaraan ke arah yang lain. Jika sampai Justin berani menyentuhnya lagi, maka Cielo akan menolaknya dengan sangat tegas.
"Justin, tunggu sebentar ya. Aku mau mengecek dulu di laptopku sebentar," kata Cielo yang sudah duduk di kursinya dan fokus menatap layar laptop.
"Silakan, Sayang," kata Justin yang syukurlah tidak tersinggung karena Cielo menolak sentuhannya tadi.
Itu baru permulaan, pikir Cielo. Semoga saja tidak akan ada hal lainnya.
Cielo mengklik layar di laptopnya, sementara Justin melihat-lihat ruangan Cielo. Lalu ia melihat foto pernikahan orang tuanya di meja. Ia mengangkat pigura foto itu dan memperhatikan fotonya dengan saksama.
"Apa ini fotomu?" tanya Justin.
"Ya. Itu aku waktu masih berusia satu tahun," jawab Cielo tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Hmmm, jadi orang tuamu menikah setelah kamu berusia satu tahun?" tanya Justin.
"Ya. Sebelumnya, mereka sempat hampir menikah, tapi tidak jadi. Ada banyak permasalahan yang terjadi. Lalu setelah aku lahir dan berusia satu tahun, barulah orang tuaku menikah. Saat itu bahkan di perut ibuku sedang hamil Cedric."
Justin melebarkan matanya mendengar penjelasan dari Cielo. "Wah. Jadi, orang tuamu hidup bersama dulu, baru memutuskan untuk menikah?"
"Hmmm, tidak seperti itu. Mereka sebenarnya tidak pernah hidup bersama sebelumnya. Ibuku tinggal bersama almarhum Nenek Zhang. Waktu kecil, aku sering sekali bermain bersama Nenek Zhang, tapi beliau sudah tiada tiga tahun yang lalu."
"Oh, ya ampun. Kamu pasti sangat kehilangan nenekmu itu," ucap Justin.
"Tidak juga. Dia bukan nenek kandungku. Nenek kandungku masih ada dan tinggal di Batam," kata Cielo menjelaskan.
"Ah, begitu ya." Justin mengangguk seolah memahami sesuatu hal.
Selama ini, orang lain selalu salah paham karena melihat foto pernikahan orang tua Cielo. Mereka selalu menilai jika Cielo ini adalah anak haram. Terserah apa pun yang mereka katakan, Cielo tidak peduli lagi.
Kata-kata perundungan yang ia terima selama ini sudah dipatahkan oleh ayahnya. Dengan cekatan, ayahnya mengurus semua teman-teman sekolah Cielo yang berani menyebut Cielo sebagai anak haram.
Meskipun memang ia lahir sebelum orang tuanya menikah, tapi bukan berarti ia adalah anak haram. Orang tuanya saling mencintai dan mereka pun sangat mencintai Cielo.
Cielo menanti Justin berkata hal-hal lain, tapi ia tampak tidak peduli dan menaruh lagi foto pernikahan itu di meja kerja Cielo. Lalu Justin melihat bunga mawar yang disimpan di dalam vas bunga.
"Sayang, apa ini adalah bunga pemberian dariku?" tanya Justin sambil memperhatikan ada kartu ucapan yang menempel di bagian bawah vas bunga.
"Ya, benar," ucap Cielo sambil tersenyum. "Sayang sekali kalau aku membuangnya begitu saja. Aku mengambil beberapa tangkai bunganya untuk dijadikan hiasan. Untuk sisanya, aku meminta Septi untuk membawanya ke florist agar bisa diawetkan ke dalam pigura foto sebagai kenang-kenangan."
Justin mengangkat alisnya. "Ah, begitu ya. Aku tidak menyangka kamu memiliki ide sebagus itu. Aku pikir, kamu akan langsung membuangnya."
"Tidak, tidak. Aku tidak mungkin membuangnya. Itu kan pemberian darimu, Justin," ucap Cielo sambil nyengir.
Justin pun memeluk Cielo dari belakang sambil menunduk karena Cielo sedang duduk di kursi. Wajah Justin benar-benar dekat sekali dengannya.
Cielo masih saja fokus mengetik dan mengklik layar laptopnya. Jusitn ikut memandang ke sana.
"Pekerjaanmu belum selesai ya, Sayang," ujar Justin.
"Sedikit lagi. Tunggu sebentar ya, Justin."
Justin mengangguk hingga bulu jambang halusnya menggesek pipi Cielo. Rasanya geli sekali, membuat Cielo jadi bergidik.
Lalu Justin mencium pipi Cielo. "Hmmm, pipimu wangi sekali."
Cielo tersenyum-senyum sambil memiringkan kepalanya. Justin kembali mencium pipi Cielo hingga ia tertawa.
"Sudah, Justin. Nanti dulu ciumnya. Aku sedang bekerja. Sedikit lagi aku selesai," kata Cielo.
"Hmmm, baiklah."
Justin pun melepaskan tangannya dan berdiri tegak. Ia melihat pemandangan yang terhampar luas di jendela yang posisinya tepat di belakang meja kerja Cielo. Sepertinya Justin sudah tidak sabar lagi untuk membawa Cielo pergi dari sini, jadi Cielo mempercepat pekerjaannya.
Setelah Cielo menyelesaikan pekerjaannya, ia pun mematikan laptop dan membereskan tasnya. Mereka sama-sama berjalan keluar dari ruangan menuju ke parkiran mobil.
Seperti yang Justin katakan tadi bahwa Cielo yang menentukan makan malam hari ini, jadi Cielo memilih untuk makan masakan Korea. Justin semangat sekali memilih daging-daging yang akan dimasak di atas pemanggangan.
Cielo diam saja, mengikuti pilihan Justin. Yang terpenting bagi Cielo adalah ia harus makan sayur selada yang banyak. Ia pun mengambil kimchi yang rasanya asam dan pedas sebagai pelengkap.
Justin tidak suka kimchi. Jadi, Cielo yang menghabiskan kimchi-nya. Senang sekali rasanya bisa makan malam bersama Justin. Kencan mereka makin ke sini jadi makin sering. Cielo jadi semakin bahagia.
Memiliki Justin sebagai kekasih yang sempurna adalah impian Cielo. Bagaimana Cielo bisa tahan jika Justin selalu saja bersikap manis dan memanjakan Cielo? Hati Cielo langsung luluh seketika.