"Dini hari tadi dia masih ada. Bagaimana caranya dia bisa kabur?" Yena menggaruk kepalanya tak gatal, sedikit frustrasi.
"Benar. Lagipula ... dari mana di keluar? Jendela masih utuh, pintu juga terkunci." Ji Sa mencubit dagunya, berpikir.
"Ayah!" Lee Xin tiba-tiba berseru. Sekabut putih yang tipis muncul di ruangan itu dan sosok Jasver muncul perlahan.
"Ayah!" Lee Xin langsung melompat kepadanya.
"Kau sudah puas jalan-jalan, hm?" Jasver membelai puteranya lembut.
"Aku mau Ibu," rengeknya.
"Baiklah. Nanti kita pulang. Yena, bagaimana perkembangannya?" Jasver berbalik pada Yena.
"Lancar. Aku sudah mendapat mata air Naga Yo. Namun ..., kami mengalami beberapa kendala di sini." Yena menjelaskan serentetan kejadian yang mereka alami di kota itu.
"Begitu." Jasver mengangguk. Ia tampak berpikir, mencoba menerka.
"Ayah, hantu itu sangat menakutkan. Begitu jelek." Lee Xin berbisik.
"Hantu?" Jasver menatap Lee Xin. "Apa dia hantu?"
Bocah itu mengangguk.