ดาวน์โหลดแอป
75% DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 33: BAB 33

บท 33: BAB 33

POV KEYLA

Seusai Maghrib aku dan Mas Reyhan datang ke rumah Reyna, niatnya sih untuk mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Bapaknya Reyna yang bernama Pak Handoko. Meski sebenarnya aku enggan untuk datang ke sana, mengingat ia adalah mantan istri dari Mas Reyhan. Tapi untuk menuruti Mas Reyhan, aku terpaksa ikut dengannya.

Ketika aku hendak keluar dari rumahnya Reyna, tiba-tiba pandanganku terarah pada sosok laki-laki yang dulu pernah mengisi hatiku. Rasa yang pernah begitu dalam untuknya dan kini aku sudah mulai bisa melupakannya, tapi sekarang aku melihatnya kembali.

Jantungku seakan berdegub lebih cepat dari biasanya ketika aku melihat wajah itu kembali. Darahku seakan berhenti mengalir, lidahku terasa kelu.

Laki-laki yang dulu pernah hadir dalam kehidupanku adalah Nicolas Syahputra yang sekarang berdiri tepat di hadapanku. Wajah itu sangat membekas di ingatanku. Bahkan aku hampir gila karena selalu memikirkannya.

"Hallo," sapa Haris melambaikan tangan di depan wajahku. Seketika membuyarkan lamunanku tentang sosok Nico. Aku terperanjat merasakan malu karena ketahuan aku dan Nico saling memandang beberapa menit.

"Ka-kamu a-ada di sini?" ucapku gugup menunjuk ke arah Haris. Sementara yang lain saling menatapku dan Nico penuh tanya.

"Kamu, apa kabar?" tanya Nico mengulurkan tangannya ke aku. Wajah itu tidak menunjukkan ekspresi apapun. Seolah dulu kita tidak pernah ada hubungan apa-apa. apakah Nico sudah melupakan kisah kita? Ataukah ia sudah mendapatkan pengganti diriku? Karena itu ia menghilang tanpa kabar.

"I-iya, a-aku baik-baik saja," jawabku terbata dan dengan cepat aku mengusap mataku yang tiba-tiba berembun.

"Kalian saling kenal?" tanya Haris menatapku dan Nico bergantian. Nico hanya mengangguk.

"Kamu apa kabar?" tanyaku kembali.

"Seperti yang kamu lihat saat ini," jawabnya begitu dingin dengan melirik ke arah Mas Reyhan.

"Pak Nico, Haris, mari silahkan masuk!" sapa Indah yang tak kusadari entah sudah berapa lama berdiri di belakangku.

"Baiklah kalau begitu kami permisi dulu," ucap Mas Reyhan. Aku pun mendorong kursi roda Mas Reyhan untuk keluar dari rumahnya Reyna.

Sesampainya di mobil aku membantu Mas Reyhan untuk masuk ke dalam mobil. Sementara Jodi dengan sigap melipat kursi roda Mas Reyhan dan menaruhnya di bagasi belakang. Kemudian ia bergegas masuk ke dalam mobil untuk mengemudinya. Dengan kecepatan sedang mobil pun melaju menerobos jalanan tengah kota.

Sepanjang perjalanan kami saling diam, tapi ingatanku tidak lepas dari sosok Nico.

"Bagaimana ia muncul kembali setelah hampir tujuh tahun menghilang tanpa kabar? Lalu, bagaimana ia bisa datang ke rumah, Reyna? Apakah mereka saling kenal? Dan sudah berapa lama mereka saling mengenal?" gumamku dalam hati.

"Keyla, apa kamu baik-baik saja?" seloroh Mas Reyhan membuatku tergeragap. Semua lamunan di benakku seketika buyar.

"Aku baik-baik saja," jawabku. "Hanya saja aku merasa sedikit pusing," kilahku. Menyandarkan tubuhku pada bangku yang berada di belakang mobil.

"Kenapa?" ketus Mas Reyhan. Ia melirikku dan menaikkan sudut bibirnya ke atas. Entah apa yang ia pikir tentangku saat ini.

"Dasar laki-laki lumpuh, kalau bukan hartamu tidak sudi aku menikah denganmu, walaupun harus mengorbankan persahabatanku," gumamku kesal.

Mobil terus melaju menerobos kegelapan malam. Tidak sampai satu jam perjalanan, akhirnya kami pun sudah sampai di kediaman Mas Reyhan. Rumah yang sebentar lagi akan menjadi milikku dan juga perusahaan serta perkebunannya.

Dengan rasa malas aku mendorong kursi roda Mas Reyhan menuju kamar peristirahatan kami. Meski sebenarnya aku sudah enggan satu kamar dengannya.

Aku meletakkan tas yang aku bawa di atas meja rias. Kemudian aku duduk di depan kaca untuk membersihkan make up di wajahku.

"Pernah ada hubungan apa kamu dengan Nico?" tanya Mas reyhan tiba-tiba. Seketika aku menghentikan aktifitasku membersihkan wajahku dengan kapas dan pembersih.

Aku memperhatikan Mas Reyhan dari kaca rias yang ada di depanku. Terlihat ia menatapku tajam. Ada sejuta tanya dalam benaknya.

Aku membalikkan badanku, memperhatikan wajahnya penuh selidik.

"Dia hanya kakak kelasku sewaktu kami SMA," jawabku yang merasa enggan atas pertanyaannya.

"Hanya kakak kelas? Tapi kamu menatapnya seperti tadi?" kembali ia bertanya.

"Memang kenapa?" balasku.

Tangan Mas Reyhan mengepal hingga otot-ototnya menonjol. Rahangnya mengeras dengan mata melotot tajam ke arahku. Sinar matanya berkilat-kilat, sepertinya ia tengah dikuasai oleh emosinya saat ini.

Aku menyudutkan tubuhku ke arah tempat tidur ketika ia mendorong kursi rodanya ke arahku.

Aku meneguk ludah getir melihat ekspresinya. Tubuhku kaku seketika berkeringat dingin. Degup jantung yang kian terpacu cepat.

Mas Reyhan semakin mendekat, ia pun menepikan kursi rodanya. Kemudian beringsut ke tempat tidur. Wajahnya ia dekatkan ke arahku, nafasnya terdengar memburu dan tatapan matanya nyalang menatapku.

"Ka-kamu mau apa, Mas?" tanyaku saat wajahnya menempel tepat di wajahku. Mas Reyhan diam dan tiba-tiba tangannya mencengkram rahangku dengan kasar.

"Aw," pekikku yang merasa sakit oleh cengkramannya.

Aku berusaha melepas cengkramannya. Namun, tangannya begitu kuat. Hingga mulutku kini menganga. Tatapan kami saling beradu dan Mas reyhan meludahi mulutku, dengan ganasnya ia melumat bibirku, hingga aku sulit bernafas.

Tangannya kini mulai menggerayangi seluruh tubuhku dengan nafsu birahinya. Mas Reyhan yang seperti ini mengingatkanku pada sosok Nico, dia yang dulu pernah beberapa kali mencicipi tubuhku dengan birahi yang besar dan caranya yang kasar, tapi membuatku menyukainya.

Aksi yang dilakukan Mas Reyhan kali ini, perlahan membuatku terbuai untuk melakukan hasrat bersama Nico kembali.

Pandanganku mulai samar, hingga yang aku lihat di depanku sekarang adalah Nico. Dengan ganas pula aku membalas lumayan bibirnya.

"Aku sangat merindukanmu, sayang," ucapku seraya mendekapnya kuat tak ingin terpisahkan lagi.

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan padaku, sayang," desahku membuatnya semakin ganas menyerangku.

Setelah pemanasan hampir satu jam, kami pun melakukan hubungan suami istri sampai beberapa kali. Hingga pada akhir pertarungan kami di atas ranjang, sampailah kami pada puncak kenikmatan. Menjadikan kami terlelap hingga pagi.

*******

Pagi menyapa, dengan badan yang terasa sakit semua, perlahan aku membuka mata dan mengusapnya pelan.

Setelah kedua bola mataku terbuka dengan keseimbangan kesabaranku, aku alihkan tangan kanan dan kaki Mas Reyhan yang masih tertidur pulas dengan memelukku.

Dreg....!Dreg....!

Ponsel milikku yang berada di atas nakas bergetar beberapa kali. Segera aku beringsut meraih ponselku.

[Sayang, aku butuh uang sepuluh juta hari ini. Tolong kamu transfer segera, ya] tulis pesan dari kontak yang bernama David pada layar ponselku.

Aku menghela nafas panjang, membaca deretan aksara yang David kirim kepadaku.

[David, hari ini perusahaan sedang tidak baik-baik saja. Aku harap kamu bisa mengendalikan pengeluaran kamu.] balasku menekan tombol send pada nomor David.

Beberapa saat tanda centang hanya berubah menjadi biru. Sepersekian detik aku mencoba menunggu balasan dari David. Tapi nampaknya ia enggan untuk membalasnya.

Sentuhan tangan Mas Reyhan membuatku terkejut. Entah sudah berapa lama ia bangun dan duduk di belakangku. Ataukah tadi Mas Reyhan melihat chatting yang aku lakukan dengan David?


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C33
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ