Marion terbangun di sebuah ruangan gelap yang ia tak tahu di mana. Aroma pengap dan apak menyeruak dan berputar dalam rongga hidungnya hingga ia tak bisa membaui aroma lain. Indra penciumannya seakan tak lagi berfungsi dengan baik.
Ia berusaha bangkit dengan rasa nyeri di bagian perutnya, ia memegang bagian yang terasa nyeri, ia mendekatkan jemarinya ke hidung, membaui benda seperti remahan sesuatu yang menempel di perutnya. Aromanya mirip ramuan yang biasa diberikan Ange untuknya.
"D–di mana aku?" tanya gadis itu, bergumam dan bermonolog dengan dirinya. Tak ada siapa pun, pastinya tak akan ada yang menjawab pertanyaannya.
Ia berusaha bangkit, duduk, lalu mengedar pandangan ke sekelilingnya.
"Will ...," panggilnya. Tak mendengar jawaban dari mana pun. Ia kemudian turun dari meja yang menjadi tempatnya berbaring entah sejak kapan.
Marion berjalan tertatih, berusaha mencari cara untuk pergi tetapi tak menemukan, hingga ia mendengar suara yang berasal dari luar.