Zhang Yi terus menempuh perjalanan siang dan malam. Ia merasa sudah terlalu lama di negeri orang. Ia sudah merindukan negerinya sendiri. Pemuda serba putih itu ingin secepatnya kembali ke sana.
Apa kabar Tionggoan? Bagaimana pula kabar tentang dunia persilatan di sana? Apakah baik-baik saja? Ataukah malah makin kacau?
Zhang Yi tidak tahu. Tapi di satu sisi, ia merasakan firasat buruk setiap kali teringat akan dunia persilatan Tionggoan.
Tanpa terasa sudah hampir dua minggu dia menempuh perjalananannya itu. Selama belakangan waktu ini, ia terus berlari tanpa kenal kata berhenti. Pemuda itu hanya berhenti pada saat hendak melakukan hal-hal pokok saja.
Selain daripada itu, dirinya tidak pernah berhenti.
Malah ketika di tengah jalan ia menemukan setitik masalah pun, Zhang Yi tidak mau memperpanjangnya. Pada saat ada kejadian yang menarik hati, ia juga tidak menyelidikinya.