ดาวน์โหลดแอป
70.96% Secangkir kopi untuk Raditya / Chapter 44: An old song

บท 44: An old song

Rembulan sedang menopang dagunya, sebelah tangannya mengetuk-ngetukkan jari diatas meja. Dia sedang bosan menunggu Sarah. Kakinya bergoyang-goyang di bawah meja. Beberapa kali dia melirik jam tangannya. Rembulan mengutuki diri yang terlalu cepat datang untuk memenuhi janji pada Sarah, padahal dia sudah tahu kebiasaan Sarah yang kadang terlambat.

Dia juga menyesal karena terburu-buru pergi sampai lupa membawa novel. Andaikan ada novel, pasti tidak terlalu risau dan jengkel dengan keterlambatan Sarah.

Kemarin Sarah menelponnya, alasannya karena rindu ingin bertemu Rembulan. Sarah mengajaknya bertemu di kafe tempat biasa mereka minum kopi. Rembulan menyanggupi ajakan Sarah, dia juga rindu ingin bertemu si cerewet itu.

Rembulan sudah memesan americano dingin dan sudah menandaskan separuh tapi Sarah belum muncul juga. Sudah dua kali dia menelpon Sarah, namun Sarah tidak mengangkat telponnya. Sekali lagi Rembulan melihat jam tangannya, lima belas menit Sarah tidak datang juga, Rembulan akan segera pergi meninggalkan tempat ini.

Rembulan mengambil ear phone dari dalam tasnya, lebih baik mendengarkan musik. Sedari tadi acara di layar tv di dalam kafe ini sangat tidak menarik untuk dilihat.

***

Sarah berjalan cepat, dia merasa bersalah sudah terlambat datang. Dia yang mengajak Rembulan untuk bertemu tapi dia juga yang terlambat memenuhi janji. Rembulan selalu tepat waktu, macet bukanlah alasan untuknya. "Kamu kan tahu Jakarta selalu macet, harusnya kamu bisa mengira-ngira berapa waktu yang kamu butuhkan untuk datang?" Sarah ingat betul Rembulan pernah mengomelinya soal ini.

Dia melihat jam tangannya lagi, langkahnya semakin cepat, Sarah mulai ngos-ngosan. Berjalan dari tempat parkir ke kafe saja sudah membuat napasnya memburu. Hampir saja dia terjatuh. Sarah mulai mengutuki high heels yang dipakainya, tadi terlihat keren untuknya namun sekarang dia merasa salah memakai sepatu.

Duh, semoga Rembulan tetap menunggu. Anak itu kadang suka kejam, kalau dia mulai kesal, dia tidak akan segan meninggalkan orang yang ditunggunya apabila lewat dari waktu yang ditentukan.

Sarah komat-kamit berdoa, mulutnya bergerak seperti orang sedang membaca mantra, peluhnya mulai bercucuran. Gara-gara harus berkejaran dengan waktu, sia-sia make up yang tadi dipakainya, pasti luntur. Huh ! foundation, blush on dan segala pernak-perniknya pasti sudah lenyap berganti keringat. Nggak lucu banget, tadi dia sudah mati-matian berdandan yang cantik berharap di kafe akan bertemu dengan seorang pangeran, ternyata riasannya berubah dan wajahnya menjadi upik abu. "Nggak keren banget !" Sarah menyumpah dalam hati.

Begitu dia membuka pintu kafe, dan hawa dingin menerpa wajahnya, Sarah mulai sedikit merasa lega. Matanya mencari-cari sosok Rembulan. Kalau Sarah belum datang, biasanya Rembulan akan duduk di ruang tunggu sambil menonton tv atau membaca novel. Rembulan jarang duduk di dalam ruangan yang sudah diatur dengan meja-meja bundar dan kursi-kursi.

Sarah tidak mendapati Rembulan duduk di ruang tunggu, jantungnya berdetak cepat, berharap Rembulan belum pergi.

Ah, Sarah menangkap punggung yang dia kenali, milik Rembulan. Dia duduk di tempat biasa, tempat favorit mereka berdua. Tempat duduk menghadap taman kecil dengan suara gemercik air. Sarah ingat Rembulan pernah berkata, "Yang seperti ini sering memunculkan sisi romantisku, kalau berada disini aku selalu ingin menulis novel roman. Mungkin aku harus membuat suasana seperti ini di rumah."

"Bawa aja laptopmu kemari, menulis disini."

"Oh, tidak semudah itu Maria Mercedes...selain tempatnya jauh, aku juga takut diusir kalau duduk berjam-jam disini."Rembulan bicara dengan mimik pura-pura serius.

***

Sarah berjalan perlahan, dia melihat Rembulan memasang ear phone, tanda Rembulan sedang asyik mendengarkan musik. Sarah menepuk perlahan punggung Rembulan sambil memasang senyum terbaiknya dan siap mendengarkan rentetan omelan dari Rembulan.

Rembulan berbalik, wajahnya terlihat kaget, kemudian berubah menjadi cemberut. Sarah menunggu luapan kemarahan Rembulan. Namun Rembulan hanya menepuk kursi disebelahnya, meminta Sarah untuk duduk. Tumben banget, pasti dia lagi kesambet sama lagu yang dia dengarkan?

Sarah melepas satu ear phone Rembulan dan menempelkannya di telinganya. Sarah penasaran, setan baik apa yang sudah merasuki Rembulan sampai lupa dengan kemarahannya. Terdengar alunan musik lembut, lagu ballad kesukaan Rembulan. Sarah terhanyut dengan suara musik dan suara penyanyi yang didengarnya, walaupun dia tidak mengerti makna lagu yang didengarnya. Namun Sarah bisa merasakan kesedihan dari lagu ini. Bukankah musik memang bahasa universal, dari alunan musik bisa merasakan pesan yang ingin disampaikan.

"Lagu Korea?" Sarah bertanya setelah mereka berdua selesai mendengarkan lagu. Alisnya terangkat sebelah, Sarah baru tahu kalau Rembulan menyukai lagu Korea.

"Bagus ya?" Rembulan tersenyum lebar, "Ini salah satu lagu kesukaanku, An old song - Kim Dong Ryul," katanya lagi.

"Memangnya kamu tahu artinya?"

"Tahu dong, ini tentang cinta yang nggak kesampaian." Rembulan tertawa pelan.

"Ah, kamu pasti bercanda..."

"Serius Sar." Raut wajah Rembulan terlihat bersungguh-sungguh.

I listened to a song in a old cassette tape

I accidentally found.

The clumsy piano melody, the unadorned voice

I smiled at the many memories

Once I made you a song as a birthday present

The melody was lame and it had no lyrics but you were happy like a child

You said that you could feel my sincere feelings in the song

And you would sometimes hum it and shed tears

I was envious of and longer for my old self inside the old cassette tape

I cried and laughed and just mindlessly kept listening to this song like a fool.

"Mungkin ini tentang kisah cinta pertama yang kandas,"kata Rembulan.

"Duh, aku tersentuh." Sarah meletakkan telapak tangannya di dada, "Pantas ini jadi salah satu lagu favoritmu."

***

"Gimana hubunganmu dengan Raditya?" Sarah sudah menahan pertanyaan itu dari kemarin. Dia ingin melihat langsung saat Rembulan mengatakannya, walaupun dia sudah bisa menebak jawabannya. Rembulan sempat menelponnya seminggu yang lalu dan terdengar bahagia, "Ada yang mau aku ceritakan ke kamu soal aku dan Raditya."

"Stop ! Aku mau kamu ceritakan ini kalau kita ketemu. Nggak seru lewat telepon."

Sesungguhnya adalah Sarah ingin menggoda Rembulan saat mereka ketemu nanti. Sarah suka melihat ekspresi Rembulan.

***

Rembulan terlihat cemberut, Sarah tak menduga kalau ekspresi Rembulan akan seperti itu.

"Kenapa?"

"Uh, aku kesel sama dia !"Rembulan mencengkram gelas kopinya dengan kuat.

"Aku harus melaporkan kemana saja aku pergi dan bertemu dengan siapa. Kamu kan tahu aku tidak terbiasa dengan hal-hal seperti itu."

Sarah hampir tertawa, dia merasa lucu melihat raut wajah Rembulan. Apalagi penyebab kemarahannya adalah soal Raditya.

"Dia terlalu mencintai kamu."

"Bukan, dia terobsesi denganku dan menjadi over protektif. Harusnya aku yang seperti itu ke dia, seorang aktor kemungkinan untuk selingkuh lebih besar dibanding aku yang selingkuh." Rembulan berubah menjadi berapi-api menceritakan kejengkelannya pada Raditya.

"Inilah akibatnya kalau terlalu lama menjomblo, yang kayak beginian aja mendadak sensi."

"Sahabat macam apa sih kamu yang nggak belain sahabatnya." Rembulan menjadi bersungut-sungut.

"Aku ? Sahabat yang apa adanya." Sarah terbahak.

***

Rembulan ingat tadi malam Raditya menelponnya sepulang syuting, mereka bertemu di balkon, saling memandang dari kejauhan. Mereka berdua punya kebiasaan baru, harus ketemu walaupun hanya sebatas saling melihat dari kejauhan, selarut apapun itu. Raditya bilang, dia baru bisa tidur nyenyak kalau sudah melihat Rembulan.

"Aku besok akan syuting sinetron, seperti biasa pulang larut, dan kita akan bertemu seperti ini." Raditya tersenyum tipis.

"Ya aku mengerti, aku sudah terbiasa. Besok juga aku ada janji dengan seseorang."

"Dengan siapa? Aku mengenalnya?Sebisa mungkin kamu tidak bertemu dengan laki-laki,"

"Kenapa kamu jadi terobsesi?"

"Terus terang aku cemas memikirkan kamu."

"Seharusnya yang seperti itu aku..." Nada suara Rembulan menjadi sedikit tinggi. Dia mulai kesal.

Ya, seharusnya yang merasa takut kehilangan itu Rembulan. Raditya banyak dikelilingi perempuan para fansnya, belum lagi artis yang jatuh cinta padanya. Apakah aku tidak terlalu cinta hingga bisa bersikap biasa saja?

keterangan.

Kim Dong Ryul adalah seorang penyanyi dan penulis lagu asal Korea, salah satu karyanya berjudul An old song.

Saya, penulis novel lebih suka menggunakan terjemahan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia untuk lagu ini karena terdengar lebih manis dan lebih dalam maknanya.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C44
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ