ดาวน์โหลดแอป
3.91% KORBANMU / Chapter 16: Tak Menentu 3

บท 16: Tak Menentu 3

Niat hati ingin menyelidiki malah menjadikan Eleora tak sempat.

Minuman kopi panas telah berhasil dibuat maupun juga disajikan.

Eleora yang masih menggunakan seragam sekolah telah dihadapkan beberapa pertanyaan.

"Kamu sakit? Ya tadi mama kamu minta om Oje ke sini buat jemput."

"Emang mama ke mana? Kok bukan mama sendiri, emm terus om tidak kerja?"

"Mamamu ada di kantor, saya sedang istirahat saja. Em, siapa yang mengantar kamu? Dia cowok atau cewek?"

"(Banyak amat sih pertanyaannya? Astaga, ini om Oje kenapa sih?)"

"Kok malah diam saja sih? Risih ya karena aku, a atau yang lain?"

"Tadi sama guru yang piket, ya gurunya perempuan. Oh ya om, maaf sebelumnya jika saya tidak bisa pergi dulu ke apartemen mama."

"Loh, kenapa? Bukannya saya sudah bilang jika saya dipesan oleh mamamu, ya kalau kamu kurang percaya bisa kok menghubunginya."

Gadis polos sangat begitu ingin mengambil kesempatan ini, namun dia sudah menjadikan lemas.

Sesungguhnya Eleora sangat ingin ikut, tetapi dirasakan olehnya masih bisa mengendalikan hal lain yang dirasa cukup lebih baik.

Dengan bersikap cukup dewasa menghadapi ini pun dijadikan om Oje merespon sopan.

Pria berkulit sawo matang telah pergi meninggalkan rumah dan saat itu juga gadis polos ke kamar.

Berganti baju maupun juga hendak melepas lelah malah terdengar suara bunyi bel.

'Ting, tong, ting, tong.'

"Haduh, siapa sih? Aku itu pengen istirahat sebentar saja, haduh."

Merasa cukup lelah namun tetap dipaksa malah menjadikan Eleora terjatuh.

Rasa sakitnya kian menjadi-jadi, tapi dengan usaha berdiri tak begitu sanggup ia pun berteriak.

"Tolong, siapapun anda yang diluar tolong saya. Pintu tidak terkunci."

Orang itu pun masuk ke dalam rumah dan bahkan juga diantaranya seorang wanita paruh baya.

Eleora yang ditelponkan ambulance untuk diantar menuju ke rumah sakit.

Bersama dengan wanita paruh baya dan diantaranya perhatian yang mengantar hingga sampai tujuan.

"Tolong, tolong bantu non Eleora."

"Baik, bu. Tolong tunggu di luar saja."

Dokter telah melakukan tugasnya dan bahkan juga diantaranya Eleora yang diperiksa lebih lanjut malah tak sadarkan diri.

Tak seberapa lama dengan kesadaran yang setengah-setengah Eleora telah memanggil nama mama Merry.

Mengetahui akan hal ini wanita paruh baya itu telah diminta masuk ke dalam ruangan.

Semua sudah terkumpul namun yang ada dokter pun kembali menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

"Jadi, bagaimana keadaan saya dokter?"

"Begini, saya belum tahu pasti mengenai sakitmu. Tapi, maaf apakah ibu ini orang tuanya?"

"B-"

"Iya, beliau ibu saya. Jadi, bagaimana dokter?"

"Ya jadi begini, bu. Bisa saya bicara sebentar di luar."

"Boleh, boleh. Silakan dokter."

Semua dibuatkan sangat penasaran, akan tetapi Eleora yang sudah cukup baik mencoba menguping pembicaraan dari dalam.

"Jadi begini, bu. Saya menyarankan jika anak ibu segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ya takutnya ini bukan sakit biasa."

"Sebenarnya saya sama sekali belum tahu pasti, tapi juga saya harap ini bukan kenyataan. Em, anak ibu sepertinya terkena cancer."

"Cancer zodiak, dokter?"

"Bukan, bukan begitu. Jadi kemungkinan, ya ini hanya kemungkinan saja jika anak ibu terkena kanker darah."

"Segitunya dok? Astaga."

"Tolong ya, bu. Perhatikan anaknya, ini masalah serius."

"Baik,dok. Saya akan memberikan yang terbaik."

Mendengar pembicaraan itu membuat gadis polos sangat terpukul, akan tetapi dia sendiri tak bisa mengambil sekali saja.

Wanita paruh baya itu pun masuk ke dalam dan dengan bergegas Eleora kembali ke tempat.

Keduanya pun saling menatap dan tentu Eleora telah meminta maaf sudah merepotkan maupun juga melakukan kebohongan.

Dengan memberikan penjelasan satu sama lain telah membuat Eleora pun saling tahu bahwa niat kedatangan wanita paruh baya itu baik.

"Jadi, ibu ini diminta sama papa Argadana untuk mengurus aku?"

"Ya kurang lebih sih menjadi pembantu rumah tangga buat, non Eleora."

"Baiklah, tapi sebelumnya dengan bu siapa?"

"Panggil saja bibi, non. Bi Atun nama saya."

"Ya ya, tapi saya masih bingung dengan pembicaraan dokter tadi non."

"Sudah, sudah sekarang kita balik saja bi. Oh ya, sebentar."

Eleora pun mencoba menghubungi papanya untuk memastikan bahwa mengenai pembantu rumah tangga sudah ada di rumah.

Papa Argadana : Eleora, tadi papa pesan satu ART buat membantu kebutuhan kamu di rumah

Papa Argadana : Ya, papa harap kamu bisa dewasa ketika papa tinggal

Gadis itu pun mengurungkan niat untuk menghubungi papanya, ia yang sudah mendapat pesan akhirnya memilih cara lain.

"Halo, papa. Papa di mana? Oh ya, pa. Bi Atun sudah di rumah, tapi bisa enggak kalau kirim uang lagi? Okay, aku tunggu."

Rasa-rasanya cukup begitu marah jika mengenai orang tuanya yang bersikap tak acuh.

'Clunting'

Terdengar suara pemberitahuan mengenai transaksi telah diterimanya barulah dia mengurus administrasi sekolah lalu pulang.

Mengambil langkah lebih cepat usai dari rumah sakit dia pun meminta bi Atun menemani menuju ke apartement milik mama Merry.

"Bi, saya mau minta tolong boleh?"

"Apa itu, non?"

"(Eh tunggu, perasaan tadi aku di rumah sakit sebelumnya diminta untuk sama orang tua ya? Emmmm, bisa aku pakai deh.)"

"Non Eleora kok malah melamun, mau minta tolong apa non?"

"Udah kita masuk dulu ke taxi, ya nanti aku jelaskan."

Kembali niatan untuk menyelidiki lebih lanjut malah terjadi masalah yang sempat terlupa.

Eleora sangat yakin jika dia hanya sakit biasa, tetapi rasa penasaran justru muncul ke permukaan.

"Jadi gimana, non? Non Eleora mau minta tolong apa sama bibi?"

"Bentar bi, ya aku sempat lupa. Sabar ya? He he, aku lupa."

Sengaja memikirkan mana yang lebih didahulukan malah membuat Eleora lapar.

"(Ah udah lah, daripada aku mikir keras yang ada makin pening lebih baik aku pulang dulu deh dan minta dimasakin. Hem, jadi lapar.)"

'Kruyuk, kruyuk, kruyuk.'

"Loh, non Eleora belum makan toh? Kok malah perutnya bunyi begitu?"

"He he, ya belum bi. Memang mudah lapar ini?"

"Ya sudah sekarang kita ke pasar dulu saja, tapi bibi harap non di dalam taxi aja biar bi Atun yang turun."

"Siap, bi. Pak kita ke ATM sebentar dulu ya? Saya mau ambil uang dulu sebelum kita ke pasar."

"Baik, dik."

Mengantarkan ini semua Eleora yang keluar dari taxi malah justru bertemu dengan om Oje lagi.

Perasaannya benar tidak mau menjadikan tahu bahwa dia ternyata tak di rumah dan menjadi masalah serius.

"Kenapa, non?"

"(Tidak, aku tidak ingin menceritakan apapun ke orang lain jika mengenai om Oje. Em ya bisa saja semuanya malah jadi serius.)"

"Non Eleora?"

"Enggak papa, tapi ini hanya keram tiba-tiba saja. (Sumpah ini buat tak menentu semuanya.)"


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C16
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ