Susi berjalan meninggalkan sekolah untuk kembali ke rumahnya, sambil berjalan ia memikirkan apa yang ia lihat dari tank kakaknya yang sepertinya meninggalkan petunjuk tentang perubahan sikap kakaknya terhadap Senshado, ia menduga dua bekas tembakan itu ada sangkut pautnya.
Saking fokusnya Susi memikirkan hal itu ia secara tidak sadar melebar dari trotoar dan berjalan mendekati jalan raya, ia tersadar dari lamunannya setelah ada mobil yang membunyikan klakson untuk memperingatkannya, susi terkejut dan refleks langsung menjauh dari jalan raya.
"hampir saja" ucap Susi yang nyaris saja tersambar mobil.
Susi melanjutkan kembali perjalanannya dan berusaha untuk mengurangi kebiasaan buruknya itu, ia berjalan melewati deretan ruko yang berisikan berbagai jenis toko dan restoran, ia menoleh ke kanan dan kiri kemudian melihat sebuah restoran kecil yang di padati oleh banyak anak anak sekolah, ia merasa penasaran dan mendatangi restoran itu.
Di depan restoran itu terlihat sebuah lampu berbentuk pizza dengan tulisan "Pizza Anzio" di bawahnya, ia mendengar seseorang dari dalam memanggil namanya, ia mengenali suara dengan nada tinggi yang khas itu.
"Oyyyy Susi, ayo masuk !!!" ucap Rani yang sedag duduk dengan Ajeng dan Citra di dalam restoran itu.
Susi masuk ke dalam restoran itu dan langsung di sambut oleh teman teman klub nya.
"selamat datang Ayu" ucap semua teman temannya, susi membungkukkan tubuhnya mengapresiasi sambutan itu.
"Hei susi ayo duduk disini" ucap Rani memanggil temannya untuk duduk di tempat kosong di sebelahnya, Susi mendatangi meja yang berisikan 3 orang itu dan duduk di samping Rani.
"Nyonya Ayu, silahkan pesan makanan yang kamu mau" ucap Citra menyodorkan buku menu ke arah Susi.
"ehhh enggak apa apa nih ?" tanya Susi.
"tidak apa apa, Retno mentraktir kita semua hari ini, iya kan Retno ?" ucap Citra, Retno hanya mengangguk sambil terus memakan pasta yang di pesannya.
"hmmmm yowes lah" ucap Susi pelan.
Susi mengambil buku menu itu dan melihat semua makanan yang ada di restoran itu, ia membuka lembaran demi lembaran dan melihat semua menu yang terjejer sampai ke halaman terakhir namun ia tetap tidak tau apa yang ingin di pesannya.
"Susi ada apa ?" tanya Ajeng melihat temannya kebingungan.
"ehhh anu…." Ucap Susi gugup.
"Susi jangan bilang, kamu tidak pernah ke restoran italia ?" ucap Rani menebak alasan temannya itu terlihat gugup.
"nggih" ucap Susi singkat sambil mengangguk kecil.
"pffft, ahahahaha" Rani langsung tertawa terbahak bahak. Semua orang yang ada di sana langsung menoleh ke arah asal tawa yang keras itu.
"Rani, jangan begitu !" ucap Ajeng mengingatkan kelakukan temannya itu.
"maaf maaf, tapi masa iya kamu tidak tau sama sekali makanan luar seperti ini?" tanya Rani lagi tetap tidak percaya dengan apa yang di katakana Susi sebelumnya.
"aku terbiasa makan masakan rumah, setiap haripun di rumah selalu di masakin makanan sama abdi keraton, jadi kami jarang sekali makan di luar" ucap Susi menjelaskan alasannya tidak tau sama sekali dengan apa yang di lihatnya di buku menu.
"heeee begitu kah, seperti tuan putri ya, memang tuan putri sih kalo bisa di bilang" ucap Rani, Citra dan Ajeng bergantian.
"baiklah biar aku ajarkan tentang makanan italia" ucap Rani mendekatkan tubuhnya ke Arah susi dan membuka kembali buku menu.
"makanan bulat ini namanya Pizza, ini adalah semacam roti gepeng yang di atasnya di kasih saus dan di berikan topping seperti daging, sayuran, sosis" ucap Rani mulai memperkenalkan makanan pertama yang terpampang di daftar menu itu.
"nah kalau ini pasta, ada banyak jenis pasta sebenarnya tapi yang di sajikan disini hanyalah yang berbentuk mie dan macaroni, pasta ini sebenarnya olahan dari terigu atau gandum yang kemudian di rebus dan di sajikan dengan saus Bolognese yang berisi daging cincang halus, atau di sajikan dengan saus keju yang gurih" lanjut Rani menjelaskan makanan lain.
"ehh, keju bisa di pakai buat makanan seperti ini kah?" tanya Susi yang terkejut mendengar keju dapat di makan seperti itu, selama ini ia hanya pernah memakan keju sebagai isian roti.
"bisa kok, saus keju itu malah terkenal banget loh sekarang ini" ucap Rani menjelaskan jika itu hal yang umum saat itu.
Rani menjelaskan beberapa makanan lain seperti Lasagna, Falfale, Tortellini dan masih banyak lagi makanan yang tersedia di buku menu, Susi mendengarkan penjelasan Rani dengan sangat antusias, ia baru pertama kali mendengar nama makanan makanan itu, semua terdengar dan terlihat sangat lezat hingga membuat Susi kesulitan memilih makanan yang akan di pesannya.
"nah jadi itu beberapa makanan italia yang ada disini, jadi Susi, mau pesan apa ? tanya Rani setelah menjelaskan semua menu kepada Susi.
"hmmmmm semuanya kelihatan enak, jadi bingung mau pesan apa" ucap Susi begitu kewalahan dengan banyaknya menu.
"kalau enggak gini aja, Susi suka pedas atau tidak ?" tanya Citra membantu Susi memilih pesanannya.
"eh…umm enggak" jawab Susi terlihat bingung.
"kalau begitu coba saja pasta dengan saus keju, rasanya manis dan gurih selain itu porsinya juga kecil" ucap Citra menyarankan makanan yang mungkin sesuai dengan selera Susi yang tidak suka pedas.
"heeee boleh deh, aku juga mau coba makan mie dengan keju !" ucap Susi mengikuti saran temannya itu.
"Sebenarnya pasta itu bukan mie tapi yasudahlah" ucap Rani tersenyum melihat keluguan Susi.
Ia memanggil pelayan dan memberi tahukan makanan yang di pesannya, Ia juga memesan es lemon tea untuk minumannya nanti.
Sementara itu di barisan depan Retno sedang mengobrol dengan teman temannya mengenai latihan mereka hari itu.
"Retno hebat sekali bisa mengisi peluru secepat itu" ucap Sulis memuji temannya yang mendapat catatan waktu tercepat.
"yaaah aku juga tidak tau kalau aku bisa melakukannya dengan lancar" ucap Retno berusaha untuk merendah.
"lebih hebat lagi kau bisa melakukannya dengan sangat lancar, aku saja sempat terjepit beberapa kali" ucap Resti sambil menunjukkan jari jarinya yang terkepas saat latihan tadi.
"ehhh kelihatannya serius….tidak mau di obati ?" ucap Retno khawatir melihat tangan temannya yang sedikit bengkak itu.
"tenang saja, nanti di rumah akan di kompres dengan air dingin" ucap Resti berusaha untuk tidak mengkhawatirkannya.
"sepertinya Retno bisa menjadi pengisi peluru yang hebat nantinya" ucap Sulis lanjut menggoda temannya.
"eeehhhh padahal aku mau jadi komandan loh" jawab retno.
"sudah jadi loader saja, jadi komandan tugasnya berat loh" ucap Resti menggoda temannya itu.
"sebenarnya komandan tank bisa saja loh merangkap jadi pengisi peluru" sahut Susi menyambung obrolan mereka.
"Karena M3 Stuart hanya memiliki 4 awak dan Turret tank itu hanya bisa menampung 2 orang, jadi mau tidak mau komandan harus membantu penembak dalam mengisi peluru" ucap Susi menjelaskan bagaimana cara kerja awak tank M3 Stuart pada umumnya.
"apa tidak bisa satu awak lagi ikut di turret untuk menjadi pengisi peluru ?" tanya Resti memikirkan alternatif untuk masalah itu.
"mungkin bisa tapi nanti Turret jadi sangat sempit dan komandan akan sulit masuk ke dalam tank di situasi darurat" Jelas susi.
"iya juga sih, bakal berbahaya jika komandan mengeluarkan tubuhnya waktu mereka bertempur" ucap Sulis setuju dengan apa yang di sampaikan Susi.
"tapi sepertinya kak Susan dan kak Kartika sering mengomandani tank dengan mengeluarkan tubuh mereka dari atas turret" ucap Rani mengingat jika kedua kakak Susi sering melakukan hal yang berbahaya itu.
"kak Karitika dan Susan sudah terlatih untuk membaca arah tembakan lawan sehingga ia bisa menghindar Dari kemungkinan terkena peluru, selain itu tank yang mereka gunakan, M5A1 adalah tank dengan mobilitas yang sangat baik dan dapat melaju mundur dengan kecepatan tinggi, jadi sangat cocok untuk gaya bertempur mereka" jawab Susi menjelaskan bagaimana kedua kakaknya dapat bertempur dengan aman dalam kondisi seperti itu.
"hebat sekali, begitulah aliran Kartika dari Nusantara" ucap Ajeng dan Citra bergantian.
"gaya seperti itu tidak terbatas hanya pada aliran Kartika, aliran lain seperti Nishizumi dan Shimada juga terlatih untuk melakukan hal itu dengan aman, intinya semua orang sebenarnya bisa sih, Cuma harus melalui latihan yang intense dan terus menerus" jelas Susi sambil menyantap pastanya.
"Susi akan memimpin tim Senshado kita kan nanti ?" tanya Sulis.
"benar, saya akan menggantikan kakak sebagai ketua tim nanti, saya harap dapat menjadi pemimpin yang baik untuk teman teman semua" jawab Susi dengan membungkuk, teman temannya hanya mengangguk dan tersenyum melihat kesungguhan Susi.
"tapi sebelum itu saya harus mengubah keputusan kakak untuk tidak membubarkan klub senshado, jika itu gagal maka semua akan sia sia" lanjut susi, semua terdiam mendengarnya, selama ini mereka menjalani kegiatan klub tanpa terlalu memikirkannya, namun saat itu mereka menyadari jika penutupan klub adalah hal yang nyata dan akan terjadi.
"teman teman, bagaimana tanggapan kalian mengetahui klub akan di tutup ?" tanya Susi mengenai rencana kakaknya.
"hmmm sulit di percaya sih, awalnya aku kira hanya prank, aku juga tidak berpikir kak Susan akan se serius itu" ucap Rani, Ajeng, Citra bergantian.
"kami sadar tidak bisa melakukan apapun, tapi setidaknya kami masih bisa menikmatinya selagi masih ada" ucap Retno dengan bersemangat, semua anggota lain mengangguk setuju dengan apa yang di katakan Retno.
"aku juga ingin tetap melakukan Senshado, apalagi kakak ku saat ini juga menjadi anggota aktif Senshado di Saunders" ucap Nur menjelaskan alasannya tetap bertahan di klub itu.
"waaah kakakmu sangat hebat bisa masuk ke sekolah itu, itu sekolah yang sangat terkenal kan" ucap Rani dan Ajeng.
"ya benar sih, kakakku masuk lewat jalur bea siswa dan ajaibnya lolos meski persaingannya sangat ketat" Jawab Nur.
"lalu kenapa kau memilih untuk bersekolah di Nusantara ?" tanya Retno.
"karena jika aku dan kakakku ada di tim yang sama itu akan membosankan, jadi aku memilih untuk masuk sekolah lain dan mungkin dapat bertanding melawannya di turnamen Senshado" jawab Nur menjelaskan alasannya memilih Nusantara.
"kau akan mendapat kesempatan nanti di akhir tahun saat acara festival budaya dan akademik, kita akan melakukan pertandingan persahabatan dengan Saunders" ucap Susi menjelaskan Event tahunan itu.
"ehhh benarkah !? wah jadi tidak sabar !" ucap Nur langsung bersemangat mendengar hal itu.
Susi melihat teman temannya begitu bersemangat jika sudah menyangkut Senshado, meski di bayang bayangi dengan wacana penutupan klub tapi itu tidak mengurangi semangat mereka, beragam alasan dan motivasi membuat teman temannya mencintai klub itu dengan sepenuh hati, Susi ingin melindungi hal itu dan mempertahankan apa yang mereka cintai, Klub Senshado harus tetap hidup dan Susi akan mengusahakannya !.