ดาวน์โหลดแอป
45.45% Delete09 / Chapter 10: 10. Real Estate Timbercreek Canyon

บท 10: 10. Real Estate Timbercreek Canyon

Gill dan Jeremy hanya bisa duduk di dalam rumah yang berantakan. Ketiga orang di hadapannya tengah merapikan tempat untuk tidur. Sesekali Revanta menoleh ke arah dua tamunya.

"Kalian mau tidur di sini?" tanya Revanta.

Jeremy menoleh ke arah Gill. "Bagaimana?"

Gill terdiam, pandangannya lurus namun kosong. Pria itu tidak menyadari bahwa sedari tadi Jeremy terus menggoyangkan tubuhnya. Bahkan Revanta juga ikut menyadarkannya.

"GILL NATH!!!" teriak Jeremy tepat di telinga pria tersebut.

Gill langsung terlonjak kaget. Ia bangun dari kursi tua yang didudukinya sembari mengusap telinga. Ia menatap Jeremy dengan mata yang membulat.

"Jangan pernah teriak di telingaku!" kata Gill dengan marah.

"Ada apa? Sedang memikirkan sesuatu?" tanya Revanta yang berjalan menghampirinya.

Gill menggeleng pelan. Ia tidak mungkin memberitahukan isi pikirannya saat ini. Ben, unit 202, kotak senjata api, kelompok di Timbercreek Canyon, semua itu benar-benar membuat kepalanya pusing. Ia tidak mengerti mengapa kedua orang tuanya bisa berurusan dengan eksperimen biologis seperti ini.

Gill memutuskan untuk keluar sejenak. Namun begitu tiba di pintu, terdengar langkah kaki yang cukup banyak di luar. Lentera yang menjadi satu-satunya penerangan langsung dimatikan. Lalu Gill ditarik Revanta untuk bersembunyi.

"Kosong."

"Kau benar melihat 3 orang itu, 'kan?"

"Iya. Mereka tinggal di sekitar sini."

"Mungkin mereka bersembunyi. Bagaimana kalau kita bakar saja tempat ini?"

Revanta mengerutkan dahinya. Amarahnya tersulut begitu mendengar percakapan mereka. Ia hampir saja berdiri, namun Gill dengan kuat menahannya.

"Diam!" kata Gill setengah berbisik.

"Aku akan mengambil minyak di mobil."

"Kalau begitu, aku akan berkeliling."

Begitu suasana di luar mulai sepi, Gill kembali berpikir. Otak kecilnya itu terus dipaksa untuk membentuk rencana darurat. Real estate ini menjadi satu-satunya tempat berlindung. Selain karena mobilnya sudah hancur, ia juga harus mengeruk informasi terkait tentang Ben.

"Bagaimana kalau kita lawan?" tanya Gill pada Revanta.

Wanita yang semula menunduk, langsung mengangkat kepalanya. Ia nampak antusias mendengar ajakan pria tersebut. Tanpa ragu, ia menganggukkan kepalanya. Gill melempar tatapannya ke arah Jeremy yang duduk bersebrangan.

"Berikan kotak itu," kata Gill.

Jeremy mengangguk patuh. Ia mengoper kotak berisi senjata ke arah rekannya. Gill dengan sigap menerima kotak tersebut. Begitu membukanya, Revanta sangat takjub. Ia langsung mengambil senjata yang cukup panjang.

"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Revanta.

"Peninggalan ayahku," jawab Gill.

Revanta tersenyum lebar. Matanya berbinar saat mengeluarkan senjata itu satu per satu. Lalu ia melempar salah satu ke arah temannya.

"Maschinenpistole 40 untukmu, Bran." Revanta tersenyum lebar ke arah rekannya.

Pria bernama Bran itu dengan sigap menerima senjata. Ia juga nampak senang, namun masih bisa ditutupi dengan wajah datar. Seulas senyum tipis terbit setiap meneliti senjata di genggamannya.

Revanta menepuk bahu Gill sembari tersenyum. "Jangan khawatir. Dia penembak yang baik. Dia sudah mengenal senjata itu lebih dari ibunya sendiri."

Gill tertawa pelan. Saat ini ia hanya bisa mengikuti alur yang berjalan tanpa bisa diatur. Jeremy merangkak ke arahnya sembari menoleh ke pintu. Wajahnya terlihat panik. Padahal biasanya pria itu menyukai sesuatu yang menegangkan. Seperti yang kalian tahu, Jeremy begitu terobsesi dengan unit 731.

"Kau memercayai mereka begitu saya?" tanya Jeremy.

Gill mengangguk pelan. "Ya, saat ini kita tidak punya sekutu ataupun informasi yang cukup."

"Kau tidak ingat? Mereka hampir melubangi kepala kita dengan peluru," kata Jeremy setengah berbisik.

"Itu karena kami mengira kalian suruhan Ben," sahut Revanta.

Jeremy menoleh ke arah Revanta dengan mata melotot. "Aku tidak bicara denganmu!"

Revanta mengedikkan bahunya. Ia kembali memilih senjata untuk satu rekannya lagi. Cukup banyak pistol dan senjata panjang di sana. Ada panah dan pisau yang biasa terlihat di film militer. Lalu satu lagi yang membuat Revanta melempar tatapan bingung pada Gill.

"Ini peninggalan ayahmu?" tanya Revanta.

Gill mengangguk cepat. "Ayahku pernah bilang menyimpan harta karun di bawah tanah. Jadi, sepertinya itu memang miliknya."

"Apa ayahmu anggota militer?"

Kali ini Gill menggeleng. "Tidak. Ayahku seorang peternak."

Revanta mengambil benda yang ada di dalam kotak tersebut, lalu ia melemparnya pada Gill. Pria itu dengan sigap menangkap benda tersebut. Ia mengernyit sembari menatap benda di tangannya.

"Kalung apa ini?" tanya Gill.

Jeremy langsung merampas benda yang ada di tangan Gill. "Ini namanya dog tag. Tanda pengenal yang digunakan anggota militer."

Gill mengernyitkan dahinya. Ia tertawa sembari menggeleng. "Tidak. Ayahku seorang peternak."

Revanta kembali mengacak isi kotak tersebut. Ia mengeluarkan semua senjata yang ada di dalam sana. Lalu nampak banyak sekali kertas lusuh yang berserakan. Revanta mengangkat salah satu kertas yang ternyata foto berukuran 2R.

"Sepertinya ada yang disembunyikan oleh ayahmu, Gill."

~~~

Myujin menatap istrinya yang tertidur. Walau hanya beralaskan kardus dan kain yang diberikan Ben, wanita itu tetap bisa tidur dengan tenang. Selama ini Julia memang tidak pernah merepotkannya.

Ia kembali teringat dengan percakapannya dengan petugas yang sempat dipukul dengan besi. Entah ia bisa memercayai ucapan pria itu atau tidak. Untuk saat ini, ia masih berusaha untuk berpikir positif.

"Apa ucapan orang itu bisa dipercaya?" gumam Myujin.

Pria itu menarik sebelah tangan Julia. Ia mengamati kulit istrinya. Barangkali ada tanda-tanda yang muncul di sana. Pria itu menghela napas pelan. Suasana hatinya sangat tidak tenang setiap mengingat ucapan Ben.

"Bagaimana mungkin aku bisa hidup saat melihat Julia menderita." Myujin mengusap wajahnya dengan kasar. "Awas saja dia! Akan ku buat dia membusuk di ruang sifilis!"

"Siapa? Aku?"

Myujin terkejut saat mendapati Julia yang sudah membuka matanya. Wanita itu langsung duduk berhadalan dengan suaminya. Ia mengepalkan sebelah tangan dengan penuh tenaga.

"Kamu mau buat aku membusuk di ruang sifilis, Myujin?" tanya Julia.

Myujin menggeleng cepat. "Tidak. Maksudku petugas yang kita lepaskan."

Julia mendecak pelan. "Kau yang membiarkannya pergi! Aku tidak terlibat sama sekali."

"Aku melepaskannya karena itu menyangkut nyawamu, Julia!" Myujin menangkup wajah istrinya dengan kedua tangan. "Aku tidak mau kau terluka."

Julia menepis tangan kasar Myujin dari wajahnya. Lalu ia bergegas bangun untuk berpikir. Tidak mungkin mereka berada di tempat ini selamanya. Apalagi jika suntikan itu mengandung sifilis. Julia tidak sudi mati di tempat mengerikan seperti ini.

"Berapa lama kamu bekerja di sini?" tanya Julia sembari berkeliling ruangan.

Myujin menggaruk tengkuknya. "Mungkin 8 tahun."

"Pasti kau tahu jalan untuk keluar dari sini, 'kan?" Julia tersenyum lebar ke arah suaminya. "Pasti kita bisa keluar selain lewat pintu. Benar 'kan, Myujin?"

Myujin tertawa kaku. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Lalu mengangguk pelan. Julia nampak sangat senang. Ia berlari kecil ke arah suaminya. Kini persentase harapan hidup mereka sedikit bertambah.

"Kita harus lewat mana?" tanya Julia dengan senyum lebarnya.

Myujin tertawa, lalu mengangkat bahunya. "Entahlah, aku tidak tahu. Tapi pasti ada, 'kan?"

"Myujin! Jangan bergurau denganku!" bentak Julia.

"Bagaimana kalau lewat atap?"

Myujin dan Julia langsung menoleh ke arah pintu. Nampak petugas yang pernah dilukainya itu melepas masker laboratorium. Kini Myujin bisa melihat wajah petugas tersebut dengan jelas. Pria itu salah satu rekannya saat berjaga di pusat penelitian bom. Namun dia dipindahkan karena lebih berbakat di bidang amputasi.

"Rupanya itu kau, Lexus?"


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C10
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ