***
"Dari saat kamu jatuh cinta padanya."
Alis Arkhano mengerut. Pria itu terlihat terganggu dengan kalimat yang diucapkan Aletta. Sama sekali tak ada rasa bangga di dada pria itu. Hanya ada rasa malu akan kenaifan dan kebodohannya di masa lalu. Namun, semalu apapun dia, Aletta berhak tahu karena ini adalah hubungan yang mempengaruhi dirinya dengan Aletta juga. Tidak lucu kan kalau Aletta tiba-tiba bertemu dengan Cika dan dia beramah tamah seperti biasa? Tapi tidak mungkin juga Aletta beramah tamah padanya karena pada dasarnya pun gadisnya tak menyukai Cika sejak pertemuan pertama. Arkhano berharapnya Aletta akan menggunakan mulut pedasnya pada gadis blasteran Jerman yang kerjaannya tukang mempermainkan perasaan laki-laki itu. Baiklah, ini hanya harapan.
Tangan Arkhano membelai dahi Aletta yang tidur di atas pahanya. Dia menunduk. "Ini bisa menjadi luka untuk kita."
"Aku tahu." Aletta tersenyum simpul. "Makanya, ayo kita hapus luka itu sama-sama."