"Apa? Aku, akan mati?" tanya Tian dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Benar, karena aku tidak akan memberikan obat penawar padamu, sebab, kau tidak mau membantuku untuk mencari 11 manusia yang juga punya kekuatan bintang itu."
"Maksudmu, aku harus punya obat penawar, jika lepas dari kekuatan ini?"
"Benar."
"Apa-apaan ini? Itu sama saja memaksaku untuk melakukan apa yang kau ingin, bukan?"
"Ini takdir, aku juga tidak akan mau melakukan hal ini, jika tidak karena kekuatan itu jatuh ke bumi."
Tian terdiam. Pikirannya sangat kacau. Menolak, ia akan mati, bukan takut mati, tapi untuk mati sekarang, ketika ia menjadi orang satu-satunya yang melindungi ibunya, rasanya Tian jika bisa memilih, ia ingin tetap hidup untuk melindungi ibunya.
"Taurus, anggap saja, kau sedang menyelamatkan bumi yang kau huni ini, bukan untuk bangsa kami saja, tapi juga bangsa kalian, aku yakin, kau cukup cerdas untuk memutuskan sesuatu yang baik dan benar, jika kau memaksaku untuk mengambil kekuatan itu sekarang, aku juga tidak bisa menjanjikan apapun padamu."
Suara Dewi Cinta terdengar, dan hal itu membuat Tian semakin tidak bisa lari dari apa yang sekarang sudah terjadi padanya.
"Baiklah. Aku akan mencoba, aku akan melakukan apa yang kau inginkan, tapi bimbing aku karena aku tidak tahu harus memulai darimana."
Senyum terukir di bibir Dewi Cinta ketika mendengar pernyataan Tian yang menyanggupi apa yang ia katakan tadi.
Wanita itu lega karena manusia itu berubah pikiran.
Hingga akhirnya, Dewi Cinta memberikan sedikit petunjuk pada pemuda itu sebelum akhirnya ia kembali ke Negeri Atas Angin untuk melihat kondisi Dewa Amora.
***
Di lain tempat di waktu yang sama, di sebuah kost, seorang gadis mengerang menahan sakit sejak beberapa saat yang lalu.
Erangan wanita tersebut, membuat teman kostnya di sebelah kamar mengetuk pintu kamar itu berulang kali. Karena tidak ada tanda-tanda pintu kamar dibuka, teman gadis itu mendobrak pintu kamar kost itu, hingga akhirnya ia melihat temannya itu meringkuk di atas kasur lantai yang sejak tadi ditidurinya.
"Astaga!! Vir, kamu kenapa?" tanya Gita teman sebelah kamar Virginia Virgo, gadis yatim piatu yang lari dari rumah pamannya, ketika sang paman menjodohkan dirinya dengan seorang pria setengah baya yang sudah beristri tapi kaya raya.
Belitan kesulitan ekonomi, membuat sang paman gelap mata, hingga ia berniat menikahkan keponakannya dengan pria yang umurnya saja lebih cocok menjadi seorang ayah Virginia, daripada seorang suami.
Sekarang, Virginia nekat hidup sendiri di kost yang sederhana, dengan sisa uang yang ia miliki, tapi karena belum mendapatkan pekerjaan, gadis itu jadi terpaksa sangat berhemat, hingga hari ini ia bahkan belum makan sama sekali dan memaksa dirinya untuk tidur saja ketika hujan turun dengan derasnya.
Tapi, tiba-tiba saja, dadanya begitu sakit, lalu ia merasa sekujur tubuhnya memanas.
Itu terjadi ketika saat ia tiba-tiba bangun, dan merasakan ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya dengan menciptakan sensasi panas yang menyelimuti tubuhnya.
Hal itu terjadi beberapa jam yang lalu, hingga sekarang, gadis berambut panjang itu mengerang menahan sakit, entah sudah beberapa lama.
Gita memeriksa tubuh temannya, dan melihat betapa banyak keringat membanjiri tubuh wanita itu hingga pakaian tidurnya basah oleh keringat padahal situasi sedang hujan deras.
"Kamu kenapa? Sakit perut?" tanya Gita untuk keduakalinya.
"Dadaku sakit," sahut gadis itu perlahan sambil memegangi bagian dadanya.
"Kamu punya riwayat jantung, atau paru-paru?"
Virginia menggeleng ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Gita.
"Jadi, kenapa dadamu sakit?"
"Aku juga tidak tahu."
"Apa yang bisa aku bantu? Suara kamu mengganggu situasi kost kita, lho. Kita lagi tidur, kamu teriak gini gimana bisa istirahat kita?"
Gita melancarkan aksi protesnya, karena memang sejak tadi ia sudah tidur sebab ia sangat lelah di kampus, tapi terkejut saat mendengar suara Virginia di kamar sebelah dengan erangannya yang sangat mengganggu baginya.
"Maaf, kalau aku membuat kamu jadi terganggu."
"Ya, sekarang kamu butuh apa? Mau di bawa ke rumah sakit?"
"Nggak usah, aku bisa minta air hangat aja?"
"Air hangat?"
Virginia mengangguk.
Gita lekas melakukan apa yang diminta oleh Virginia, menuangkan air hangat di dalam termos yang ada di atas meja di sudut ruangan kamar itu ke dalam gelas, lalu segera menyerahkan gelas berisi air hangat itu pada Virgina.
"Terimakasih," ucap Virginia sembari menerima gelas itu dari tangan Gita yang terulur.
"Apa lagi?"
"Nggak usah, kamu boleh balik ke kamar, makasih, ya?" sahut Virginia pada Gita, yang masih menawarkan bantuan.
"Bener?"
Virginia mengangguk, dan tanpa diminta dua kali, Gita akhirnya berbalik dan melangkah keluar kamar, sembari berpesan pada Virginia untuk tidak berisik lagi, karena ia ingin istirahat.
Virginia hanya mengiyakan. Meskipun ia tidak tahu, akan bisa menahan rasa sakit yang seolah menghancurkan bagian dadanya itu atau tidak, yang jelas ia akan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
Gadis berambut panjang itu perlahan bangkit, dan menyandarkan kepalanya. Memejamkan kedua matanya, berusaha untuk meredam rasa sakit itu dengan cara menggigit bibirnya sendiri.
"Duh, apa karena lapar, ya? Aku jadi begini? Rasanya sakit dan dadaku jadi sangat sesak!"
Virginia bicara sendiri, dengan suara yang dipelankan, tidak mau mengganggu Gita dan tetangganya yang lain, lalu nanti akan membuat tetangganya itu mendobrak pintu kamar kostnya kembali.
"Makanan sudah siap Nona, silahkan dimakan!"
Sebuah suara terdengar, tanpa wujud, dan tiba-tiba saja....
CLING!!
Nasi lengkap dengan lauk pauknya tersaji di hadapan Virginia, dan itu membuat gadis itu terbelalak kaget, hingga beringsut mundur dari tempatnya.
"Apa, apa ini?" tanyanya dengan suara tersendat.
Ia mengedarkan pandangannya ke seantero kamarnya yang sempit. Tidak ada siapa-siapa di kamar itu, tapi ia jelas mendengar siapa yang berbicara tadi mempersilahkan dirinya untuk makan.
Sementara di hadapannya, tersaji nasi putih yang masih hangat, ayam goreng dengan tumis pare kesukaannya.
Ini mimpikah? Kenapa ia seperti sedang bermimpi diberi makanan oleh seorang Dewi dari kayangan hingga ia jadi tidak tahu harus bersikap bagaimana?
"Nona! Makanlah, perutmu tidak ada isinya, jika kau terus seperti ini, isi dalam perutmu akan kering terbakar, karena kau tidak bisa menahan kekuatan bintang yang masuk ke dalam tubuhmu!"
Suara itu kembali terdengar. Suara seorang wanita, dan rasanya sangat dekat di telinga Virginia, tapi dia di mana?
"Kau siapa? Apa yang kau lakukan di kamarku?"
Virginia memberanikan diri untuk melontarkan pertanyaan, meskipun terasa konyol sebab tidak ada orang tapi ada suara.
"Aku bintang Virgo yang masuk ke dalam tubuhmu, tubuhmu sakit karena aku masuk ke dalamnya, jika kau tidak percaya, bukalah bajumu, aku ada di dadamu!"
Note: Keajaiban itu ada, dan orang-orang terpilihlah yang akan dianugerahi keajaiban tersebut.
(Benarkah Virginia memiliki kekuatan bintang dari zodiak Virgo?)