Arthur mengcengkeram pagar pembatas dan menahan tubuhnya agar tidak terguling ke bawah, ia menangkis pedang Renee dengan pedangnya, mata laki-laki itu melotot.
"Apa yang kau lakukan?!"
Renee mendengkus, cahaya jingga memercik dari pedang yang saling bertabrakan.
"Justru aku yang seharusnya bertanya hal itu padamu." Wanita itu melompat mndur, menatap tajam Arthur. "Apa yang kau lakukan?"
Arthur terdiam sejenak, lalu melirik pedangnya.
"Aku tidak akan tertipu lagi dengan hal-hal seperti ini." Renee mengguncang pedang, dari sorot matanya Atrhur tahu bahwa Renee sedang mengancamnya saat ini.
"Baiklah, baiklah." Laki-laki berambut pirang itu mengangkat kedua tangannya, pedang yang ia pegang itu terjatuh dengan suara dentang yang keras, berguling ke lantai dasar. "Aku memang sedikit membohongimu, tapi percayalah aku tidak sejahat yang kau pikirkan."
Renee melihat pedang yang telah jatuh di bawah, lalu melirik ke pinggang laki-laki itu, memastikan bahwa ia tidak memegang apa pun.
"Ratu tidak akan membiarkan sembarangan orang masuk ke kota Dorthive." Arthur mulai bicara lagi, ia melirik keadaan Mansion yang kacau balau. "Leo adalah saudaraku, aku ingin membantubya keluar dari lingkaran setan yang tidak ada habisnya ini."
Suara Arthur jauh lebih lembut, seakan tengah membujuk seorang gadis remaja yang baru saja tumbuh.
"Percayalah padaku."
Arthur sepertinya terbiasa untuk melakukan hal semacam ini, Renee akui ia bahkan hampir luluh, wanita itu meghentakkan pedang ke atas anak tangga.
"Apa yang bisa kau lakukan agar aku percaya padamu?"
Arthur menjilat bibirnya lagi, ia melirik kesana kemari dengan gelisah, Renee tidak luput memperhatikan segala gerakannya. Laki-laki itu kemudian merentangkan kedua tangannya dan menatap Renee dengan penuh kepasrahaan.
"Kau bisa mencobanya."
"Apa?" Renee semakin tidak senang dengan Arthur, ia memegang pedangnya dan ia tahu apa yang dimaksud oleh laki-laki itu.
"Coba saja, tusuk pedangmu ke jantungku." Arthur berkata dengan lemah, bertingkah seakan ia tengah berada di ujung kematian. "Gunakan juga cahaya jingga milikmu itu."
"Kau bercanda?"
Renee bukan tiran yang bisa mengayunkan pedangnya sembarangan, apalagi di depannya ini adalah seorang manusia berakal sehat dan juga anggota Kerajaan yang memiliki posisi yang penting.
"Aku serius." Arthur menarik napas dengan kasar, matanya menjadi sendu. "Leo telah menderita cukup lama, Ratu tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama dan kami tidak bisa pergi kemari tanpa izinnya. Begitu aku mendengar kabar tentangmu, aku bergegas mencari cara agar bisa kemari tanpa diketahui Ratu … yah … setidaknya untuk sementara."
Arthur melirik Renee yang terdiam, sepertinya wanita itu masih mencerna semua perkataan dirinya.
"Aku serius, percayalah." Arthur mengedipkan matanya, Renee menghela napas panjang.
"Aku tetap tidak bisa mempercayaimu." Renee memejamkan matanya, ia sudah memutuskan di dalam hatinya. "Kalau kau ingin menunjukkan ketulusanmu, buktikan. Kalau kau gagal, aku benar-benar akan menusuk jantungmu."
"Ah …." Arthur tanpa sadar membuka mulutnya, ia sudah bertemu banyak orang yang memiliki posisi tinggi lebih dari dirinya, bahkan untuk sang Ratu pun, ia tidak merasakan perasaan ini.
Darahnya berdesir, debar jantungnya serasa melambat dan ia merasakan tekanan yang sangat kuat.
Orang berjiwa suci memang berbeda, kehadirannya satu orang saja sudah membuat Ivana kalang kabut, apalagi kalau kehadirannya bertambah, Ivana mungkin tidak bisa bertahan lebih lama lagi.
"Baiklah, aku akan mengikuti apa pun yang kau katakan."
Renee merasa sedikit lega setelah mendengar jawaban Arthur, ia bisa mempercayai laki-laki ini meski hanya sedikit.
"Lalu apa yang ingin kita lakukan sekarang?"
Tidak ada monster di sekitar mereka dan matahari mulai naik, Renee awalnya mempunyai ide untuk melihat seperti apa kondisi Dylan yang sedang dirawat oleh Joy, tapi melihat kehadiran Arthur di sini, Renee tidak ingin terlalu dini mengungkapkan kekuatan cahaya jingga.
"Karena kau tahu banyak, kau pasti tahu di mana keberadaan Leo sekarang, bukan?"
Arthur menatap Renee dengan tatapan tidak percaya, tapi sedetik kemudian raut wajahnya menjadi tenang kembali.
"Aku tidak yakin, tapi kita bisa memeriksa ruang bawah tanah yang ada di sisi barat Mansion. Dulu aku sering melihat Ivana menyelinap setiap ia punya waktu luang." Laki-laki itu berbalik, sebagai orang yang masih diragukan kepercayaannya, ia harus menunjukkan niat baik. "Aku bisa menunjukkan jalannya ke sana."
Renee mengangguk, ia mengisyaratkan agar Arthur berjalan lebih dulu dan ia mengikuti di belakang. Arthur turun dengan langkah ringan, memungut kembali pedang yang ia buang.
Mereka berdua tidak saling bicara, hanya hembusan napas kasar dari mereka berdua yang terdengar.
Arthur melihat barang-barang hancur di sepanjang lorong yang menurun ke bawah, mau tak mau ia merasa sedikit kehilangan.
Bagaimana pun juga, di Mansion inilah tempatnya tumbuh.
"Apa kau tahu apa alasan Leo menjadi target utama para monster?" Arthur melirik Renee yang tetap tenang di belakangnya, kakinya terus melangkah maju. "Tidakkah kau penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi?"
"Kau terlalu banyak bicara."
Renee berusaha untuk tidak meladeni Arthur, ia masih menganggap laki-laki itu sebagai orang yang harus diwaspadai.
Mereka keluar dari lorong panjang yang gelap, lalu tiba di sebuah ruangan yang terbuat dari tanah, ada sebuah lubang besar yang menjorok ke dalam, di sana terdapat tangga-tangga batu yang tersusun tidak rapi, jauh ke dasar yang gelap.
Renee mantap lubang itu selama beberapa saat.
Arthur menyalakan lentera dan cahaya yang temaran menyinari ruang bawah tanah, ia menatap Renee yang tidak berminat mengatakan sesuatu padanya. Laki-laki itu pun melangkahkan kakinya untuk turun ke dalam lubang besar.
Renee melihat Arthur melangkah sampai kepalanya hampir tenggelam ke dalam kegelapan, laki-laki berambut pirang itu mendongak, seakan tengah bertanya kapan Renee akan menyusulnya turun.
"Yah, karena kau tidak ingin tahu, aku akan mengatakan ini saja padamu." Arthur mengangkat lenteranya, menyinari batu yang akan Renee pijak.
"Alasan mengapa Marquis Leo menjadi target semua orang di kota Dorthive, kau benar-benar tidak ingin tahu?"
Renee menatap tajam Arthur, ingin sekali rasanya ia melemparkan cahaya jingga ke wajahnya yang sombong itu, seandainya Dylan sudah sadar, ia lebih memilih untuk pergi bersama Dylan daripada bersama Arthur.
Laki-laki ini benar-benar cocok menjadi penasihat Ratu, mulutnya terlalu manis sampai bisa menjadi racun!
Arthur tertawa melihat reaksi Renee, ia menurunkan lentera dan melihat tangga yang menurun ke bawah, cahaya lentera tidak bisa menyinari sampai ke dasar dan bisa dipastikan kalau jarak atas sampai ke bawah benar-benar jauh.
"Itu karena ... Marquis Leo memiliki wanita simpanan dari kalangan Pelayan."
"Omong kosong apa yang kau bicarakan?!"
Renee merasakan kemarahannya naik ke ubun-ubun, bayangan sobekan kertas yang ia tata tadi terlintas di benaknya.