ดาวน์โหลดแอป
9.37% Harem milik Suamiku / Chapter 12: Bab 13 : Pantas atau tidak

บท 12: Bab 13 : Pantas atau tidak

Stempel 'tidak lolos' sudah akan ditempelkan pada berkas milik si gadis karate yang unik itu, ketika ponsel miliknya berdering dengan nada pesan masuk. Stempel itu diletakkan terlebih dahulu. Pesan masuk harus segera dibuka, karena siapa tahu ada instruksi penting dari atasan.

Pesan dibuka.

"Siapa pun yang menerima gadis yang bernama 'Marigold Flora', petugas itu harus me-LOLOS-kan nya. Tidak peduli, jika gadis itu mendapatkan peringkat paling bawah. Status LOLOS harus diberikan. Ini adalah perintah langsung dari atasan. Yang melanggar, otomatis dipecat."

Staf yang menerima wawancara dengan gadis bernama Marigold Flora, langsung tercengang syok hingga lupa bernafas. Dilihatnya sekali lagi dokumen yang berisi data pribadi dari si gadis karate.

"Yang benar saja, wajah dan body standar, sama sekali tidak ada yang istimewa. Kepribadian pun juga tidak memuaskan. Disuruh jalan cantik saja tidak bisa, bagaimana mungkin menjadi finalis gadis untuk sang milyader? Yang ada bikin malu. Lagipula, darimana gadis itu mendapatkan jalan tikus yang langsung menuju ke puncak manajemen? Hebat benar dia," gerutunya tidak suka, sambil menukar stempel TIDAK LOLOS dengan stempel LOLOS, lalu memberi cap disana.

*****

Deg-deg-deg.

"Whoi, dasar bodoh," umpat Marigold pada dirinya sendiri. "Kenapa aku bisa sangat grogi hingga berkeringat dingin, hanya karena disuruh jalan diatas panggung? Harusnya aku sudah terbiasa mendapatkan perhatian dari penonton, bahkan tepuk tangan yang meriah karena kehadiranku di atas panggung, saat bertanding karate dan memenangkan pertandingan. Dasar gadis kampungan yang bodoh," rutuknya dalam hati dengan berjalan timpang di atas panggung, karena hak sepatu high heels nya terlepas satu akibat terjepit celah kayu di papan tengah panggung.

Sebuah tangan terulur pada Marigold, ketika dirinya hendak turun dari panggung. Reflek, Marigold segera menyambut tangan yang membantunya itu. "Terima kasih."

"Sama-sama," jawab laki-laki yang membantunya. "Kaki anda baik-baik saja?"

Marigold mendongak saat mendengar suara lembut seorang laki-laki. Well, seorang laki-laki tampan dengan penampilan jas kerja yang keren, sedang tersenyum ke arahnya. Marigold tidak berkedip menatapnya. Sungguh, memanjakan mata melihat makhluk yang tampan ini, meski masih kalah bila dibandingkan dengan sang milyader, yang ketampanan nya bak dewa yunani.

"Aku.. aku baik-baik saja. Terima kasih," jawab Marigold sambil menarik tangannya dari genggaman makhluk tampan itu.

"Lebih baik anda duduk dan istirahat dulu. Tidak perlu terlalu memikirkan tes acara ini."

"Kakiku hanya keseleo ringan, aku masih sanggup kok. Bahkan dua ronde pertarungan pun aku masih sanggup menghadapinya," kata Marigold sambil melepaskan sepatu high heels sehingga dirinya kini bertelanjang kaki. Kemudian sesuatu melintas cepat di otaknya, membuat Marigold memicingkan mata pada makhluk tampan ini. "Anda berkata bahwa aku tidak perlu memusingkan tes ini, apakah anda berniat untuk membuatku gagal?"

"Tidak, bukan begitu maksud saya."

Marigold hanya mengangkat bahu, bersikap defensif. Baiklah, banyak orang yang meremehkan dirinya untuk bisa maju hingga ke puncak acara. Memang dibutuhkan tekad sekuat baja untuk tetap berdiri tegak. Tidak peduli rintangan, tantangan, dan hambatan yang menghadang, Marigold akan tetap maju hingga dinyatakan kalah. Jika belum ada pengumuman kalah dan menang, maka angin taufan, hujan badai, ataupun badai es serta badai pasir pun, tidak akan yang bisa menghalangi langkah Marigold.

"Permisi." Marigold menganggukkan kepala seangkuh mungkin ke arah makhluk tampan itu, lalu beranjak menjauh menuju area tes selanjutnya.

Tujuan Marigold berikunya adalah sebuah ruangan yang tertutup. Tes kesehatan di ruang tertutup. Kemudian Marigold duduk menunggu bersama antrian yang lain. Dikeluarkannya ponsel dari dalam tas tangannya. Lima pesan berasal dari Nina, sepupunya yang penasaran bin kepo tentang tes pertama yang diikutinya hari ini.

Tiba-tiba..

"Hei," seru Marigold yang terkejut karena ponselnya direbut seseorang. "Kembalikan ponselku," lanjut Marigold sambil berdiri, namun bruk... seseorang mendorong bahunya, hingga dirinya kembali terduduk di kursi ruang tunggu di belakangnya. "Apa-apaan kalian?!"

Ada empat orang gadis yang tiba-tiba berdiri mengerumuninya. Marigold memiringkan kepala, menatap gadis-gadis yang berwajah garang di depannya. Alis Marigold terangkat ketika mengenali keempatnya. Mereka adalah kelompok gadis yang tadi diikutinya saat masuk ke ruangan tes pemilihan ini. Bahkan mereka sudah mengusir dua gadis lainnya yang semula duduk bersebelahan dengan Marigold.

"Siapa kalian? Apa maksud kalian dengan mengeroyokku begini?" tanya Marigold sambil bersedekap dan menatap berani, mata mereka satu per satu.

"Kamu!" tuding gadis yang berdiri persis di depan Marigold, dengan jari telunjuk yang diarahkan ke wajahnya. "Siapa kamu?! Jangan sok kecentilan di depan Tuan Martin! Kami muak melihatnya!" bentak gadis A yang garang itu. Sebut saja gadis A.

"Tuan Martin? Siapa dia? Dan kapan aku sok kecintilan di depan laki-laki itu?" tanya Marigold bingung. Well, seketika Marigold sadar bahwa sedang dibully oleh kelompok gadis garang ini, meski dirinya tidak mengetahui alasan mengapa dirinya dikeroyok seperti ini.

"Jangan sok polos deh," sela gadis B yang tadi mendorong bahu Marigold, dengan kasar. Sekarang gadis B itu menekan bahu kiri Marigold dengan kuat.

"Mana mungkin kamu tidak tahu yang mana Tuan Martin yang gagah dan tampan itu? Dia yang menolongmu turun dari panggung tadi, gadis jelek," timpal gadis A sambil mengetuk-etuk kening Marigold dengan kasar.

Marigold meraih pergelangan tangan gadis A itu dan mencengkram kuat lalu mengibaskannya dari wajahnya. "Oh, pria tampan itu yang kalian maksud dengan Tuan Martin?" tanya Marigold santai sambil menginjak kaki gadis A saat akan berdiri untuk membalas tantangan bully itu. "Maafkan aku yang kurang up to date. Asal kalian tahu, aku baru pertama kali bertemu dengan Tuan Martin kalian itu."

"Aduh, sialan kamu! Jangan injak kakiku," raung gadis A itu yang mundur dan nyaris terjungkal karena terkejut dan sakit pada kakinya yang diinjak sekuat tenaga.

"Injak? Mana mungkin itu terjadi? Lihat saja kakiku yang tidak beralas, mana mungkin kakiku menyakiti kakimu yang mengenakan high heels tinggi itu?" bantah Marigold dengan ekspresi wajah tak bersalah. Marigold sedikit meringis karena kakinya yang sedikit keseleo, dipaksakan berdiri tegak.

"Dasar gadis kurang ajar! Diberi tahu baik-baik malah melawan. Belum tahu siapa kita ini, hah?!" hardik gadis C yang berkacak pinggang sambil mendesak Marigold hingga ke dinding dan menggebrak tembok di sisi dekat kepalanya.

"Aku tidak peduli siapa kalian. Tetapi, sebaiknya kalian mundur dan jangan menggangguku," perintah Marigold dengan suara rendah. "Aku bisa membuat kalian patah tulang dan masuk rumah sakit."

"Ck, gadis mungil sepertimu berani melawan kami berempat? Jangan membuat kami tertawa," cela gadis D yang berdiri menjulang di depannya setelah mendorong si C menjauh. "Kuperingatkan sekali lagi, KAMU jangan berani mencari muka pada Tuan Martin lagi, atau lebih parah lagi kamu jangan pernah bermimpi menjadi pasangan Tuan Maximilian Alexander. Kamu tidak pantas, MENGERTI!"

"Jika aku tidak pantas, lalu apa kalian berempat... PANTAS?!" serang Marigold balik.

"DASAR GADIS TENGIK!" umpat gadis C tidak terima.

Kemudian sudut mata Marigold melihat ada pergerakan, dengan sigap dicekalnya pergelangan tangan gadis yang hendak dilayangkan untuk menampar wajahnya. Hup.

"Sial, lepaskan tanganku," bentak gadis B yang tangannya ditahan Marigold. "Aduuuuhh sakit," lolong gadis B keras, saat persendian lengannya dipelintir ke belakang.

"Berani menyentuhku, kalian akan merasakan akibatnya," ancam Marigold sambil menekan kuat lengan itu.

"Aduuh, lepaskan aku, dasar keparat!" raung gadis B yang berusaha membebaskan diri dari cengkraman Marigold.

Tiba-tiba dari dua arah, Marigold diserang oleh dua gadis yang meraup sejumput rambut dan menjambaknya kuat-kuat. Marigold mendorong gadis B yang tangannya sedang dipelintirnya, agar dirinya bisa membalas serangan dari para gadis garang yang lain.

"Hiyaaa..."

Bersambung...


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C12
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ