Aku berfikir kesalahan yang kulakukan ini tidaklah fatal ataupun berdosa tapi saat ini aku sungguh tidak percaya jika Ayah dan Ibu bisa menuduhku dengan gambaran-gambaran yang ada di pikiran mereka saat ini kepadaku.
" Ooh... jadi kamu sudah berani punya pacar ! kamu sudah merasa hebat ya Sekarang !"
ucap Ibu dengan tangannya yang menunjuk-nunjuk tepat di kening ku.
" Letta , apakah kamu sudah terkena rayuan lelaki itu, sehingga kamu sudah bisa melawan Ayah dan Ibu !?"
Ayah pun tidak mau mengalah dengan Ibu, Ayah menambahkan lagi pertanyaan kepada ku yang semakin membuat diriku menjadi bingung dan serba salah. Rasanya ingin sekali aku berteriak kepada Ayah dan Ibu agar menghentikan semua pertanyaan-pertanyaan yang sangat konyol sekali dan membuat diri ku ini terasa seperti penjahat yang paling jahat sekali.
" Letta , Apakah kamu sudah lama mengenalnya ? sudah berapa kali kamu pergi berduaan dengan dia ??" tanya Ibu kepada ku dengan tatapan mata yang begitu nanar, seakan-akan aku ini benar-benar sudah melakukan tindakan yang hina dan harus diadili dengan seadil-adilnya.
Hingga saat ini , Aku hanya bisa menatap wajah Ayah dan Ibu, aku masih terdiam dan tidak mengerti bagaimana aku harus menjawab semua pertanyaan ini dan bagaimana aku harus menjelaskannya jika aku tahu hasilnya tetap saja nanti akulah yang paling bersalah dan aku harus meminta maaf kepada mereka.
Kejadian yang seperti inilah yang selalu membuat ku untuk secepatnya angkat kaki dari rumah ini.
karena Ayah dan Ibu tidak pernah mengerti diriku atau memberikan diriku kesempatan untuk membela diri ku sendiri.
" Letta, jawablah dengan jujur ! kamu kenal laki-laki itu dimana ? lalu seberapa dekat kamu dengan dirinya !" tanya Ibu kepada ku dengan tangan yang mulai memegangi dadanya dan juga tatapan mata yang mulai terlihat basah.
Kelu sudah rasanya mulut ku ini, jangankan untuk mengeluarkan suara agar bisa menjawab semua pertanyaan yang Ibu berikan kepada ku, karena diri ku ini masih tidak percaya mengapa Ibu bisa seperti ini kepada ku.
Darah di tubuh ku ini terasa benar-benar memanas dan juga rasanya dada ku ini sulit sekali untuk bernapas karena aku benar-benar tidak menyangka jika Ayah dan Ibu bisa memikirkan diriku terlalu jauh seperti itu.
" Letta !! JAWAB !!!! apakah kamu anggap Ayah dan Ibu ini adalah Anjing yang sedang menggonggong kepada mu !"
" Ayah !"
Tanpa ku sadari akhirnya bibirku bisa mengeluarkan suara, karena perkataan Ayah yang sungguh sudah kelewatan bagiku.
" Apa yang harus Letta jawab, karena semua pertanyaan dan tuduhan yang Ayah dan Ibu berikan kepada Letta semua itu sama sekali tidak pernah Letta lakukan ".
Dengan memberanikan diri, akhirnya aku mencoba untuk membela diriku di hadapan Ayah dan Ibu.
" Pintar sekali kamu berbohong ! Ayah sudah membuktikannya dan melihat dengan mata kepalanya jika kamu sedang berduaan dengan
seorang lelaki !" timpal Ibu membalas perkataan ku.
" Buu..... memang aku sedang bersama-sama dengan Hansen, tapi belum tentu dia itu pacar ku dan juga kami berdua itu di tempat umum Bu.... kami berdua di pinggir jalan, dimana banyak orang yang lalu-lalang melihat kamiii....". dengan suara yang memelas dan bibir yang gemetar aku mencoba memberikan keterangan kepada Ibu.
" Ooooh.... jadi laki-laki itu bernama HANSEN !!" ujar Ayah sambil berdiri dari duduknya menghampiri diriku yang sedari tadi masih berdiri terpaku di dekat pintu utama ruang tamu ini.
Mungkin ini adalah kesalahan ku yang paling fatal kepada Hansen, karena tanpa ku sadari aku telah menyebutkan namanya dihadapan Ayah dan Ibu sehingga kini Ayah dan Ibu sudah mengantongi kartu mati bagiku dan juga Hansen.
" Dimana kamu kenal Hansen ! apakah dia teman kerja mu atau teman kuliah mu ?" tanya Ayah kepada ku.
Kini bukan hanya Ibu yang sedari tadi menemani ku berdiri di dekat pintu ini karena sekarang Ayah pun sudah berdiri di samping kanan ku.
Jujur saja, ingin sekali rasanya saat ini aku membalikkan tubuhku dan berlari keluar dari rumah ini, karena aku sudah tidak bisa lagi menahan kesabaran yang selama ini aku berikan kepada mereka berdua.
Kali ini aku benar-benar sudah tidak bisa lagi memendam rasa amarah ku ini. Aku berfikir sikap Ayah dan Ibu kini saat ini sudah semakin semena-mena terhadap ku. Padahal usiaku saat ini juga sudah bukan anak-anak lagi, tapi mengapa Ayah dan Ibu masih terus mengekang ku dan tidak memberikan kepercayaan kepada ku.
" Ayah, tolonglah aku ini tidak melakukan apa-apa dan semua ini tidak seperti yang ayah pikirkan , coba Ayah dan Ibu lihat jam didinding itu pun menunjukkan aku tidak pulang malam Bu.... "
Sekali lagi aku mencoba untuk membela diriku di hadapan Ayah dan Ibu. Meskipun aku tahu bahwa semua pembelaan ku ini akan berakhir sia sia.
" Ya ampuuun Letttaaaa..... !!! kamu sekarang benar-benar sudah berani melawan orang tua mu yaa.... !! kamu sudah jadi anak durhaka lagi yaa... !!" suara lirih Ibu kini sudah mulai terdengar di telinga ku dan juga wajah Ibu pun sudah mulai terlihat basah.
Entahlah apakah ini semua sandiwara atau memang sikap Ibu yang selalu seperti ini jika ingin melihat diriku harus mengemis maaf dan harus merasa paling bersalah untuk semua masalah yang memang tidak pernah aku lakukan.
" Bu..... bukannya Letta mau melawan tetapi memang itu kenyataannya, Letta tidak melakukan kesalahan yang Ibu dan Ayah tuduhkan kepada Letta ".
untuk kesekian kalinya aku berkata dengan suara yang lirih, aku ingin sekali segera masuk kedalam kamar ku dan menangis sepuasnya karena aku merasa semakin dewasa diriku semakin tidak berarti rasanya hidup ini.
" Ooo... !!! jadi itu bukan kesalahan namanya, kamu bisa turun di tengah jalan lalu kamu bisa berduaan di suatu tempat dengan seorang laki-laki ! apakah itu kamu anggap bukan suatu kesalahan !!! apakah kamu lupa jika kamu itu harus pulang tepat waktu, apalagi kamu itu seorang perempuan, apa pantas kamu melakukan hal seperti itu !!" perkataan Ayah sungguh menyakitkan hati ku, jujur saja, saat ini aku sudah tidak bisa lagi menahan air mata yang terbendung di kelopak mataku. Diri ku kini menjadi serba tidak menentu diantara dosa dan juga harga diriku untuk membuktikan semua tuduhan yang terlalu jahat untuk ku.
" Ayah .. Ibu... Letta mohon, tolong dengarkan suara Letta sekali ini saja, karena Letta memang tidak melakukan semua yang Ayah dan Ibu tuduhkan, jangankan punya pacar Bu... untuk mempunyai teman saja Letta sangat takut, harus bagaimana lagi Letta mengatakan yang sebenarnya kepada Ayah dan Ibu... ". dengan mata yang terus menahan tangis dan bibir yang terus gemetar, aku mencoba meminta pengertian dari Ayah dan Ibu.
----->
Teman teman pembaca ku tersayang, saya mohon kepada kalian semua yang menyukai isi cerita ini, tolong bantu saya dengan Vote nya dan juga reviews nya,
agar saya semakin semangat untuk menulis cerita lagi ....
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih
kepada kalian semua, Terima kasih untuk semuanya salam hormat dari Saya,
Chand.
NB :
Instagram : @Divanandadewi
Facebook : @Chandrawati2019