ดาวน์โหลดแอป
92.85% Wind of Dreams / Chapter 10: Chapter 10 : 2v2 and Coach of Teacher

บท 10: Chapter 10 : 2v2 and Coach of Teacher

Permainan yang dilakukan oleh Arya dan Raka, saat ini mala berada di kondisi yang tidak seimbang. Jika demikian, inilah salah satu kesempatan Raka untuk menghancurkannya di tempat yang tidak ia duga.

"Sial! Gerakan tipuan lagi, kenapa lo suka banget pake gerakan tipe ini!"

"Karena gue tau kelemahan lu!" ujar Raka yang sepertinya merasa kali ini dia dapat memenangkan situasi yang benar-benar menghancurkan mental Arya.

Arya mulai bersikap tempramen, meningkatkan emosinya dan berlaku kasar kepada siapapun yang akan melakukan hal memalukan lainnya kepada dirinya.

Ketika Raka akan membawa bola itu ke sisi Arya, Sefa yang ternyata diam-diam menjadi seorang kiper langsung menahan hal tersebut, Arya yang melihat hal tersebut langsung mengolongi bola nya dan dia melakukan sentuhan untuk mendorong Raka, tapi dia yakin itu tidak sampai jatuh dan itu berhasil.

"Gilaa, licik banget!!" kata Raka yang sepertinya menyadari perbuatan Arya yang hampir membahayakan dirinya.

Dia memasukkan bola itu dari kejauhan, karena pasti dia akan kesulitan mengejarnya, lalu menendang itu dan mencetak skor untuk kesekiankalinya.

"Ah sialan, gue gak respect sama ginian, lu bener-bener Ar, gak sayang nyawa!" kata Raka yang sepertinya memang benar-benar kesal dengan cara main Arya yang sangat kotor itu.

Arya, selain menjadi pemain dengan posisi nomor sebelas yang cukup unggul, dirinya juga cenderung melakukan permainan yang berada di luar dugaan orang lain. Sedikitnya, dua per tiga pertandingan akan didominasi oleh striker dan permainan Arya tersebut.

"Sepak bola adalah tempat dimana anda harus mencetak skor sebanyak-sebanyaknya, jadi lupakan apa yang disebut dengan tim dan fokus mencetak skor."

Posisi Raka yang persis sepertinya benar-benar menghancurkan dan itu sepertinya belum terjadi pada Arya.

"Lanjut dah!" kata Sefa yang menyuruh Raka untuk duduk dan menonton pertandingan antara dia dengan Arya.

Seketika, mental Arya langsung terganggu dengan penggantian Raka dan Sefa, karena Raka dia hanya unggul dalam menggunakan umpan assistnya tersebut, sedangkan Sefa dia beruntung karena mampu menggunakan pertahanan dan penyerangan secara seimbang, sehingga lawan benar-benar dibuat kewalahan dengan sistem permainan yang ia punya.

"Mantap, gue bakal dukung Sefa sih, ini mah kayaknya Sefa bakal menang."

Bola dimulai dari tengah dan belum ada dua detik bola diberikan kepada Sefa, si Sefa melakukan gerakan tekel dari belakang untuk melambung ke depan. Menghindari Arya yang sepertinya kakinya belum pulih itu dia mengambil celah untuk langsung menekelnya dari depan dan pertandingan sekarang berbalik ke arah Sefa.

"MANTAPP, GOL LAGI!!"

Raka begitu antusias melihat temannya yang berhasil melawan cara kotor Arya barusan, namun dalam raut wajah Arya dia tidak menampakkan diri bahwa memang sepertinya akan menyerah dengan Sefa.

"Kau tahu, ini akan sedikit bodoh, tapi mengertilah...." ujar Arya yang sambil menggerakan kakinya untuk mengambil bola yang ia lakukan.

"Aku tidak akan terpengaruh dengan ucapanmu, kau benar-benar memuakkan untuk seukuran pemain tim muda, aku lah yang lebih pantas untuk mendapatkan tempat itu."

Sifat egois ketika Sefa memainkan sepak bola ini semakin muncul dan mencuat begitu saja, karena sebenarnya ketika dia menjadi lawan, dia akan mempengaruhi orang-orang yang di dekatnya untuk melakukan umpan bola muntah dan kemudian melakukan tendangan bebas begitu saja.

Baru saja Sefa berbicara, bola direbut Arya. Dia benar-benar menang untuk kali ini, lalu ketika Arya berhasil mengambilnya, Sefa yang bolanya sudah hilang, karena ingin melakukan gerakan tipuan mencoba merebutnya dan sayang Arya tidak fokus dan malah menembak bola miring ke tempat gawang, bola keluar begitu saja.

Saat Arya mencoba mengambil bola tersebut. Tiba-tiba bola sudah dikuasai oleh kaki seorang yang cukup besar. Dia menahan bola tersebut dan ketika Arya mau mengambilnya dia langsung berbicara dengan nada yang cukup dingin.

"Jadi, ini kualitas pemain sepak bola yang sempat menjadi supporter adu mulut di bangku penonton."

"Pak Riyan??" Sefa yang tiba-tiba mendekati Arya yang sepertinya akan memulai pembicaraan dengan Pak Riyan.

"Kaget ya saya disini? Tenang, saya akan mengembalikan bolanya. Tapi, dengan satu syarat!" kata Pak Riyan yang kemudian disusul dengan langkah kaki Raka yang penasaran dengan dialog tersebut.

"Ini siapa, Sef?" tanya Raka yang sepertinya masih belum mengenal seluruh orang yang ada di sekolah ini.

"Ih masa tadi lu gatau sih? Ituloh ini tuh bapak-bapak yang ngomong selamat pagi aja kayak kumur-kumur, masa lu gatau sih?"

"Ohh, menurut gue sih dia kayak gugup, cuma responnya kelas 1-4 emang bikin malu. Gue pikir, kelas lu adalah kelas dengan persaingan tertinggi sih. Bisa diliat dari pola pikir mereka yang sepertinya saling menyembunyikan sesuatu."

Pak Riyan yang mendengarkan ucapan Raka merasa terselamatkan, sekaligus menebak prediksi yang akan terjadi kepada kelasnya melalui ucapan Raka, sepertinya memang akan ada firasat yang tidak baik muncul. Namun, setelahnya akan ada banyak cerita tentang mereka. Mungkin, perlu peran lebih mendalam dalam satu cerita lain untuk bagian ini, jadi dipikir lagi ini terlalu mendadak.

Kemudian, Pak Riyan mengeluarkan dari saku jasnya dan memberikan dia sesuatu berupa kertas dan beberapa permen.

"Bapak kok ngasih saya permen? Jangan-jangan ada obat tidurnya!" kata Arya yang menyindir Pak Riyan, namun guru tersebut masih tidak marah akan ucapannya.

"Jangan dipikiran pak, kalau permennya gamau buat gue sini, eh btw bapak pelatih di Red Chamelion FC, kan?" tanya Raka yang sepertinya mengenal wajah orang yang pernah ia liat tersebut.

"Lu pada malah ngata-ngatain guru lu, otaknya dimana sih?"

"Lu bangga apa punya guru yang mesum, ngomong nya setengah-setengah dah gitu gugup lagi, emang di kuliahnya gak diajarin apa public speaking, gue jadi ragu ni guru ijazahnya nyogok apa gimana?" jawab Sefa yang sepertinya membela dirinya, karena dia merasa bahwa guru tersebut tidak seperti guru pada umumnya.

"Guru bagi gue adalah sebuah omong kosong, mereka cuma memuaskan diri mereka, hasil dan hasil, kau tahu kan aku pernah dihukum dan diberi nilai nol di raportku, apa kau lupa?" jawab Arya yang sepertinya tak akan melupakan masa lalunya.

"Kalau begitu, praktekan ke bapak cara main sepak bola mu dengan saya."

"Untuk apa saya melakukannya? Apa dengan begitu saya bisa menjadi tim juara di Internasional? Enggak kan!"

"HEH ANJIRR!!"

Raka berteriak kepada mereka berdua, sepertinya mereka masih belum menyadari sedikitpun tentang bagaimana guru itu berpura-pura menyembunyikan identitasnya demi mendekatkan dirinya kepada murid-muridnya. Atau mungkin seharusnya, dia memang tidak memiliki bakat sebagai guru.

"Kau tahu, Ardino Arjash, Sefa?" tanya Pak Riyan yang mencoba cara cerdas untuk menyadarkan mereka tentang sisi dunia olahraga yang ia latih.

Mendengar nama kakaknya disebut, Sefa langsung angkat bicara. "Anda tau darimana nama itu?" ujarnya seperti orang yang dilakukan interogasi.

"Saya menduga kau tahu sesuatu tentang nama itu, saya melatihnya di Liga 2, Red Chamber FC. Maaf Raka, tebakan kamu kurang tepat."

"HAH DEMI APA? PAK RIYAN NGELATIH DI LIGA 2, PADAHAL BARU KEMARIN MASUK KE RED CHAMELION, TAPI UDAH DAPET PROMOSI DONG."

Mendengar hal itu, Arya dan Sefa benar-benar membulatkan matanya dengan sempurna, dia melotot dengan serius seolah ini adalah ketidakmampuan dirinya menerima semua apa yang dia dengar secara gamblang.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C10
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ