Deg!
Jantungku kembali mencelos ketika melihat isi dari kotak kecil tersebut. Rasa tak percaya, lalu aku menutup kembali kotak tersebut dengan cepat. Apakah Haris tidak salah memberikan hadiah seperti ini? "Ini untuk aku?" tanyaku sembari membeliakkan kedua mataku.
"Kenapa? Kamu tidak suka?" tanya Haris. Kemudian ia meraih tanganku dan menggenggamnya.
"Aku suka, tapi...." aku menggantungkan ucapanku.
"Kamu, jangan berpikir macam-macam dan jangan merasa tak enak hati untuk menerima kado ini dari kami," jelas Haris. Sontak kedua bola mataku menatap tajam ke arahnya. Aku semakin tidak mengerti tentang apa yang diucapkannya.
"Dari kami? Maksudmu?" tanyaku tidak mengerti.
Haris tersenyum dan melerai genggaman tangannya. "Iya, aku, Kak Nico, Mama dan Papa sudah membicarakan tentang ini. Kami akan membelikan sebuah mobil untukmu. Karena kamu sangat membantu kemajuan perusahaan kami. Dan kami mencari momen yang tepat untuk bisa memberikan ini padamu," jelas Haris panjang lebar kali tinggi.
""Terimalah, Reyna. Kami ikhlas memberinya untukmu," ujar Nico dengan senyumnya yang membuat hatiku meleleh.
"Iya, Reyna. Terima saja! Aku saja mengharap ada seseorang membelikan hadiah mobil untukku. Tapi sampai sekarang belum ada yang memberi aku kado ulang tahun dengan sebuah mobil," rayu Vina sambil nyengir kuda.
Haris dan Nico terkekeh mendengar papar Vina. "Kamu juga mau dapat hadiah mobil seperti Reyna?" ledek Haris pada Vina.
"Iya-iyalah, Ris. Secara Reyna itu selalu beruntung. Dulu ia mendapatkan Reyhan yang kaya itu. Meskipun pada akhirnya rumah tangganya dihancurkan oleh sahabatnya sendiri yaitu Keyla. Dan sekarang lepas dari Reyhan, Reyna bertemu dengan laki-laki sebaik dan setajir kalian berdua. Siapa yang tidak iri?" celoteh Vina.
"Kalau kamu ingin mendapatkan hadiah mobil seperti Reyna, tunjukkan prestasi kamu di perusahaanku," ujar Haris.
"Siap, Pak boss!" jawab Vina dengan tangan diangkat ke atas laksana tentara mendapat perintah dari atasannya.
Suasana malam ini betul-betul membuat aku bahagia. Benar adanya tentang apa yang telah diucapkan oleh Vina. Aku dikelilingi orang-orang baik.
"Terimakasih, Haris dan Pak Nico. Sudah memberi aku hadiah sebuah mobil," ucapku terharu dan tanpa terasa air mataku kembali terjatuh karena merasa sangat terharu.
Sekilas aku melihat Haris melirik ke arah Nico. Nampak Haris memberi isyarat pada Nico. Entah apa aku sendiri tidak tahu. Nico terlihat semakin grogi. Entah apa yang diperintahkan oleh Haris.
Nico menghela nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Ia memasukkan tangan kanannya ke dalam kantong jasnya. Lalu ia menatapku.
"Ayo," ucap Haris pada Nico. Aku tidak tahu apa maksud Haris.
Nico menggeser tempat duduknya sedikit. Terlihat ia menghela nafas panjang kembali. "Reyna!" panggil Nico padaku. Sementara aku hanya mendongak saja.
"Ini ada hadiah dari aku," ucap Nico sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berada dalam saku jas miliknya.
******
POV REYHAN
"Tu-tuan!" penggil Iva yang nampak sangat terkejut melihatku. Ia membawa kopi di atas nampan hingga bergetar. Segera Iva meletakkan kopi di atas meja yang berada di atas balkon. Dengan pandangan matanya tertuju padaku.
Setelah ia meletakkan kopi di atas meja, ia kembali menatapku dari ujung kaki hingga ujung rambutku. Kedua matanya di usap hingga beberapa kali.
"Tu-Tuan, bisa ber-ja-lan?" tanya Iva yang terlihat masih sangat syock.
Segera aku mengangkat jari telunjukku di depan mulutku, meminta ia untuk mengecilkan nada suaranya. "Syuuuuuut! Tolong jangan bilang ke siapa pun kalau aku sudah bisa berjalan. Termasuk Nyonya Reyna," perintahku.
"Ba-ba-baik, Tuan!" nampak ia terlihat sangat takut. Lalu beranjak pergi meninggalkanku.
Gegas aku kembali ke kursi roda. Duduk dan menikmati segelas kopi yang telah disediakan oleh Iva.
Saat Keyla pergi keluar kota dengan alasan ada sebuah pekerjaan selama seminggu, aku melakukan operasi pada kakiku tanpa sepengetahuannya. Dokter Candra yang menanganiku sudah aku bayar untuk merahasiakan tentang kesembuhanku.
Dengan seperti ini aku akan lebih leluasa untuk menyelidiki bagaimana sepak terjang Keyla di belakangku. Untuk mengumpulkan bukti dan akan aku hadiahkan nanti disaat ulang tahunnya. Hadiah yang tidak akan pernah ia sangka sebelumnya.
Dulu aku memberhentikan David dari perusahaanku, supaya mereka menghentikan perselingkuhannya. Tapi tiga hari yang lalu aku masih melihat keduanya masuk ke dalam hotel.
Dreeeet! Dreeeet!
Ponselku bergetar. Segera aku mengambilnya dari saku celanaku. Ada nama Bagus yang tertera pada layar ponselku. Segera aku menggeser tanda hijau pada layar untuk melakukan panggilan.
"Hallo, Bagus! Ada apa? Tak biasanya kamu menelponku, apa ada masalah di kantor," tanyaku pada Bagus yang berada di seberang sana.
"Gawat, Pak Reyhan! Ibu Keyla kembali kekeh akan menjual kebun teh yang berada di Jawa Barat. Dan Ibu Keyla juga kekeh akan mengambil alih perusahaan dengan mengatasnamakan namanya, Pak," jelas Bagus. Seketika ada gemuruh dalam dadaku menahan gejolak amarah.
"Aku sudah mengira akan hal ini," jawabku singkat dan kembali mematikan ponselku.
"Keyla, tunggu hadiah dariku!"
"Mas Reyhan," panggil Keyla penuh manja sembari memeluk tengkuk leherku dari belakang.
Aku segera memasukkan kembali ponselku ke dalam saku celanaku, "Ada apa, sayang," jawabku menahan gejolak amarah. Berusaha memasang muka semanis mungkin. Menyimpan semuanya agar Keyla tidak mengetahui rencanaku untuknya.
"Em, Mas? Sekarang kan yang men-ja-lankan perusahan kan sa-ya. A-pa tidak se-baiknya nama perusahaan diatasnamakan sa-ya, Mas?" rayu Keyla seraya mengelus pundakku.
Aku menyunggingkan senyuman sinis. Ada getir dalam hati tentang niat Keyla yang bukan hanya berkhianat padaku. Tapi ternyata ia juga berencana untuk menguasai hartaku.
Aku diam sejenak dan menghela nafas panjang. "Kenapa? Perusahaanku kan juga perusahaanmu?" jawabku tersenyum getir.
"I-iya juga sih, Mas! Tapi....?" tukas Keyla.
"Sudahlah! Apa yang aku miliki pasti akan jadi milikmu," ucapku sembari mengelus punggung tangannya. Namun, dalam hatiku ingin segera aku membuka segala kebusukannya di belakangku.
Bergegas aku memutar kursi rodaku menuju kamar peristirahatanku. Meninggalkan Keyla sendiri. Ia nampak kesal atas jawaban yang aku berikan tentang permintaannya.
"Enak saja mau mengambil alih seluruh hartaku atas namanya. Setelah apa yang dia lakukan di belakangku. Sepeserpun aku tidak akan pernah memberikan hartaku padanya," gumamku dengan berlalu meninggalkannya.
*******
POV REYNA
Nico memberikan sebuah kotak kecil untukku. Aku meraihnya dan mencoba membukanya dengan hati yang berdebar. Kedua mataku terbelalak melihat sebuah cincin yang sangat cantik dan tentunya dengan harga yang sangat mahal.
"Ini maksud Bapak apa?" tanyaku yang masih tidak percaya dengan hadiah yang ia berikan.
"Iya ini untuk kamu. Apakah kamu mau menjadi istriku?" ujarnya sembari meraih tanganku dan memegangnya kuat. Sementara Haris dan Vina hanya menatap kami saling bergantian.
"Iya, Reyna, sayang! Maukah kamu menjadi menantuku dan menjadi bagian keluarga kami?" sebuah suara yang sangat membuatku syock.