"Cantik, apa kabar? Masih bisa bergerak?"
"Tempat ini bukanlah tempat untuk beristirahat, kamu bisa menjadi zombie loh." Eddie bertanya sambil tersenyum.
"Biarkan aku mati... Orang tuaku telah pergi dan mereka berbuah menjadi monster itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa, woooo!" Mizuo menggelengkan kepalanya sambil menangis tak berdaya.
*Pa!*
*Pa!*
Eddie menampar wanita itu sedikit pelan untuk membangunkannya, "Bangunlah. Kamu masih hidup."
"Apakah kamu benar-benar ingin mati? Ingatlah pacarmu, dia pasti menghawatirkanmu." Kata Eddie.
"Aku tidak punya pacar!" Muzio menggelengkan kepalanya, "Apakah aku benar-benar terlihat sebegitu menyedihkannya?"
Wanita itu terlihat ragu-ragu.
"Kamu tidak menyedihkan. Ngomog-ngomong, bangunlah dengan cepat, dan jangan berpura-pura mati di sini."
"Aku telah menyelamatkanmu sekali, sekarang kamu berutang seribu dollar kepadaku. Jangan mati."
Dengan Mizuo di punggungnya, Eddie melompat ke atas bus dengan sekali loncatan.
"Ayo pergi ke sana. Cobalah untuk tidak membuat suara tembakan, zombie sangat sensitif terhadap suara."
Melewati atap bus, zombie-zombie yang ada disini semuanya terperangkap di dalam bus. Beberapa zombie mencoba menghancurkan kaca bus untuk keluar.
Dengan seseorang di pungunggnya, Eddie hanya bisa berurusan dengan zombie itu dengan cara menendang mereka.
Meskipun serangannya sangat efektif, tapi resiko menyerang dari jarak dekat cukup besar.
"Apakah kamu seorang ahli bela diri?" Mizuo tiba-tiba bertanya.
"Mungkin?" Eddie menjawab bosan.
"Umm, aku akan membayar kebaikanmu nanti. Untuk sekarang turunkan aku dulu. Aku bisa berjalan sendiri." Mizuo turun dari punggung Eddie.
Sebelumnya dia sedikit pusing, jadi tidak bisa berjalan. Tapi sekarang dia sudah merasa lebih baikan.
Mizuo mengambil baseball bat sebagai senjata, dia menyerang zombie-zombie itu dengan tongkat.
Claire juga mengambil tongkat besi yang ada, "Eddie, aku melihat helikopter itu!"
Di depan mereka, ada pintu gedung yang yang tertutup rapat.
Ada lebih dari selusin zombie yang berkeliaran di dalamnya. Semua zombie itu mengenakan jas dan sepatu kulit, yang mana membuktikan bahwa orang-orang itu adalah mantan elit yang telah menjadi zombie.
Pintu yang kokoh itu telah dikunci, sepertinya satpam takut serangan zombie akan masuk ke dalam. Tapi tak disangak bahwa ada orang yang telah terinfeksi di dalam gedung itu.
"Tidak, gerbangnya terkunci. Kita tidak bisa pergi ke tempat parkir yang ada di atas!" Bill mengerutkan kening.
"Saya akan mencoba mendobrak pintu itu." Pria berotot dengan tato besar itu berkata.
"Tidak perlu, serahkan hal ini kepadaku."
"jika aku tidak mampu mengirim anda dengan selamat, maka Claire akan marah kepadaku." Eddie berkata dengan nada main-main.
Setelah itu dia menendang pintu itu dengan keras.
Kekuatan tendangan itu membuat pintu dan engsel langsung terbang kebelakang. Pintu itu mengenai tiga sampai empat zombie yang menghalangi jalan.
"Hmph, siapa yang akan menyalahkanmu?" Claire terdiam. Meski pria itu terlalu sembrono, tapi dia cukup mengagumi gaya Eddie dalam menyelesaikan masalah.
"Ya ampun, kamu sangat keren! Sekarang aku ingat kamu. Kamu adalah salah satu anggota S.T.A.R.S. yang telah dibubarkan itu, kan?"
"Arklay Mountain sangat berbahaya, dan kalian semua berhasil keluar secara hidup-hidup! Selain itu kalian juga telah berhasil melenyapkan monster yang ada di dalamnya!" Dua pria kekar yang selamat itu mengacungkan jempol. Mereka berdua adalah saudara kandung.
"Yah... Kita hanya menghilangkan benteng mereka, bukan sumbernya."
"Bisa dikatakan, kami berhasil dalam taktik dan gagal dalam strategi." Eddie mengangkat bahu.
"Ngomong-ngomong, siapa nama anda, pak? Saya France, kamu dapat menghubungiku jika kamu ingin membeli mobil. Aku akan memberikan anda diskon!" Pria itu tersenyum lebar.
"Terima kasih, tapi aku tidak membutuhkan mobil untuk sekarang ini." Eddie berterima kasih sambil terus menghancurkan zombie yang ada di jalan.
"Sebaiknya kita perlu pergi dengan cepat. Aku tidak ingin tinggal di sini!" Pria botak lain bergegas ke arah lift.
Lift barang itu sangat besar, bahkan dapat mengangkut kendaraan. Begitu pintu lift itu terbuka, beberapa zombie langsung keluar.
"Ahhh!" Teriakan pria botak itu menyusul.
"Huh, apakah kamu telah kehilangan akal sehatmu? Di situasi berbahaya seperti ini, lebih baik tidak terburu-buru." Eddie menggelengkan kepalanya.
Claire mengambil pistol lalu menembak ke depan. Setiap tembakan itu berhasil mengenai kepala zombie!
Sebagai saudara perempuan Chris, Claire telah diajari menembak sejak lama. Bahkan kemampuan menembaknya lebih ahli dari pada petugas polisi rata-rata.
"Ayo, karena lift masih bisa digunakan, kita akan menggunakan lift itu. Zombie sudah semakin dekat, kita perlu segera masuk."
Tapi saat mereka ingin masuk, mereka mendengar langkah kaki lain. Di lorong, muncul sosok pria berambut putih, pria itu terlihat sedikit galak.
"Tuan, apakah anda ingin pergi bersama kita? Kita akan pergi ke titik evakuasi yang ada di atap." Claire bertanya dengan ramah.
"Tidak, menjauhlah dariku. Aku tidak butuh belas kasihan anda, kamu telah membunuh putri saya. Aku lebih baik mati kelaparan daripada pergi bersama kalian semua!"
Pria berambut putih itu tiba-tiba berteriak tidak jelas. Kemudian dia berlari ke sebuah wadah besar tertentu, lalu dia mengunci dirinya di dalamnya untuk bersembunyi.
Eddie menepuk bahu Claire, "Ayo pergi, kemampuan kita terbatas. Kita tidak bisa menyelamatkan semua orang." Eddie meminta maaf.
"Ini bukan salahmu, Eddie. Kita telah melakukan yang terbaik." Claire menggelengkan kepalanya sambil menghibur pria itu.
-----
read chapter 431 on;
patréon.com/mizuki77