ดาวน์โหลดแอป
42.85% pindah ke fizzo @shafa zee / Chapter 3: Tak berdaya

บท 3: Tak berdaya

.

Viona hanya bisa terdiam seraya terisak mendengar kemarahan ayahnya. Ia tak berani lagi mengatakan sesuatu jika sang ayah sudah berucap dengan amarahnya. Kondisi Jantung sang ayah yang bermasalah membuat Viona tidak berani untuk membuat pria itu marah.

sopir terus melajukan mobilnya membawa kedua anak dan ayah itu pulang menuju ke rumah mewah sang majikan

Beberapa kali sopir yang duduk di jok pengemudi menatap kearah Viona melalui kaca spion di depannya. Dia merasa iba dengan apa yang di alami oleh gadis cantik itu. Dia sendiri memiliki anak gadis seusianya. Namun hidup anak gadisnya begitu bahagia karena mendapat kasih sayang secukupnya darinya dan sang istri. Dia juga selalu memberikan support pada sang anak selama itu positif.

Hal itulah yang membuat pak sopir begitu iba dengan apa yang di alami Viona putri sang majikan. Sayangnya dia bukanlah siapa-siapa dam nggak bisa membantu apa pun mengingat dia bukanlah siapa-siapa.

Mobil terus melaju melintasi jalanan ibukota menuju ke pusat kota di mana kediaman orang tuanya Viona berada. Berbeda dengan rumah Jovan yang berada di pinggiran kota yang cukup kumuh. Rumah Viona berada di pusat kota yang terkenal dengan Kawasan elite di kota Jakarta.

Setelah sekitar satu jam berada di jalanan ibukota. Mobil yang di tumpangi oleh Viona pun sampai di depan rumahnya. Seorang satpam rumahnya dengan terburu-buru membukakan pintu pagar rumah itu, setelah melihat kedatangan mobil majikanya.

Viona kemudian turun dari mobil dengan wajah murung dan berlari masuk kedalam rumah, kemudian berlari masuk kedalam kamarnya.

Mama nya yang saat itu sedang berdiri hendak menyambut kedatangannya hanya terdiam terpaku dengan heran melihat perubahan sikap putrinya yang terlihat murung dengan kedua mata sembab seperti habis menangis.

Mama nya tahu persis sifat anaknya. Dalam keadaan sedih, viona pasti akan tutup mulut tak mau menceritakan masalahnya padanya. Namun putrinya akan bercerita dengan sendirinya saat dia sudah merasa lebih baik.

Dengan penuh kelembutan, mamanya Viona menghampiri sang suami yang masuk lebih lambat dari Viona. Seperti biasanya sang ibu membantu sang suami membawa tas kerjanya dan meletakkan di dalam kamar.

"Ada apa ini? Kenapa anak kita, apa yang terjadi dengannya?" Tanya Mama nya dengan membawakan secangkir teh manis hangat untuk sang suami.

"Biasa. Mama tahu apa yang di lakukan nya hari ini? Dia bertemu dan bermesraan dengan pria brengsek dan miskin itu!" Ucap ayah viona dengan berapi-api.

"Jovan maksud papa?" Tanya sang istri dengan penuh kesabaran.

"Siapa lagi jika bukan dia!" Ucap sang ayah seraya meneguk minuman teh hangat di tangannya.

"Papa, kita sebagai orang tua juga jangan egois. Biarkan anak kira menentukan pilihannya." Ujar sang istri.

"Tidak! Aku tidak mau punya menantu miskin sepertinya!" Ucap sang ayah dengan nada kembali meninggi.

"Ya sudah papa mandi dulu sana, biar lebih enak." Ujar sang istri

"Nggak. Nanti saja. Aku mau mempercepat pernikahan anak kita dengan Arya." Ucap ayah viona mantap.

"Jangan buru-buru memutuskan. Kita juga harus mengedepankan kebahagiaan anak kita." Bujuk sang istri.

"Ayah yakin. Viona, pasti bahagia hidup dengan Arya. Sudah baik, sopan. Tampan dan juga kata raya, urusan cinta bisa datang belakangan. Contohnya kita, dulu Mama juga nggak suka apa lagi cinta kan sama Ayah? Tapi sekarang." Tukas ayahnya viona dengan penuh percaya diri.

"Ya jangan di samakan lah, ayah dan mama itu sudah masa lalu. Beda dengan jaman sekarang. Dulu Mama kan belum pernah punya pacar, beda dengan Viona. Dia sudah memiliki kekasih, jadi tidak bisa di pukul rata harus sama seperti kita." Ujar sang Mama dengan begitu bijak.

"Pokoknya Ayah tidak perduli! Minggu depan Ayah akan mempercepat pernikahan anak kita!" Tukas sang suami yang kemudian meninggalkan mamanya Viona sendirian di ruang keluarga.

Mamanya Viona menatap sang suami seraya menggelengkan kepalanya melihat ulah suaminya yang selalu memaksakan kehendaknya.

Tidak banyak yang bisa di lakukan oleh wanita yang masih nampak sangat cantik itu untuk menghadapi sang suami. Pemaksaan tang di alaminya dulu kini hampir saja terjadi pada putri semata wayangnya. Dan seperti ibunya dulu, kini ia bahkan sama. Sama sekali tidak bisa melawan kehendak sang suami.

Mamanya Viona menghela nafas berat. Dia terlihat begitu lelah menghadapi sang suami yang terkadang membuatnya jengah.

Malam itu wanita bernama Desi Sanjaya. Atau yang lebih di kenal Mama Desi melangkah ke kamar putrinya. Dua sudah tak tahan ingin mendekap sang putri.

"Viona sayang ... " Panggil mamanya dari luar kamar putrinya.

Viona memilih diam dan pura-pura tertidur. Dia tak berharap banyak dari Mama nya. Dia tahu jika Mama nya tidak akan berpengaruh banyak pada keputusan sang ayah yang memiliki sifat ya gang keras.

Beberapa hari kemudian ayah nya secara mendadak memaksa nya untuk menikah dengan seorang pria yang sama sekali belum di kenal nya. Ia kini seperti burung dalam sangkar, bahkan untuk sekedar keluar pun nggak bisa.

Penjaga selalu menjaga nya dan mengawasi nya. Tangis nya seakan tak mampu lagi mengeluarkan air mata. seakan semua telah kering tiada lagi air mata yang menetes meskipun kesedihan selalu membayangi nya. Wajah nya yang cantik kini semakin pucet karena ia makan hanya sedikit dan tidur sangat jarang.

"Ya Tuhan.. aku ingin lari secepat nya dari sini, aku sudah tak tahan.. Jovan kamu di mana sayang, gimana kabar mu? Maafkan aku nggak bisa menolong mu, jangan kan untuk menolong. sekedar untuk melihat kabar kamu saja aku tak bisa.. aku memang  perempuan tak berguna ...." gumam viona.

tangis nya kembali pecah saat itu. Rasa sedih nya kian menjadi. Hari ini akhir nya dia dapat kembali menangis setelah beberapa hari tak melakukan nya.

"Nona, saya di suruh tuan untuk mengantarkan makanan dan minuman ini untuk Nona" ucap salah satu pelayan rumah nya yang tiba-tiba telah berdiri di depan nya. Dia adalah mba Nur asisten rumah tangga nya yang telah mengasuh nya dari kecil.

"Aku nggak mau makan bibi, Tolong kasih tau mereka. Aku nggak mau makan." Ucap Viona seraya menyingkirkan makanan yang di bawanya.

"Tapi non ... Saya nggak kamu dapat masalah. "Ucap wanita itu.

"Ibu tadi berpesan nona suruh makan. Jika tidak, maka nona akan di bawa ke rumah sakit.

"Sini." Ucap Viona dengan sopan

Viona kemudian memutuskan untuk makan. Mogok makan yang hendak di laksanakan, tak akan berpengaruh apa-apa. Mungkin dialah yang akan rugi sendiri karena pasti akan sakit dan semakin jauh dari Jovan sang kekasih.

*** to be continue***


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C3
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ